Chapter 1 - Permintaan Tak Masuk Akal

867 26 2
                                    

"Bastian Farandi, teman Papa, ingin menikah dengan salah satu dari kalian. Papa berutang sangat banyak di perusahaannya, dan Papa tak sanggup membayarnya padahal sudah jatuh tempo."

Annabella, gadis dua puluh dua tahun itu tercekat tak tahu bagaimana harus bereaksi pada ucapan papanya barusan. Jadi, siang ini ayahnya sengaja meluangkan waktunya dan mengajaknya ke sini hanya untuk mengatakan hal itu padanya. Pasti papanya ingin dia yang menikahi temannya itu.

Rasena menatap wajah Anna, anaknya dengan tatapan sendu. Ia tak sampai hati mengatakan hal terkutuk itu pada anak gadisnya. Naluri kebapakannya ingin melindungi anak-anaknya, tapi kenyataannya ia harus menyerahkan salah satu anaknya untuk melunasi utang perusahaan yang menjeratnya.

"Apa harus aku, Pa?" tanya Anna sedih.

Ia anak tertua di keluarganya. Kalau ayahnya mengatakan hal itu secara langsung padanya, bukankah berarti ia yang harus berkorban. Menikah dengan lelaki seusia ayahnya yang lebih pantas menjadi ayahnya daripada suaminya.

Rasena membuang napasnya kasar. Ia menyayangi anak-anaknya. Meskipun berbeda ibu, Anna dan Diva memperoleh kasih sayang yang sama darinya. Ia tahu ia adalah ayah paling tidak berguna di dunia. Ia seperti keledai yang terperosok ke dalam lubang yang dalam dan gelap. Ia hanya bisa meminta bantuan dari anak sulungnya itu untuk menariknya keluar dari lubang gelap itu. Tapi ia juga yang menjerumuskan anaknya ke dalam lubang gelap itu supaya ia bisa selamat.

Rasena menatap Anna dengan penuh penyesalah,"Maafkan aku, Nak. Sebenarnya Papa tak ingin membebanimu dengan masalahku. Tapi Papa tak punya pilihan lain."

"Bukankah itu tak adil bagiku, Pa? bagaimana dengan hidupku, masa depanku, mimpi-mimpiku?" ujar Anna terisak.

Rasena tercekat. Ia tahu kesedihan anak sulungnya itu. Ia memang ayah yang buruk. Seharusnya ia yang membuat anaknya tersenyum bahagia, bukan menangis pilu seperti sekarang ini.

Ah, andai saja beberapa minggu yang lalu Fandi tidak meminta hal gila darinya tentu hal ini tak akan pernah menimpa anaknya.

Beberapa minggu sebelumnya.

"Serahkan anakmu padaku kalau begitu."

Rasena Nayaka tercekat. Apa telinganya tak salah mendengar? Apa laki-laki yang duduk di seberangnya itu tak salah bicara?

Menyerahkan anaknya, apa maksud perkataan itu.

"Apa maksudmu?" tanya Rasena meminta penjelasan lebih.

"Berikan satu anak perempuanmu padaku sebagai gantinya. Kau tak akan bisa melunasi pinjamanmu tepat waktu. Ayolah, jumlah yang kaupinjam sangat besar dan sudah jatuh tempo. Kau mau minta tempo sampai kapan lagi?" jawab Bastian Farandi.

Rasena Nayaka menelan ludahnya pahit. Ia tak menyangka laki-laki yang dikenalnya sejak mereka masih SMA itu melontarkan ide gila yang sangat tidak masuk akal.

"Anak-anakku tak ada hubungannya dengan pekerjaanku. Ini semua tanggung jawabku. Aku hanya minta sedikit tempo," lanjut Rasena mencoba menetralkan amarah yang mulai meremas kepalanya.

"Kau sudah pernah meminta perpanjangan waktu. Tapi sekarang aku tak bisa membantumu lagi. Aku yakin kau tak hanya meminjam dari kami, tapi juga dari bank lain. Sampai kapan kami harus memberi tempo lagi?"

Rasena tak mampu menjawab pertanyaan orang yang sudah dianggapnya sebagai sahabat paling baik itu. Harus ia akui, ia rugi besar kali ini. Megaproyek yang digadang-gadang mampu memberikan keuntungan besar hingga berkali-kali lipat malah membuatnya terpuruk, bahkan nyaris bangkrut.

"Fan, aku sangat mohon bantuanmu. Bukan sebagai debitur, tapi sebagai teman," ucap Rasena memohon.

"Bukankah selama ini, juga seperti itu yang sudah aku lakukan. Aku sudah melakukan banyak hal untukmu, bukan hanya sekali atau dua kali, sering malah. Kau memang pekerja keras, tapi maaf, insting bisnismu buruk. Kau hanya menggantungkan hidupmu pada sesuatu yang kauanggap akan memberikan untung menurut perkiraanmu. Kau tak pernah berpikir rencana lain apa yang akan kauambil saat satu rencanamu gagal memenuhi ekspektasimu. Ras, aku juga ingin membantumu, tapi aku benar-benar tak punya pilihan lain sekarang," jelas Fandi.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang