Alma - Dendam & Luka

1.2K 104 5
                                    

Dulu, Alma adalah gadis yang baik dan tulus. Ia suka membantu ibu panti bersih-bersih dan menjaga adik-adiknya di panti asuhan. Ia masih ingat nasihat ibu panti bahwa ia dan anak panti lain harus menjadi orang baik walaupun orang tuanya sekali pun adalah orang jahat. Namun, ia melanggar nasihat itu setelah sebuah tragedi terjadi di panti asuhan.

Panti asuhan yang ia huni selama belasan tahun hancur lebur demi sebuah proyek rekreasi. Ibu panti jatuh sakit hingga meninggal. Anak-anak panti terlantar karena tak ada yang mau mengurus mereka termasuk dirinya. Akhirnya, pihak yayasan memberikan semua info yang mereka ketahui tentang anak-anak panti termasuk siapa orang tua mereka. Entah permainan takdir atau hanya kebetulan, mendiang ayahnya adalah pemilik perusahaan yang menghancurkan panti asuhan.

Namun, bukan itu alasan utamanya membenci keluarga Khasan. Ia sempat mendatangi kediaman keluarga itu yang sangat mewah, namun ia tertampar kenyataan saat melihat perbedaan kehidupan antara dirinya dengan saudarinya. Ankara sekarang menjadi pengusaha hebat, Jani menjadi arsitek ternama, dan Liya bahagia dengan pernikahannya bersama suaminya yang mapan dan tampan. Sedangkan dirinya?

Ia hampir mati kelaparan di kamar kos karena tak punya uang sepersen pun untuk makan setelah berpisah dengan anak panti lainnya. Mengetahui mereka bahagia tanpa peduli dengan kehidupannya membuat ia mengurungkan niat untuk menemui mereka. Ia pun sempat menemui keluarga ibunya, namun caci maki dan kenyataan pahit lah yang ia dapat bahwa ia adalah anak haram dari ibunya yang menderita penyakit seksual, namun ibunya tetap mempertahankannya dan merawatnya sampai akhirnya meninggal.

"Jika aku dan ibuku hancur, kenapa mereka bisa bahagia? Mari kita hancur bersama-sama," ucap Alma sambil membakar foto keluarga Khasan yang ia dapat dari internet.

Setiap malam yang hening dan sepi, Alma habiskan dengan mabuk di kamarnya yang mewah dan tak lupa ia menyesap rokok yang mungkin sudah merusak paru-parunya. Ia sudah lama tak menangis dan memilih melampiaskan kesedihannya dengan mabuk. Biasanya jika Edelson datang ke sini ia akan sembunyi-sembunyi melakukannya namun pria itu sedang sibuk dengan istri tercintanya, sayangnya itu bukan dirinya.

Sebuah ide gila terbesit di otaknya, ia menurunkan tali gaun tidurnya dan memotret dirinya lalu mengirimkan foto tersebut pada Edelson. Lalu mengetik pesan yang mungkin akan membuat Edelson kesal esoknya.

Mana mungkin aku bisa membiarkanmu fokus pada Istrimu, Sayangku?

[][][][][][][][][][][]

Edelson yang sedang makan malam bersama Liya merasa terganggu dengan notifikasi pesan dari Alma. Saat ia membuka pesan tersebut, ia pun menyesal. Wanita licik itu sangat pandai menggodanya, namun ia tak bisa pergi dan 'mengajari' wanita itu.

"Siapa yang kirim pesan?" tanya Liya yang penasaran karena suaminya terlalu fokus sampai mengabaikan makanan di hadapannya.

"Bukan siapa-siapa," jawab Edelson dengan tenang lalu mematikan ponselnya. Namun ia tidak bisa mematikan percikan gairah akibat kenakalan Alma.

[][][][][][][][][][]

Pagi-pagi buta, Edelson sudah ada di depan apartemennya bersama Alma. Ia kembali berbohong pada istrinya kalau ada syuting film yang membutuhkan arahan langsung darinya.

Alma yang mendengar suara pintu terbuka langsung bangkit berdiri dan berusaha membereskan botol minum beserta puntung rokok bekas semalam. Tak lupa ia menyemprotkan pengharum ruangan ke setiap sudut apartemen dan parfum ke tubuhnya. Ia pun menutupi mata pandanya dengan make up.

"Sepagi ini kau sudah dandan?" tanya Edelson dengan nada curiga. Biasanya saat ia menginap di sini, Alma masih tidur jam segini.

"Aku terbangun dan tak bisa tidur lagi, jadi aku mencoba make up yang baru kubeli, aku cantik kan?"

"Tentu saja, aku tak mungkin berselingkuh dengan wanita jelek."

Bukannya tersinggung, Alma malah tersenyum manis. Edelson mendekat ke arah wanita itu dan hendak menciumnya namun terhenti. Kening Alma berkerut karena bingung kenapa Edelson tak jadi menciumnya.

"Kau habis merokok, Alma?" tanya Edelson saat mencium aroma nikotin dari mulut kekasihnya.

"Ti... tidak," jawab Alma gugup yang jelas tak dipercayai oleh Edelson.

Edelson langsung bergerak mencari bukti dari kecurigaannya. Raut wajahnya langsung marah saat melihat bawah ranjang yang terdapat banyak botol minum dan puntung rokok. Alma yang melihatnya langsung lemas seketika, Edelson tak menyukai dirinya yang nakal. Pria itu ingin ia menjadi wanita baik-baik seperti Liya yang menjauhi pergaulan bebas.

"Ini apa, Alma?!" bentak Edelson sambil melempar botol alkohol yang sudah habis ke arah Alma.

Alma dengan cepat menyingkir sehingga botol itu mengenai cermin hingga retak dan pecah. Edelson dan kemarahannya adalah perpaduan yang pas untuk membuatnya takut. Ia berusaha kabur dengan jalan pelan-pelan agar tidak diketahui namun pria itu berhasil menarik rambutnya lalu menghempaskannya ke lantai.

Ia meringis kesakitan namun pria itu tak peduli dan malah menyalakan rokok lalu menghembuskan asapnya tepat di hadapannya.

"Kau suka rokok kan? Aku akan memberikannya," ucap Edelson dengan senyum miring yang mengejek.

"Tidak, Elson. Aku mohon... awh."

Sumbu rokok itu ditekan Edelson ke paha Alma hingga terluka dan akan menjadi bekas luka menghitam seperti dua luka sebelumnya. Selalu seperti ini jika Edelson mengetahui ia melanggar peraturannya. Dia bukan seperti Edelson yang ia kenal lewat cerita Liya selama ini atau gambaran yang publik ceritakan. Ia seperti monster yang menunjukkan kekejamannya hanya pada Alma.

"Enak, Alma?"

Alma hanya diam sambil menahan sakit. Hal itu membuat Edelson semakin emosi karena merasa diabaikan.

"Enak, Alma?" tanya Edelson kedua kalinya namun kali ini sambil menggores pahanya dengan beling botol yang pecah tadi.

"Tidak. Aku tak akan melakukannya lagi."

"Baguslah, kau harus menjadi kucingku yang manis. Bukan kucingku yang nakal. Jangan bersedih, aku ada di sini. Biar aku obati lukamu."

Edelson itu sakit. Dia tak sesempurna yang orang lain lihat. Dia tak bisa mengendalikan emosinya terutama saat berhadapan dengan Alma. Namun, sampai saat ini Alma tak tahu kenapa Edelson bisa memiliki dua sifat yang berbeda. Dia yang memberi luka namun dia juga yang memberi obat.

[][][][][][][][][][]

Tangerang, 13 Mei 2023

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang