Liya -Dia Anak Harini-

564 61 2
                                    

Dalam kehidupan ini, Liya tak pernah sekali pun menyakiti hati seseorang dengan sengaja. Ia tahu bagaimana perihnya sebuah luka dan tak mau orang lain merasakan luka yang sama. Ia berusaha bersikap sebaik dan sesopan mungkin pada orang sekitarnya, bahkan pada orang dengan kasta lebih rendah darinya.

Satu harapannya bahwa perbuatan baiknya akan membuat orang enggan untuk menyakitinya. Namun, nyatanya ia tetap disakiti oleh perempuan yang telah mendengar rasa sakitnya.

Betapa bodohnya ia menceritakan semuanya pada Alma, ia bisa membayangkan bagaimana bahagianya perempuan itu saat tahu bahwa ia telah menderita. Tak pernah ia sangka jika perempuan yang selama ini memujinya ternyata perempuan yang sama yang menghancurkannya.

Kenapa Alma tega merebut Edelson darinya? Sejak kapan perselingkuhan itu terjadi? Apa salahnya sampai Alma begitu tega mempermainkan kehidupannya? Apa kurangnya ia dari Alma hingga Edelson begitu hancur saat kehilangan Alma?

Liya memiliki banyak pertanyaan, namun ia tak mampu mencari tahu jawabannya. Ia takut fakta di balik semua prahara rumah tangganya malah semakin membuatnya hancur. Alhasil, ia memilih mengulang kebodohan yang sama seperti yang dilakukan Levron, mamanya. Ia memilih tetap memakai topeng perempuan bodoh yang mencintai dan percaya pada suaminya.

"Edelson, aku telah menyiapkan bekal untukmu, jangan lupa dimakan ya. Jangan terlalu keras bekerja, nanti kau sakit. Oh ya, kemarin dokter mengatakan bahwa kandunganku sehat dan aku sudah bisa melakukan USG. Kira-kira kau bisa menemaniku USG kapan? Aku ingin melakukannya saat ada kau agar kita sama-sama tahu jenis kelamin anak kita," ucap Liya terus bicara sambil mempersiapkan kebutuhan suaminya berangkat kerja.

"Kau atur saja jadwalnya, aku pasti bisa," balas Edelson sambil tersenyum tipis.

Edelson bersikap seperti biasa. Dulu memang suaminya tak terlalu suka banyak bicara dan melakukan hal romantis, tapi tetap saja ada yang berbeda. Dulu, Liya pikir memang kepribadian Edelson seperti itu. Tapi, setelah tahu bahwa ada Alma diantara mereka. Ia mulai merasa benci dengan respon seadanya dari suaminya.

"Baiklah, besok kau menemaniku USG ya," ucap Liya yang hanya dibalas anggukan kepala.

Setelahnya Edelson mencium keningnya dan pergi bekerja. Saat Edelson sudah pergi, Liya hanya bisa terdiam memikirkan pernikahannya dan tanpa sadar meneteskan air mata. Nyatanya sehebat apapun ia bersandiwara, ia yang paling tahu bahwa rumah tangganya sudah sangat retak dan tak bisa diperbaiki.

*****

Mama Berlin mengundangnya ke rumah besar keluarga Khasan untuk menunjukkan beberapa hal. Ia yang tak punya agenda apapun hari ini memutuskan datang. Sesampainya di kamar mama tirinya, ia melihat kamar sudah penuh oleh berbagai macam foto.

"Mama Berlin sedang apa? Kenapa foto-foto ini dikeluarkan?" tanya Liya setelah menaruh tasnya.

"Akhirnya kamu datang juga, Sayang. Lihat deh foto-foto masa kecil kamu, Mama baru menemukannya di gudang. Ini bisa jadi kenang-kenangan untuk anak kamu kelak, lucu kan?" tanya Berlin begitu antusias menunjukkan berbagau foto Liya mulai dari kelahiran sampai anak-anak.

"Iya, Ma. Lucu banget," ucap Liya mulai melihat berbagai album yang ada, hingga ia tertuju pada album berwarna hitam. Ia tertarik melihatnya dan mulai membolak-balik setiap lembar foto. Namun, tangan Liya terhenti saat melihat foto ayahnya bersama seorang wanita yang tak asing, namun tak ia kenali siapa. Wanita itu jelas bukan mama tirinya.

"Mama Berlin, wanita ini siapa?" tanya Liya yang membuat perhatian Berlin teralihkan ke foto wanita dengan mata abu-abu yang tajam namun indah.

Berlin terdiam mematung saat melihat siapa wanita di foto tersebut. Ia lantas merobek foto itu menjadi dua bagian, lalu menginjak foto wanita tersebut. Liya terkejut saat melihat respon mama tirinya yang terlihat begitu emosi.

"Wanita itu tak seharusnya ada di album keluarga karena dia bukan keluarga kita. Dia hanya wanita perusak rumah tangga Mama kamu dengan Ayah," ucap Berlin lalu meminta pelayan membereskan album-album tersebut dan memisahkan beberapa album foto Liya untuk dibawa oleh anak tirinya. Saat Berlin keluar kamar sejenak untuk menerima telepon, Liya mengambil lagi foto yang sudah diinjak dan teringat nama wanita di foto tersebut.

Harini. Wanita yang menjadi alasan ayahnya menceraikan mamanya dan membuatnya hampir berpisah dengan mamanya. Saking buruknya kenangan tentang wanita itu membuatnya lupa rupa wanita jahat tersebut. Harusnya ia turut membuang foto tersebut seperti mama tirinya, namun entah kenapa kelopak abu-abu dan kecantikan wanita itu seperti pernah ia lihat belakangan ini. Sekian lama ia menatap foto tersebut, tiba-tiba ia teringat pada wanita perusak rumah tangganya yaitu Alma.

Harini dan Alma memiliki kemiripan 50%, ia pun tersadar bahwa Alma juga memiliki kemiripan dengan mendiang ayahnya di bagian rahang yang tegas, bulu mata yang lebat, warna rambut dan yang paling jelas adalah dagu terbelah. Secara spontan Liya membuang foto tersebut saat kemungkinan buruk itu muncul. Ia berusaha menyangkalnya, namun semakin ia sangkal, ia malah semakin yakin.

Apa mungkin Alma adalah anak ayahnya dan Harini?

*****

Tangerang, 14 Februari 2024

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang