Chapter 29 : Dandelion

563 47 28
                                    


Ps. aku bikin chapter ini hampir 4k, jadi alangkah baiknya kalian bacanya pelan-pelan biar feel-nya dapet. Aku kasih saran kalian bacanya sambil peluk camilan sama tisu, Ya! 😊 Okay, happy reading guys, hope you like this chapter ♡

***

"I'm running low, I'm sorry that I had to go!"

(Running Low - Shawn Mendes)

(Running Low - Shawn Mendes)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah kedua orang tua Ardhan memberikan kesempatan kedua kepada Gara, Harsa dan juga Jaffan semuanya berjalan baik seperti sebelumnya, hanya saja setelah kejadian yang menimpa Ardhan wakti itu pun membuat kedua orang tua Ardhan menjadi dua kali lebih protektif, sehingga kedua orang tua Ardhan tidak akan mengizinkan Ardhan keluar rumah selain ke rumah sakit untuk check up. Dan itu tidak menjadi masalah untuk Gara, Harsa dan juga Jaffan, karena yang terpenting adalah mereka masih bisa bertemu dan bersahabat dengan Ardhan.

Hari demi hari mereka lalui seperti biasanya, selalu menyemangati, mendukung, dan menguatkan satu sama lain. Walaupun mereka tidak bisa mengabaikan kondisi Gara dan Harsa yang semakin hari bukannya membaik malah semakin memburuk, tetapi mereka tidak pernah marah ataupun mengeluh karena mereka sudah sepakat untuk memanfaatkan waktu mereka yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Mati-matian mereka bertahan sampai titik darah penghabisan, sepertinya mereka tidak akan menyerah sebelum keinginan mereka terwujud. Seperti Harsa misalnya, selama tiga minggu ini dia terus mengikuti turnamen basket nasional tanpa memikirkan kesehatannya sama sekali yang dia pikirkan hanya, “Gue harus dapetin piala buat Gara, gimana pun caranya!” dan kalimat itu pula yang menjadi penyemangat Harsa di setiap pertandingan yang pada akhirnya selalu dimenangkan oleh SMA Bintang Harapan. Bahkan siapa sangka? Sekolah mereka berhasil sampai ke babak semifinal, dan itu akan dilaksanakan minggu depan, sehingga saat ini Harsa sedang berlatih basket di lapangan bersama para anggotanya. Senyuman Harsa selalu terbit ketika dia melihat Jaffan dan Gara yang selalu menyemangatinya di pinggir lapangan, bahkan sesekali dia melambaikan tangannya yang dibalas oleh kedua sahabatnya itu.

Gara dan Jaffan memang selalu menemani Harsa saat anak itu latihan basket, tak jarang mereka makan siang di pinggir lapangan. Itu hanya bentuk antisipasi mereka saja untuk melindungi Harsa, mereka hanya takut jika Rio dan kawan-kawannya mengganggu Harsa lagi.

Bahkan saat bertatapan dengan Rio, Jaffan tidak segan-segan menunjukkan kedua jarinya ke depan matanya sendiri lalu mengarahkannya kepada Rio berulang kali. Seolah dia sedang berkata, “Jangan macam-macam, gue selalu ngawasin, lo!” Yang hanya dibalas oleh rotasian mata dari Kakak kelasnya yang bebal itu.

“Lo beneran se-nggak suka itu ya sama si Rio? Sampai pake ada acara begitu segala? Kalo lagi kayak gitu, kelakuan lo udah 11 12 sama Harsa tahu gak?” kata Gara dengan nada yang datar setelah menyaksikan hal itu.

ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang