Mereka berdua sudah berada di depan meja makan.
Sup kimchi yang masih panas setelah Seokjin menghangatkannya pun datang disusul dengan sepiring besar japchae kesukaan Namjoon."Waahhh...masakanmu enak sekali Seokjin-ah..."
Namjoon memakannya dengan semangat.
"Pelan-pelan makannya Namjoonie...."
Seokjin terkekeh sambil mengusap kuah sup yang mengotori bawah bibirnya."A-aku saja yang cuci piringnya Seokjin-ah...kau sudah repot menyiapkan makanan"
Namjoon menghampiri Seokjin yang sedang membawa piring-piring itu ke wastafel.
"Tidak apa-apa....aku senang mengerjakannya"
"Kau duduk saja..." Ia mendorong Namjoon dengan bahunya dan tersenyum.
"Seokjin-ah...."
"Apa kau tidak kesepian tinggal sendirian disini?"
Namjoon memandang ke sekeliling ruangan.
"Kadang-kadang..." Seokjin mendengus.
"Tapi lama-lama aku terbiasa"
"Lagipula aku punya banyak teman""Jadi tidak terlalu sepi hehe...."
"Mmmm....maaf sebelumnya"
"Bolehkah aku bertanya soal orang tuamu?"
"Bagaimana kau kehilangan mereka"
Seokjin mengelap tangannya yang basah usai mencuci piring bekas makan siang itu dan duduk di sebelah Namjoon di sofanya.
"T-tapi tidak apa-apa jika kau tidak mau bercerita..." Namjoon melambaikn kedua tangan di depan dadanya.
"Tidak apa-apa...itu sudah lama terjadi"
"Aku masih kuliah waktu itu...""Eomma sakit..."
"Waktu itu bisnis ayahku sedang tidak baik"
"Jadi Eomma tidak bisa mendapat perawatan yang semestinya" Seokjin menunduk.
"Setelah Eomma tiada....kesehatan Appa juga semakin memburuk"
"Dokter bilang ia sangat terpukul dengan kepergian Eomma...."
"Ia selalu merasa gagal menjadi suami yang baik. Yang seharusnya memberikan pengobatan yang layak untuk Eomma"
"Bahkan akupun tidak bisa mengubah suasana hatinya"
Namjoon menelan ludahnya susah payah. Ia meraih jemari Seokjin dan menggenggamnya.
"Appa tetap hangat dan selalu menyayangiku"
"Hanya....tatapannya kosong dan setiap senyumannya terasa menyakitkan"
"Ia berhenti berbicara setelah beberapa bulan dan mengurung dirinya di kamar"
"Lalu.....Appa menyusul Eomma setelah kesehatannya benar-benar memburuk"
"Begitulah..."
Ia mendongakkan wajahnya kembali sambil tersenyum. Bersamaan dengan air mata yang jatuh tak terbendung.
"Seokjin......maaf....." Namjoon mengeratkan genggaman tangannya dan menunduk.
Seokjin menggeleng dan menghapus air matanya lalu berusaha tersenyum.
"Namjoonie...."
"Maukah kau berjanji......mmmm...."
Ia berhenti sejenak.Bibirnya melengkung dan bergetar, kemudian ia berusaha untuk tersenyum kembali.
Menarik dan menghembuskan napas panjangnya."Maukah kau berjanji....."
"Apapun yang terjadi...."
"Jangan lupakan aku....."
Ia terisak keras dan menutupi hidung dan bibir dengan sebelah lengannya.
"Hey.....kau bicara apa...."
"Aku akan tetap di sisimu"
"Bagaimana mungkin aku lupa..."
Namjoon menarik Seokjin ke pelukannya.
Keningnya berkerut memikirkan apa yang baru saja terucap dari bibir indahnya.