Sebelum Edelson berhasil memeluk Alma, Leo sudah lebih dulu maju dan memukul pria itu. Pak Danu, Alma dan orang rumah yang melihat hal itu terkejut. Leo bukan tipe pria pemarah yang suka main tangan untuk menyelesaikan masalah. Setiap ada masalah, Leo pasti akan berpikir dengan kepala dingin dan menunggu suasana hatinya tenang. Tapi, kini berbeda. Leo bahkan terlihat siap menghabisi Edelson jika saja pak Danu tak menghentikannya.
Edelson bisa melawan. Tapi dia diam. Edelson diam sambil menatap Alma yang tak berusaha melawannya. Dia merasa familiar dengan pria yang memukulnya, tapi tak ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Dia juga bingung kenapa pria itu memukulnya dan bisa bersama Alma.
Sela mendekati Alma hendak menanyakan apa yang terjadi dan siapa pria berjas hitam itu. Tapi saat ditanya, Alma masih diam sambil menatap pertengkaran antara Leo dan Edelson, tanpa mau melerai.
"Berani sekali kau datang ke rumahku! Pergi sekarang atau aku akan membunuhmu!" bentak Leo. Namun, Edelson tetap diam di tempat, tak beranjak sedikit pun.
Tatapan memuja Edelson pada Alma membuat Leo semakin emosi. Leo tak suka saat ada pria lain yang menatap istrinya dengan demikian, terlebih pria lain itu adalah pria masa lalu istrinya. Leo hendak kembali memukul Edelson, namun pak Danu menahannya.
"Biarkan pria itu menyelesaikan keperluannya dengan Alma. Jika Alma lebih memilih pria itu, berarti kali ini Ayah benar dan kau yang salah," ucap pak Danu dengan nada sangat pelan sehingga hanya Leo yang bisa mendengarnya.
Tubuh Leo seketika membatu saat mendengar perkataan ayahnya. Ia masih ingat jelas pertengkaran dengan ayahnya beberapa bulan lalu saat ayahnya menyadari bahwa Leo menyukai Alma. Ayahnya bahkan menunjukkan semua kisah kelam Alma agar Leo berpikir dua kali untuk menyukai Alma. Tapi, Leo tak mempedulikan perkataan ayahnya dan mengatakan Alma sudah berubah dengan begitu yakin.
Tapi, entah kemana perginya keyakinan itu sekarang. Terlebih saat melihat Alma hanya diam saat Edelson mulai mendekat. Leo tak mampu memahami arti dari tatapan Alma sekarang. Alma memang pandai menyembunyikan perasaannya, sehingga orang sulit memahami perasaannya dari gestur tubuh atau tatapan matanya. Kini, Leo hanya bisa berharap bahwa keyakinannya yang terbukti benar dan ayahnya yang terbukti salah.
"Alma, aku tahu perbuatanku padamu sangat salah, menjijikkan dan tak pantas aku menemuimu lagi. Tapi, aku tersadar bahwa yang membutuhkan hubungan ini adalah aku, bukan kau. Aku ingin memulai semuanya dari awal, Alma. Hanya ada kita berdua, tanpa Liya dan keluarganya. Aku mohon maafkan aku, Alma," ucap Edelson dengan nada serak. Walaupun wajahnya sudah lebam dan berdarah, namun Edelson tetap berusaha berdiri dengan tegap di depan Alma untuk menanti jawaban perempuan itu.
Semua orang kini mengalihkan pandangannya pada Alma. Keluarga Leo dan pelayan di rumah sangat terkejut dengan ucapan Edelson, mereka menunggu jawaban keluar dari bibir Alma yang masih tertutup sampai saat ini. Mereka tak menyangka jika pria yang membuat keributan ini adalah mantan kekasih Alma.
Alma mendekat pada Edelson. Hal itu membuat Edelson tersenyum lebar. Sedangkan Leo segera bergerak untuk menghentikan Alma, namun perempuan itu malah menahannya dengan gerakan tangan. Leo terdiam tak percaya karena Alma lebih memilih Edelson yang telah membuangnya dulu dibanding dirinya. Namun, semua berubah pada detik berikutnya hanya dengan satu kalimat yang keluar dari bibir Alma.
"Aku akan memaafkanmu, jika kau sudah mati di tanganku."
*****
Alma tak peduli jika Edelson dipukuli oleh anak buah ayah mertuanya. Ia juga menolak peduli saat Edelson kekeuh tetap menunggu di luar pagar walaupun hari sudah malam dan kondisinya babak belur. Ia juga tak mau tahu kabar Edelson yang katanya masih ada di depan rumah.
Hati nurani Alma sudah mati untuk siapa pun kecuali untuk suaminya seorang. Hanya ada sosok pendendam yang tak akan melupakan kematian anaknya yang tersisa dalam diri Alma. Alma bahkan tak akan sudi membantu mengubur mayat Edelson jika pria itu mati di depan rumahnya.
