CHAPTER 19 - Wedding Venue

165 14 5
                                    

Bali, Pulau Dewata yang dikenal karena keindahan alam, terutama pantainya. Pulau seribu Pura karena sebagain besar masyarakatnya memeluk agama Hindu.

Meskipun disebut sebagai tempat yang bebas dan sering berinteraksi dengan budaya asing, namun masyarakat Bali dikenal memegang teguh adat istiadat warisan leluhurnya.

Anna dan keluarganya, serta kedua sahabatnya, Hana dan Danila menginjakkan kaki di Bandara Ngurah Rai menjelang sore. Saat keluar mereka sudah dijemput oleh mobil khusus.

Anna duduk semobil dengan Hana dan Danila. Evander masih nanti malam terbang ke Bali. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum mengambil cuti selama sepekan.

Rumah lebih heboh daripada biasanya seminggu menjelang keberangkatan ke Bali. Anna merasa biasa saja. Satu koper besar cukup untuk menampung pakaian, sepatu, dan pernak-pernik lainnya. Namun, beda dengan Diva, sang artis, yang hanya tiga hari di Bali barang bawaannya seperti orang mau pindah rumah. Hana sudah mulai menyindir yang membuat Danila harus menyeretnya menjauh.

"Kau lihat Diva, kan? Bawaannya kayak orang mau pindahan. Kenapa nggak sekalian lemari bajunya yang dibawa," gerutu Hana di dalam mobil yang membawa mereka.

"Dia biasa seperti itu, kan?" tukas Danila.

"Aku yakin dandanannya pasti akan lebih heboh daripada pengantinnya. Dia bahkan juga bawa make up artist sendiri," gerutu Hana.

Anna tak merisaukan hal-hal semacam itu. Evander bilang semuanya sudah disiapkan. Ia tak perlu repot-repot mencari orang untuk merias wajah dan rambutnya.

Villa tempat pernikahan Anna terletak di Uluwatu. Dari Bandara ke Uluwatu, mereka akan menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam.

Dari foto-foto yang dikirimkan Evander untuknya membuat Anna kagum dengan keindahan venue pernikahannya itu.

Villa yang disewa terletak berdekatan dengan Samudera Hindia. Villa mewah dua lantai bercat putih dengan lantai kayu cokelat tua mengilat. Ada kolam renang outdoor yang menyuguhkan pemandangan ke laut lepas. Membuat mereka bisa berenang sambil menikmati aroma laut.

Tempat pernikahan berada di halaman belakang vila yang ditumbuhi rumput hias. Ada gazebo besar untuk mereka berkumpul bersama setelah mengikat janji pernikahan. Bukan pesta besar, tapi makan malam bersama anggota dan kerabat serta sahabat yang diundang.

Anna tidak tahu siapa saja yang diundang Evander dalam pernikahan itu. Anna hanya memastikan Om Fandi dan Tante Kenia yang akan hadir. Selebihnya, Anna tidak kenal siapa saja kerabat dan teman-teman Evander.

Evander sudah tidak memiliki orang tua. Setahu Anna, ia juga anak tunggal. Selama ini ia hanya dekat dengan keluarga Bastian Farandi, yang ditunjuk sebagai walinya sebelum Evander cukup umur.

Anna menghabiskan waktu perjalanannya dengan bercanda bersama kedua sahabatnya. Setelah ini mungkin intensitas pertemuan mereka akan jauh berkurang. Hana bahkan sudah mendapatkan pekerjaan di Bandung, sedangkan Danila sendiri minggu depan baru akan wawancara kerja.

Tinggal Anna sendiri. Ia rencananya akan melanjutkan pendidikan pascasarjananya. Namun, pernikahan ini mengharuskannya menunda rencananya itu. Mungkin tahun depan ia baru bisa mendaftar. Ia juga belum mencari pekerjaan di mana pun. Fokus utamanya adalah melanjutkan kuliah.

Mobil yang ditumpangi Anna berbelok menuju gerbang besar berwarna hitam. Villa itu dikelilingi tembok tinggi berwarna putih dengan pahatan ukiran Bali di beberapa tempat. Di depannya terdapat tulisan besar Namora Breeze Villa.

Memasuki gerbang utama, mereka disuguhi pemandangan villa megah dengan aksitektur khas Bali. Langit masih belum gelap sepenuhnya, masih menyisakan semburat jingga yang mempercantik wujudnya.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang