Pria itu menyeberangi jalan dengan cepat sambil merogoh ponsel dalam saku celananya.
"Jackson kau dimana?"
"Aku mencarimu di karnival tapi kau tidak ada"
"Joonie...maaf aku baru akan mengabarimu"
"Aku tidak bisa datang"
"Rapat ini belum selesai..."
Namjoon terdiam. Benda kotak itu masih menempel di telinganya.
Ia menarik napas kesal dan berjalan pelan menyusuri taman di sisi jalan sepi itu.
"Sampai kapan kau begini terus huh?"
"Ini sudah janji ketiga yang kau batalkan minggu ini"
"Apakah kau memang sesibuk itu?"
"Kalau begini terus lebih baik kita..."
"H-hallo?"
"Jackson?"
"Ditutup" Namjoon melirik ponselnya.
Ia duduk di bangku taman sambil mencoba menghubunginya kembali hingga akhirnya menyerah setelah berkali-kali tidak mendapat jawaban.
Ia mendengus kesal dan mengantongi ponselnya sambil beranjak.
"Hiks..."
Langkahnya terhenti ketika suara isakan kecil itu membuatnya menoleh ke arah pohon sakura besar di belakang kursi kayu tadi.
Seorang pria berhoodie pink dan jeans robek berwarna hitam sedang bersila di bawahnya.
Permen kapas yang dipegangnya menyentuh rerumputan sementara satu tangannya digunakan untuk mengusap hidung dan pipinya.
"Kenapa?...."
Pria itu mendongak dan terlonjak sambil membulatkan matanya.
Sesaat Namjoon terpana dengan kedua mata indah sembab dan bibir penuhnya yang memerah karena menangis.
Topi hitam menutupi rambut cokelatnya.
"Permennya kotor..."
Namjoon mengangkat permen kapas berbentuk kepala kelinci itu sambil tersenyum."Kim Namjoon" Ia mengulurkan tangannya.
"Ah...maafkan aku tidak bermaksud menakutimu"
"Aku hanya tidak bisa melihat orang menangis"
Ia kembali melebarkan senyumnya.Cekungan di kedua belah pipinya muncul.
"K-Kim Seokjin...." Ia membalas jabat tangannya.
"Sedang apa sendirian disini?"
"Kau tidak takut?" Namjoon menoleh ke kanan dan kirinya.
Seokjin menggeleng.
"Tadinya aku akan ke karnival itu bersama temanku" Ia menunjuk ke seberang jalan.
"Tapi ia tidak bisa"
"Jadi aku membeli permen kapas ini sebagai kenang-kenangan dan akan pulang..."
Ia mencabuti rumput-rumput yang menempel di gumpalan berwarna putih itu dan memakan sisi lainnya.
"Aigoooo....kasihan sekali...."
"Itukah sebabnya kau menangis?" Namjoon memiringkan kepalanya sambil meringis.
"Aniyaaaa......aku bukan anak kecil!" Ia tertawa sambil memukul bahu Namjoon.
"Aku......baru menerima kabar yang kurang baik...." Ia menunduk.
"Kajja!" Namjoon berdiri sambil mengulurkan tangannya.
"Eoh?"
"Ayo kesana sebelum tutup"
"Kekasihku juga membatalkan janjinya. Jadi aku masih punya dua tiket untuk masuk"
Seokjin masih duduk terbengong sambil menatapnya.
"Ayo Seokjin-ah....sebelum karnivalnya tutup!"
Tangannya masih terulur. Cekungan di pipinya kembali muncul seiring senyum lebarnya.
Senyum di bibir Seokjin perlahan melebar.
Ia berdiri menyambut uluran tangan Namjoon dan berjalan mengikutinya.