"Leo, kok obatnya belum diminum?" tanya Alma saat memasuki kamarnya dan sang suami. Ia melihat Leo sedang memandang keluar jendela, pasti melihat Edelson. Alma mendekat dan segera menutup jendela dengan gorden. Leo kaget saat menyadari keberadaan istrinya.
"Minum obat dulu yuk, besok kamu ada jadwal check up dengan dokter, besok aku yang antar ya," ucap Alma dengan senyum manis andalannya. Namun, Leo hanya diam dan menatapnya.
Alma menatap bingung pada Leo yang tampak berubah saat kedatangan Edelson. Leo jadi lebih pendiam dan tak mau berbagi perasaannya. Alma jadi khawatir, ia juga takut Leo salah paham padanya.
"Kamu kenapa? Sejak kemarin kamu diam aja. Aku salah ya? Maafin aku kalau aku ada salah sama kamu," ucap Alma dengan tatapan mata sedih. Ia tak suka diacuhkan oleh suaminya sendiri. Ia ingin Leo kembali seperti dulu, pria yang hangat dan memanjakannya.
"Edelson punya kemampuan bertahan yang kuat. Dia bahkan belum tumbang walau sudah berdiri dua hari di sana. Kalau aku di posisi dia, mungkin aku sudah dikubur," ucap Leo dengan nada pelan, namun Alma dapat mendengarnya.
Leo mencintai Alma, bahkan sangat mencintainya. Tapi, kedatangan Edelson membuat ia kembali mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah cinta saja cukup untuk bisa bersama Alma? Nyatanya tidak. Ia tak tahu sampai kapan ia bisa bertahan hidup. Hidupnya bergantung dari apakah ia sudah minum obat atau tidak. Berbeda dengan Edelson. Dia jelas mampu hidup lebih lama untuk cinta Alma. Untuk pertama kalinya, Leo merasa rendah diri saat membandingkan dirinya dengan pria lain. Jika saja ia terlahir dengan fisik yang sempurna dan tak penyakitan, mungkin ia tak akan ragu mengenai mimpinya yaitu menua bersama istrinya.
"Kamu engga perlu ada di posisi dia karena kamu bukan bajingan, kamu juga bukan pembunuh dan kamu bukan masa lalu aku, melainkan masa depan aku," balas Alma. Alma tak suka saat Leo mulai membandingkan diri dengan Edelson. Edelson bahkan tak memiliki kualitas seujung kuku pun dibandingkan Leo.
Leo tersenyum tipis mendengar ucapan istrinya. Ia bahagia mendengar Alma membelanya. Tapi, itu saja tak cukup untuk membuat hatinya tenang. Alma memeluk Leo dari belakang dengan erat, tanpa sadar ia menangis karena terbawa perasaan. Beberapa hari ini Leo terus mengatakan mengenai fisiknya yang lemah, hal itu membuat Alma menjadi sangat takut kehilangan suaminya.
Leo yang melihat Alma menangis langsung berbalik badan. Ia membalas pelukan istrinya dan berusaha menenangkannya. Leo tak menyangka pembicaraan kali ini membuat Alma sampai menangis. Ia mengenal pribadi Alma yang kuat dan tegar, istrinya sangat jarang menangis. Ia jadi merasa bersalah karena membuat Alma menangis.
"Alma, jangan menangis. Tangisanmu membuat aku hancur. Maafkan aku, Sayang," ucap Leo.
"Bagaimana bisa kau mengatakan mengenai penguburanmu, di saat aku sedang mengandung anakmu? Apa kau tega meninggalkan kami begitu saja?" tanya Alma dengan nada terbata-bata. Leo terdiam mematung, sebelum akhirnya melepaskan pelukan itu untuk menatap mata istrinya. Ia ingin memastikan bahwa pendengarannya tak salah. Alma mengangguk sebagai jawaban, ia pun baru mengetahui mengenai kehamilannya hari ini. Tadinya ia hendak memberi kejutan pada Leo, tapi ia tak dapat menahan diri lagi saat Leo mulai mengatakan mengenai penguburannya.
"Kau akan menjadi ayah dan aku akan jadi ibu. Jadi, kumohon jangan tinggalkan kami. Kami tak bisa hidup tanpamu," ucap Alma yang membuat Leo merasa sangat bahagia. Ia menyesal karena sempat mengatakan hal buruk dan langsung memeluk istrinya.
"Aku janji tak akan mengatakan hal itu lagi. Aku tak akan meninggalkan kalian. Kita akan hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia," ucap Leo dengan senyum bahagia. Alma pun ikut merasa bahagia dan terharu mendengarnya. Ia kembali membuka gorden kamar agar seseorang di luar sana dapat melihat bahwa tak ada harapan lagi untuknya.
*****
Tangerang, 30 Juli 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/341363612-288-k532565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara Hitam
RomanceAlmaretha atau Alma, gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara setelah keluarga mendiang ibunya membuang ia ke panti asuhan. Di dunia ini, tak ada yang ingin menjadi pemeran jahat, namun Alma terpaksa melakukannya. Ia terpaksa menjalin kasih denga...