Alma tak pernah menyangka jika hari itu telah tiba. Hari yang dulu sangat dinantikan olehnya. Hari yang dulu selalu menjadi impiannya. Hari dimana dia sangat yakin akan menjadi perempuan paling bahagia. Alma sempat merupakan hari impiannya setelah semua masalah yang dihadapinya. Kini, hari itu bukan hanya impian, tapi kenyataan. Hari pernikahannya dengan pria yang dia cintai dan juga mencintainya.
Ya, hari ini Alma akan menikah dengan Leo. Pernikahan sederhana sesuai keinginan dua pengantin. Hanya dihadiri keluarga inti saja, namun tidak ada keluarga dari pihak pengantin perempuan. Miris memang, Alma tak punya keluarga yang akan mengantarnya ke altar pelaminan. Dia diantar oleh sahabatnya. Tapi, tak masalah. Alma tak akan menghancurkan hari bahagianya dengan menangisi statusnya yang sebatang kara. Toh, setelah ini keluarga Leo akan menjadi keluarganya.
Alma tak tahu kebaikan mana yang ia lakukan sampai bisa mendapatkan Leo. Dia jelas seorang pendosa. Hidupnya penuh dengan noda hitam, tapi Tuhan memberikan 'air' untuk membersihkan noda di hidupnya. Niat hati ingin terus tersenyum bahagia seharian, tapi tak mampu. Saat Leo mengucap janji suci pernikahan, air mata Alma mulai menetes.
Ini nyata.
Sangat sulit untuk membedakan apakah ini kenyataan atau halusinasi. Alma takut jika ini hanya mimpinya di malam hari. Namun, usapan lembut Leo di pipinya menandakan bahwa ini nyata. Leo dan pernikahan ini adalah kado terindah Tuhan di hidup Alma.
*****
Perayaan pernikahan sudah selesai. Alma dan Leo masuk ke kamar baru mereka atau lebih tepatnya kamar Leo dulu. Alma menatap sekitar kamar Leo yang memiliki banyak perubahan. Dulu kamar Leo cukup suram karena perabotannya sedikit, berbanding dengan luas kamarnya. Selain itu, pilihan warna untuk kamarnya adalah abu-abu. Tapi, kini kamar itu lebih berwarna dengan cat baru berwarna biru pastel. Ada meja rias baru, vas bunga, hingga foto Alma yang sangat banyak.
"Kau suka? Aku mengubah kamar ini agar kau nyaman," ucap Leo sambil memeluknya dari belakang.
"Sangat suka. Suamiku memang terbaik," balas Alma.
Untuk pertama kalinya Alma merasakan effort seorang pria untuk membuatnya bahagia. Hal yang tak pernah dia dapatkan dari mendiang ayahnya dan Edelson. Menyadari hal itu membuat Alma berkecil hati. Malam ini adalah malam pertamanya dengan Leo. Bahkan, ini adalah pertama kalinya Leo tidur dengan perempuan. Tapi, ini bukan pertama kalinya Alma tidur dengan pria.
Pemikiran itu membuat Alma hanya diam saat Leo membalik badannya hingga mereka berhadapan. Alma bisa melihat ketulusan di mata Leo saat menatapnya. Pantaskah ketulusan itu ditujukan pada 'barang bekas' sepertinya?
"Ada apa? Kenapa kau terlihat sedih? Ada dekorasi yang tidak kau suka? Aku akan mengubahnya," ucap Leo saat melihat Alma murung.
"Bukan tentang itu."
"Lalu, tentang apa? Ceritakan padaku, aku tak suka melihatmu memendam kesedihan sendirian," ucap Leo sambil mengusap rambut Alma yang dikepang setengah.
Leo tak bisa berhenti berdecak kagum melihat kecantikan Alma hari ini. Alma seperti princess dengan gaun biru mengembang dan berlian menambah kilau keindahannya. Tanpa Alma tahu, Leo merasa sangat beruntung memilikinya.
"Leo, kau tahu kan kalau aku tidak suci. Masa laluku...." Perkataan Alma terpotong saat Leo tiba-tiba menciumnya.
Ciuman yang menuntut, seakan-akan Leo ingin Alma dapat merasakan cintanya yang menggebu-gebu untuk perempuan itu. Leo menuntun Alma dan membaringkannya dengan lembut ke atas ranjang. Ranjang yang telah dihias oleh keluarganya dengan bunga mawar. Leo menghentikan ciuman itu untuk memberi Alma waktu bernafas. Dia mengusap pipi Alma lalu mengecupnya.
"Ada yang ingin aku minta darimu. Bolehkah?" tanya Leo dengan tatapan serius.
"Apapun akan kuberikan untukmu, bahkan jika kau meminta nyawaku," jawab Alma.
