10 : Epiphany

243 33 1
                                    




"Namjoon-ssi"
"Ada yang ingin bertemu" Seorang dari lobby menelepon.

Namjoon melirik jam dindingnya.

"Baik..tolong antar ke studioku"

"Terimakasih"



TOK TOK


"Hey.....kukira kau akan datang siang"

"Masuklah..." Namjoon berdiri dari kursinya dan menghampiri.

"Aku membuat sandwich"

Seokjin melebarkan senyum sambil mengangkat kantong kertas di tangannya.

"Aahhhh.....kau bisa membaca pikiranku"
"Aku lapar sekali.."

"Tadi aku terlambat bangun jadi tidak sempat sarapan"


"Aku ingin mendengarmu bernyanyi"
Namjoon mengambil sepotong sandwich dan menggigitnya.

"Aku?" Seokjin yang sedang mengunyah membulatkan matanya.

"Epiphany..." Namjoon mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Apakah kau tidak akan sakit perut Namjoon-ah?" Ia terkekeh.

"Hmmmm.....itu resikoku sebagai seorang komposer Jin-ah...mungkin telingaku akan sakit dan aku tidak bisa mendengar lagi...tapi yaa...."

Sebuah pukulan mendarat di lengannya diiringi tawa wiper jendelanya.



Cham isanghae bunmyeong nan neoreul neomu saranghaessneunde...

"Namjoon-ahhhhh...jangan melihatku begitu....aku malu!"

Seokjin memalingkan wajahnya yang merah.

"Aishhh.....ya sudah aku berbalik"



Saranghago sipeo in this world

Bitnaneun nareul sojunghan nae yeonghoneul

Ijeya kkaedara So I love me...

Jom bujokhaedo neomu areumdaun geol

I'm the one I should love.....




DEG

DEG

DEG


Suara merdu dan alunan piano itu membuat jantung Namjoon berdetak cepat.

Ia menggenggam kedua lututnya erat.
Menahan keinginannya untuk berbalik dan memeluk pria di belakangnya.

"Ingat Jackson, Kim Namjoon...."
"Ingat Jackson...."


"Hey!"

"Kenapa jadi wajahmu yang merah?"
Seokjin menepuk bahu Namjoon dan terbahak.

Tersentak dan gelagapan dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu, Namjoon memalingkan wajahnya malu.

"Kau.....mencintai dirimu sendiri..."
"Bagus untukmu..."

Perhatiannya kembali pada layar monitor di hadapannya. Jantungnya masih berdegup kencang.

"Itukah pesan dari lirik yang kau tulis?"


"Namjoon-ah..."
"Apa tujuan hidupmu?"

"Aku?"
"Hmmmm......hidupku hanya bekerja dan bekerja saja"

"Menafkahi diri sendiri mungkin...entahlah"

Namjoon terkekeh sambil terus sibuk menekan tuts-tuts keyboard di depan layar monitornya.

"Kau? Apa tujuan hidupmu?"

"Memastikan diriku bahagia dan terus mencintai diriku sendiri"

Jari-jari itu berhenti mengetik.

"Mencari teman sebanyak mungkin"

"Mengumpulkan kenangan-kenangan indah bersama mereka"

"Sehingga aku tidak merasa kesepian..."

"Bahkan saat aku mati nanti..."


"Jangan pernah menyebut kata itu!"

Namjoon sontak berdiri dan berbalik menatap Seokjin yang sedang berdiri membolak balik sebuah buku dengan santai.

Teriakan itu membuat buku yang dipegangnya terjatuh.

Ia membulatkan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.


"Ah......maaf.....maaf Seokjin-ah..."

"Kaget ya...."
Ia mendengus dan menggenggam kedua bahunya sambil menunduk.

"Jangan bilang begitu lagi ya...." Ia menatapnya lembut.

Seokjin hanya mengangguk-angguk takut.

Air matanya mengalir perlahan.

Hello, Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang