29 : The Place

188 21 1
                                    




"Seokjin tidak bersamamu Namjoon-ssi?"

Pria kebingungan itu menggeleng.

"Setelah ia mengurus administrasi bersamaku ia langsung keluar"

"Katanya kau menunggunya"

Namjoon bergegas meninggalkan rumah sakit itu setelah berpamitan dan mengucap terimakasih pada Sandeul.



Rumahnya menjadi tujuan utama Namjoon.

Ia memarkirkan mobilnya di depan pagar putih itu dan mengetuk pintunya.

Kosong.

"Sepertinya Seokjin belum kembali kesini"

Ia lalu bergegas menuju studionya.

"Mungkin Seokjin kangen teman-temannya"



"Eoh? Jin hyung sudah keluar?"

"Dia tidak kesini hyung" Jimin membulatkan mata.

Para member yang lain ikut kebingungan.

Namjoon mengacak rambutnya kasar.

"Kemana Seokjin kalau begitu?"

Ia duduk dan berpikir sejenak.

"Ah.....aku bodoh sekali..." Ia terkekeh dan bergegas meninggalkan studionya.

"Kita akan berangkat besok siang Namjoon-ah!"

"Jangan melakukan sesuatu yang bodoh!"
Yoongi berteriak dari belakangnya.




Karnival itu masih ramai. Hari belum terlalu gelap.

Seperti sebelumnya, ia memarkir mobilnya dan menyeberangi jalan.

Setengah berlari ia menyusuri sisi taman sambil mencari-cari.

Di tempat yang sama, pria itu mengenakan hoodie berwarna pink dengan jeans robek dan topi hitamnya.

Sama persis dengan yang ia kenakan waktu pertama kali mereka bertemu.

Ia duduk bersila di atas rumput-rumput pendek.

Mencubiti sisi-sisi permen kapas berbentuk kepala kelinci dan memakannya.


Namjoon tak bergerak menatapnya sesaat.

Sedih.

Hancur rasanya melihat pria kesayangannya  seperti itu.

Seokjin sangat tidak suka sendirian.



SRAKK



Seokjin mengangkat kepalanya kaget.

"Kenapa tidak menunggu aku?"
Namjoon berdiri tepat di hadapannya.

Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya.

Senyum di bibir pucat Seokjin perlahan mengembang.

"Kukira kau tidak akan datang...."

Namjoon menghela napas panjang dan membuka trenchcoat yang melapisi jaket jeansnya.

"Disini dingin sekali..."

"Kau bisa sakit sayang..." Ia memakaikan trenchcoat kebesaran itu.


"Aku memang sakit Namjoonie..."



DEG




"Waktu itu..."

"Waktu kau bilang baru menerima kabar kurang baik..."

"Apakah maksudmu...."



Seokjin mengangguk.


"Hari itu aku menunggu hasil MRI di rumah sakit"

"Sakit kepala yang mulai menggangguku itu akhirnya kuperiksakan"

"Dan aku mengajak Sandeul untuk menemaniku kesini jika hasilnya bagus"

"Ternyata....." Ia tersenyum pahit.

"Bukan Sandeul yang membatalkannya"

"Tapi aku...."



"Maaf....." Namjoon menunduk.

"Aku hanya panik saat kau tidak ada dimana-mana..."


"Yyaaaahhhh.....aku takut karnivalnya keburu tutup Namjoonieee...."

"Ini mungkin terakhir kalinya aku kesini" Ia tertawa.


"Stop....."

"Cukup...."

"Jangan bilang begitu" Suaranya lemah.




"Maaf...."





"......"



"Namjoonie?"

Seokjin merendahkan kepalanya ketika Namjoon tidak berkata apa-apa lagi.

Ia masih menunduk.

Tetes demi tetes air mata diam-diam jatuh membasahi rumput di bawahnya.



"Nam...."


"Kajja!" Namjoon menarik tangannya dan berdiri.

Seokjin tersentak lalu berdiri mengikutinya.

Ia berjalan di belakang Namjoon.

Tangan yang menggenggam tangannya begitu erat, bahu tegapnya yang selalu melindungi, langkah lebar kedua kaki yang memimpinnya.

Sesekali tangannya yang bebas mengusap kasar mata dan wajah yang enggan ditampakkan.

"Namjoon menangis...." Seokjin tertunduk sedih.

Hello, Not GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang