Chapter 34 : Night Ride

331 30 20
                                    

Midnight memories, oh, oh, oh

Anywhere we go, never say no

Just do it, do it, do it

[Midnight memories-One Direction]

[Midnight memories-One Direction]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Jaffan, bawain dagingnya ke meja sana," ujar Ayah dari Jaffan yang sedang sibuk memanggang.

Di sampingnya, Jaffan mengangguk lalu membawa sepiring daging yang telah dipanggang ke meja di mana orang tua Ardhan, Harsa, juga ibunya berkumpul dan mengobrol tentang pengalaman bekerja. Begitu Jaffan menaruh piring itu, perhatian semua orang mengarah padanya dan langsung saja disantap dengan nikmat.

"Hm, gak diragukan lagi. Ayah kamu itu emang jago masak. Bikin apapun itu hasilnya tetep enak," puji Ayah Ardhan yang diikuti anggukan kepala.

"Setuju. Hm, masakan chef emang beda!" sahut mama Harsa.

Ayah Jaffan yang mendengar itu terkekeh.

Jaffan tersenyum melihat keakraban para orang tua itu. Lalu matanya melirik ke arah Harsa, Ardhan, dan Hasya yang tampak asik dengan kembang apinya. Lantas saja Jaffan mengambil beberapa potong daging panggang ke piring kecil sebelum membawanya untuk mereka.

"Tidak! Jangan mati dulu! Aduh apaan, ya? Ar, lo tahu-yah mati," cerocos Harsa dengan kembang api di tangannya.

"Seru banget kayaknya," kata Jaffan sambil mengangkat piring setinggi dadanya agar mereka bertiga melihat apa yang dibawanya.

Ardhan tertawa. "Harsa, kembang apinya mati sebab dia kelamaan jawab tebak-tebakan dari Hasya. Jadinya dia kalah gagal deh."

"Tebak-tebakan?" Jaffan mengerutkan kening.

Ardhan menganggukan kepala.

"Salah kamu juga sih, Sya, tebak-tebakannya susah banget," Harsa merengut.

"Lah, kakak aja yang gak bisa jawab. Tebak-tebakannya gampang padahal. Kak Ardhan juga tahu jawabannya," bela Hasya sebelum melahap sepotong daging panggang. "Hm, enak banget dagingnya."

"Hm, pasti kalian berkomplot. Iya, kan?"

Jaffan menggelengkan kepala seraya menyumpit daging dan menyuapi Harsa yang sedang cemberut itu. "Emang apa tebak-tebakannya?"

"Benda apa yang punya kepala tapi gak punya leher?" Ardhan berkata.

Jaffan tergelak. "Serius lo gak tau jawabannya, Sa?"

Hasya menjentikkan jari. "Tuh, kan! Kak Jaffan juga pasti tahu jawabannya. Iya sih, kak Harsa jago matematika sama basket tapi nebak teka-teki kecil gitu doang loadingnya lama banget," lalu ia terkekeh melihat raut sebal kakaknya.

ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang