***
Dengan tubuh yang bergetar hebat dengan linangan air mata yang membasahi kedua pipinya Rena terduduk di kursi tunggu di depan ruang ICU. Dia tidak bisa berpikir positif, saat ini di pikirannya hanya Harsa, Harsa, dan Harsa.“Harsa, please just hold on! Stay with me!” racaunya sambil terus menangis.
“Tenang Ren, Harsa itu anak yang kuat, dia pasti bisa lewatin ini!” Itu suara Arsen yang duduk di samping Rena sejak tadi. Dia berusaha untuk menenangkan temannya itu, walaupun dia juga sama takut dan khawatirnya dengan Rena.
Ya, tadi siang setelah membuang sampah di halaman belakang sekolah, Arsen tidak sengaja mendengar suara orang yang menangis histeris dari arah gudang. Arsen yang penasaran pun langsung berlari dan masuk ke dalam gudang. Dan betapa terkejutnya dia, saat melihat Harsa sudah tidak sadarkan diri dengan mimisan yang cukup parah di atas pangkuan Rena.
“Seno, tolongin Harsa, dia collapse. Ambulancenya udah ada di depan, bantuin gue gendong dia,” ucap Rena tadi siang kepada Arsen sambil menangis.
Tanpa berpikir panjang, Arsen pun langsung menggendong tubuh Harsa yang sudah tidak berdaya itu untuk keluar dari gudang dan berlari menuju ambulance yang sudah berada di parkiran. Chiko yang melihat kejadian tersebut dari lapangan pun tidak tinggal diam, dia langsung berlari ke arah Arsen yang sedang menggendong Harsa.
“Kak Harsa kenapa, Kak? Apa yang terjadi? Kenapa bisa kayak gini?” tanya Chiko dengan nada yang cepat tetapi tepat. Terlihat sangat jelas, wajah manisnya itu menunjukkan sebuah kekhawatiran kepada Kakak kelas kesayangannya itu.
“Harsa collapse lagi, Ko. Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga,” balas Arsen sedikit terengah.
“Ya Tuhan, Kak Harsa. Aku ikut ya, Kak!” pinta Chiko dengan nada yang sedih, kedua matanya juga sudah berkaca-kaca. Arsen hanya menanggapinya dengan sebuah anggukkan, yang memberi tanda jika dia memperbolehkan Chiko untuk ikut, karena jika Arsen melarangnya pun pasti bocah itu akan merajuk.
Dan begitulah kira-kira cerita mereka sebelum membawa Harsa ke rumah sakit. Arsen terus saja menenangkan Rena yang terlihat sangat sedih, sementara Chiko sedari tadi hanya diam sambil menatap sendu Harsa yang sedang ditangani oleh Dokter dari jendela kecil yang berada di pintu ruang ICU.
“Kak Harsa kuat, Kak Harsa pasti bisa lewatin ini. Gue percaya sama lo, Kak. Pokoknya lo harus tetep sama kita, lo gak boleh pergi!” gumamnya pelan, terdengar seperti sebuah bisikan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Dua tetes air mata pun menetes, setelah dia mengatakan hal itu. Buru-buru dia menghapusnya sebelum Rena dan Arsen melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
Fanfiction"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...