"That's not who we are
We are not beautiful"[Beautiful People (ft. Khalid)-Ed Sheeran]
***
Dengan gelisah Bunda menunggu kedatangan anaknya pulang. Ini sudah pukul tiga pagi, tapi tak ada tanda-tanda kepulangan Ardhan dan teman-temannya. Ponsel putra satu-satunya bahkan tak aktif sama sekali.
"Yah, Ardhan, Yah ... Ardhan belum pulang," lirih Bunda dengan mata berkaca-kaca.
Di sampingnya, Ayah tak kalah khawatir. Namun tak ada yang dapat dia lakukan selain menunggu. Karena kalau akan melaporpun, tak memenuhi syarat kalau belum 24 jam.
"Kamu tenang dulu. Sekarang masuk, biar Ayah susul Ardhan ke sekolahan," kata pria itu.
Mengangguk, Bunda segera masuk ke rumah. Sedangkan, Ayah mulai melangkahkan kakinya ke SMA Bintang Harapan. Hingga tiga puluh menit kemudian, Ayah telah menyapu semua area sekolah tapi keempat anak-anak itu tak terlihat sama sekali. Keadaanpun sangat sunyi, tak ada suara sama sekali. Jantung Ayah kini berdebar kencang, air matanya telah menggenang di pelupuk mata. Ia frustasi, entah harus ke mana lagi mencari anak semata wayangnya itu.
Tak mau pikiran negatif menguasainya, Ayah dari Ardhan itu kembali ke rumah. Mungkin saja anak-anak itu pulang ke rumah Jaffan, Gara, atau Harsa. Dia harus menghubungi orang tua mereka untuk bertanya.
Sesampainya di rumah, Ayah langsung disambut Bunda dengan tatapan penuh harap. "Mana Ardhan, Yah?"
Ayah menggeleng. "Mereka gak ada di sekolah. Kayaknya pulang ke rumah Harsa, Jaffan, atau Gara. Kita tanya mereka, ya?"
Tubuh Bunda lemas, dia hampir jatuh kalau saja Ayah tak menangkapnya dengan sigap.
***
Gara merasa terganggu dengan suara burung yang terus berkicau. Perlahan Gara membuka mata sambil mencoba untuk duduk. Dia mengerang kecil ketika meregangkan otot-otot tubuhnya. Tubuhnya terasa pegal karena semalaman dia tidur di tempat yang keras. Gara terpaku sesaat ketika melihat matahari malu-malu muncul di ufuk timur. Dengan panik, buru-buru Gara membangunkan teman-temannya.
Sial! Mereka ketiduran di rooftop, dan sekarang sudah pukul setengah enam pagi!
"Ardhan, bangun!!!! Jaffan, Harsa, cepetan bangun!!!" teriak Gara sambil mengguncang tubuh teman-temannya.
Ketiga sahabatnya langsung bangun. Mereka sama paniknya dengan Gara.
"Matahari ... kita ...," ucap Jaffan gelagapan.
"Sekarang ayo ke bawah dulu. Kulit lo gak boleh kena sinar matahari," ujar Gara yang langsung membantu Ardhan berdiri.
Pun keempatnya segera menuruni tangga dari rooftop menuju kelas terdekat. Napas mereka terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
Fanfic"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...