Alma sudah sangat bergantung pada Leo. Cara Leo memperlakukannya dengan lembut dan penuh hormat membuatnya meletakkan posisi Leo di atas nyawanya sendiri.
"Aku tak akan pernah meminta nyawamu karena itu sama saja meminta nyawaku sendiri. Aku hanya ingin kau berhenti bicara masa lalu. Aku tak suka melihat dirimu mulai merasa rendah hanya karena masa lalumu. Di mataku, kau tidak memiliki satu kekurangan pun. Kau sempurna hingga aku terus ingin memujamu," ucap Leo lalu kembali mencium Alma.
Alma yang tadi hanya diam, kini membalas ciuman tersebut. Jika yang mengatakan hal tersebut adalah pria lain, maka Alma tak akan percaya dan menganggap hanya gombal semata. Tapi, saat perkataan indah itu keluar dari mulut Leo. Maka, Alma mempercayainya. Alma bisa meragukan dirinya sendiri, tapi tidak bisa meragukan Leo.
*****
"Kau ingin anak laki-laki atau perempuan?" tanya Leo saat tengah malam setelah pertempuran panas mereka.
Leo dan Alma berbaring di kasur hanya dengan berbalut selimut putih. Mereka belum mengantuk atau lebih tepatnya sedang mengumpulkan energi untuk pertempuran panas selanjutnya. Lalu, Leo menanyakan hal yang membuat Alma langsung membuka mata. Alma tadi hanya memejamkan mata karena lelah. Kini, Alma menatap ke arah Leo. Alma bisa merasakan tangan Leo di bawah selimut sedang mengusap perutnya.
"Anak laki-laki. Aku ingin memiliki duplikat dirimu versi mini," ucap Alma lalu memeluk erat tubuh suaminya dan menyandarkan kepalanya pada tubuh suaminya.
"Kalau aku ingin anak perempuan. Jika anak kita perempuan pasti dia secantik dirimu," balas Leo membuat pipi Alma tersipu malu.
"Oh ya? Aku secantik itu? Lalu kenapa kau begitu dingin dan keras saat bertemu kembali denganku?" tanya Alma yang masih penasaran dari mana awalnya Leo bisa mencintai dirinya. Leo bukan pria mata keranjang yang bisa jatuh cinta hanya karena visual saja. Namun, di sisi lain, Alma merasa tak memiliki kelebihan kecuali fisiknya saja.
"Pernahkah seseorang mengatakan sesuatu tentang matamu, Alma?" tanya Leo tiba-tiba, sangat jauh dari pertanyaan Alma.
"Belum pernah. Kenapa dengan mataku?" tanya Alma bingung.
"Matamu mampu menghipnotis siapa pun, termasuk aku. Matamu terlalu jujur mengungkapkan perasaanmu. Saat kau sedih, kilaunya akan redup. Hingga siapa pun akan siap melakukan apapun untuk menyalakan kembali kilau pada matamu. Begitu pun aku, Alma. Sejak pertemuan pertama kita, aku menyadari bahwa ada magnet di matamu. Magnet yang berusaha kuhindari agar mata itu tidak pernah menatapku dengan penuh harap. Aku takut jika memperlakukanmu dengan ramah akan berdampak buruk bagi diriku sendiri. Aku bisa gila jika matamu menatapku dengan tatapan mendambakan seperti sekarang, di saat aku tidak yakin besok masih hidup atau tidak," ucap Leo sambil menatap Alma dengan penuh cinta. Alma yang melihat setetes air mata di pipi suaminya langsung menghapus air mata itu. Ucapan Leo membiusnya. Cara Leo memuji matanya membuat Alma menyadari bahwa dia akan menjadi berlian di mata yang tepat dan akan menjadi arang di mata yang salah.
"Aku tak suka kalimat terakhirmu. Jika kau mengatakannya lagi, maka aku akan mendiamkanmu selamanya. Kita akan selalu bersama, kau akan terus hidup. Aku bisa melakukan apapun demi hidupmu, Leo. Bahkan aku siap mengambil nyawa orang lain untuk digantikan dengan nyawamu. Asal kau terus bersamaku," balas Alma dengan mata berkaca-kaca.
Katakan Alma kejam, tapi dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Jika Tuhan merenggut Leo darinya, maka dia akan merenggut nyawanya sendiri.
*****
Tangerang, 3 Juni 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara Hitam
RomanceAlmaretha atau Alma, gadis yatim piatu yang hidup sebatang kara setelah keluarga mendiang ibunya membuang ia ke panti asuhan. Di dunia ini, tak ada yang ingin menjadi pemeran jahat, namun Alma terpaksa melakukannya. Ia terpaksa menjalin kasih denga...