'Namjoon-ah...'
'Akhirnya aku berhasil memasak shrimp pasta hahahaha'
'Mau mampir dan makan malam bersama?'
Pesan itu tidak dibalas.
Akhirnya malam itu Seokjin makan sendirian lagi.
'Jinnnnnn....maaf aku baru mengecek ponsel'
'Aku sedang bersama Jackson'
'Ahhhh sayang sekali.....pasti shrimp pastanya enak'
'Hehe...enakkkk'
'Kalian baik-baik saja kan?'
'Baik kok hehehe...'
'Baguslah kalau begitu...aku senang'
Jam 10 malam dan Seokjin belum juga mengantuk.
Ia duduk berselimut di sofanya sambil membaca buku.
Beberapa menit berlalu, samar-samar suara langkah kaki terdengar di depan pintu rumahnya.
Ia menegakkan tubuhnya dan melangkah mendekati sumber suara.
Langkah kaki itu pun menjauh dan berhenti.
Seokjin mengintip dari balik tirai jendela.
Seorang pria dengan jaket hitam tebal sedang duduk di tangga rumahnya.
"Namjoon?" Pintu rumah terbuka perlahan.
Namjoon diam tak menjawab.
Ia mengusap wajahnya kasar dan menopang kepala dengan kedua tangannya."Hey.....kenapa?"
Seokjin duduk di belakang Namjoon dan melingkarkan kedua tangan di sekeliling tubuhnya."Kau benar Jin-ah..."
"Jackson memiliki kekasih lain"
Seokjin mengeratkan pelukan dan menyandarkan pipi di punggungnya. Ia bisa merasakan deru napasnya yang tak teratur.
"Namjoon marah..."
Seokjin duduk berpindah ke sebelahnya dengan dua buah cangkir teh chamomille.
Namjoon tersenyum dan menyambut cangkir itu dengan kedua tangannya.
"Kenapa tidak mengetuk?" Seokjin memiringkan kepalanya.
"Aku takut mengganggumu..."
"Aku berjalan mondar mandir di depan pagar rumahmu sekitar 15 menit sebelum masuk"
"Kemudian kembali mondar-mandir disini..."
Namjoon terkekeh sambil menyeruput tehnya."Kami putus setelah bertengkar hebat..."
"Mungkin mereka hanya berteman...."
"Jangan berpikiran buruk dulu" Seokjin berusaha menenangkannya.
"Mereka berciuman di dalam mobilnya"
Kalimat itu meluncur dengan cepat."Jackson mengantarku pulang setelah makan malam yang romantis"
"Lalu aku pergi lagi untuk membeli sesuatu di supermarket"
"Dan...aku melihatnya dengan jelas"
"Oh...." Seokjin memalingkan wajahnya dan menghela napas singkat.
"Hey...."
"Maaf ya aku datang untuk menghujanimu dengan ceritaku ini"
Namjoon merendahkan kepalanya untuk menatap pria yang masih terdiam di sebelahnya.
"B-bukan begitu....aku hanya kesal ia menyakitimu Namjoon-ah..." Ia menunduk.
"Tidak sulit bukan untuk bilang jika memang sudah tidak sayang?"
"Kenapa harus selingkuh?!" Suaranya meninggi.
"Bukankah itu akan lebih menyakitkan jika dibanding dengan kejujuran"
Namjoon hanya terbengong melihat Seokjin yang tiba-tiba emosional.
"Hey...hey...hey...."
"Kenapa kau yang marah?" Namjoon terbahak."Aniiii....." Seokjin menarik tangan kanan Namjoon.
"Ini kenapa?"
"Kau memukul tembok?"
Ia mengayun-ayunkan punggung tangan yang terluka itu sambil mempoutkan bibirnya."Iya hahaha..." Namjoon menarik tangannya cepat.
"Itu tandanya kau marah Namjoonie...." Seokjin menatapnya sambil masih mengerucutkan bibirnya.
"Sudah tidak lagi Seokjin-ah..."
Ia tersenyum menatap pria yang terlihat menggemaskan ketika marah itu dan mencubit pelan pipinya."Aawwww....perih...."
Namjoon sedikit menyentakkan tangannya ketika kapas beralkohol itu menempel di buku jarinya."Maaf...maaf.....tahan yaa..."
Ia terus menatap pria yang dengan sabar mengobati lukanya.
Sesekali tersenyum ketika bibir pinknya mengerucut ketika meniup-niup lukanya pelan. Meneteskan obat luka dan membalut tangannya dengan perban."Selesaiiii...." Seokjin tersenyum lebar dan menatapnya.
Namjoon menghela napas panjang dan perlahan membaringkan kepalanya di pangkuan Seokjin.
"Kau memang tempat ternyamanku Seokjinnie..."