33 : Coming Home

241 24 1
                                    




"Namjoon sangat kuat...." Hoseok setengah berbisik di sebelah Yoongi.
Tatapan mereka tak lepas dari pria yang sedari tadi sibuk di depan laptopnya.

Tour yang telah berlangsung lebih dari delapan bulan itu hampir mendekati akhirnya. Dan akan dilanjutkan hingga akhir tahun depan.


"Sebentar lagi kita kembali ke tanah air" Namjoon menggumam.

"Kau akan mencari Seokjin kan?" Yoongi bertanya dengan hati-hati.

Namjoon menggeleng dan tersenyum pahit.

"Ia sudah tiada hyung..."

"Rumahnya sudah terjual pada orang lain"

"Aku meminta tolong Bang PD-nim mengutus staffnya untuk mencari tahu beberapa bulan lalu"

"Rumah ini dijual karena pemiliknya tidak akan kembali lagi.....begitu kata agen perumahan yang mengurusnya"

"Ponselnya pun sudah tidak aktif dari waktu kita membaca surat terakhirnya"

"Aku mencoba menghubunginya setelah kalian kembali ke kamar"

"Ponselnya sudah tidak aktif hyung...." Suaranya mulai bergetar.


"Maaf...."
Yoongi menunduk sedih. Hatinya sakit.

Dan yang lebih membuatnya sakit adalah mengetahui bahwa selama ini Namjoon menyimpannya sendiri diantara kesibukannya.

"Sudah ya...jangan dibahas lagi..."
"Aku ingin fokus pada karirku sekarang ini..."

"Seokjin sudah mengingkari janjinya..."
"Ia tidak kembali saat musim semi datang...."

Namjoon menunduk. Air mata yang sudah lama kering menetes kembali.

Deras dan tak berujung.



"Ini konser terakhir kita teman-teman"

"Mari kita buat semeriah mungkin!"


"Nee!"

Para member menjawab bersamaan ketika Yoongi dengan bersemangat memimpin mereka di belakang panggung.

Termasuk Namjoon.

Ia melebarkan senyumannya.

"Bangtan Bangtan..."

"Bang Bangtan!!!"

Mereka memasang earpiecenya dan berlarian menuju panggung.

Mobil itu tetap melewati jalan yang sama setiap harinya. Berharap apa yang dikatakan staffnya itu salah.

Tiap hari itu pula Namjoon selalu mendapati pemandangan yang sama. Sepasang kakek nenek yang selalu duduk di teras pada saat hari beranjak gelap menikmati tehnya.

Teras yang menjadi saksi bisu kegelisahan Namjoon saat hubungannya dan Jackson berakhir dan pelukan Seokjin yang selalu memberinya ketenangan.

Di sisi jalan yang lainnya, karnival itu pun tutup karena sudah memasuki musim dingin.
Tempat yang sebenarnya tidak ingin Namjoon kunjungi lagi setelah perpisahan itu harus terjadi.


"Selamat ulang tahun Seokjinnie...."

Ia meletakkan setangkai mawar putih di bawah sebuah pohon sakura di seberang lahan karnival yang gelap kemudian berdiri menatap pohon besar itu.

"Kau tidak takut sendirian disini?"

"Kenapa menangis?"

"Permennya kotor..."

Dua tahun berlalu setelah Namjoon melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu pada seorang pria manis yang dijumpainya.

Ia sangat merindukannya sekarang.

Suara merdunya.

Bagaimana ia akan sulit berhenti jika sudah tertawa.

Kebiasaannya memukul sambil terbahak-bahak.

Suara wiper jendela khasnya.

Masakannya.

Senyumnya yang manis dan hangat.

Aroma vanilla khas tubuhnya yang sekarang sudah tidak ada lagi.

Hello, Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang