CHAPTER 62 - Tak Mempan Bujukan

143 10 2
                                    


Burhandi tidur telentang di atas ranjang setelah menuntaskan hasratnya. Dibiarkannya perempuan muda yang baru saja memuaskannya masuk ke dalam kamar mandi.

Ia mengambil napas banyak-banyak. Gadis-gadis muda dan cantik dengan tubuh molek adalah asupan vitamin baginya. Merekalah yang membuatnya selalu merasa awet muda.

Dengan lembaran uang, mereka mau melayaninya dengan gaya apa pun yang Burhandi mau. Berbeda sekali dengan istrinya yang lebih menyerupai kanebo kering di ranjang.

Maka dari itu, Burhandi lebih suka menghabiskan hari-harinya di hotel. Refreshing sambil menginspeksi pengelolaan hotelnya.

Burhandi mengambil ponselnya dan melihat pesan-pesan yang masuk. Sejak beberapa hari yang lalu ia berulang kali menghubungi Evander, keponakannya. Namun, tampaknya Evander mengabaikan semua pesan dan panggilan teleponnya.

Burhandi tahu dari salah satu pegawainya apa yang terjadi di hotel beberapa hari yang lalu. Dan itu membuatnya murka. Ia masih berusaha mencari siapa perempuan yang tinggal di kamar bersama Evander hari itu, tapi belum ditemukannya juga.

Kemarin ia sudah memecat karyawannya yang dengan ceroboh memberikan kunci kamar yang khusus Burhandi peruntukkan bagi keponakan satu-satunya itu. Tak ada ampun untuk kesalahan sekecil apa pun. Masalah besar datangnya dari masalah kecil yang tidak diselesaikan dengan semestinya.

Perempuan yang tadi melayani Burhandi sudah keluar dari kamar mandi dan berpakaian lengkap. Ia hendak duduk di pembaringan bersama Burhandi, tapi lelaki itu membentaknya.

"Keluar! Kalau kau tak bisa bermain lebih baik lagi, kau akan kulempar di pinggir jalan dan melacur di sana," sentak Burhandi.

Perempuan itu menggigil ketakutan. Ia buru-buru mengambil tasnya yang tergeletak di lantai dan keluar dari kamar itu.

Burhandi memakai bathrobe-nya lalu beranjak ke minibar. Dituangkannya wisky ke dalam gelas dan mulai dinikmatinya malam yang tenang.

Pikirannya masih berkutat seputar Evander Alakai. Keponakan sekaligus generasi terakhir keluarga Alakai. Burhandi hanya anak angkat. Kakek Evander mengangkatnya sebagai anak di usia sepuluh tahun.

Burhandi tak pernah tahu siapa orang tuanya. Sejak kecil, di panti asuhan, ia kerap merasa iri pada anak-anak orang kaya yang kerap berulang tahun di panti. Mereka begitu bahagia dengan orang tua lengkap dan baju bagus yang dikenakannya.

Nobuaga Alakai, ayah Evander, salah satu di antara anak-anak yang beruntung itu. Meskipun ia dianggap sebagai bagian dari keluarga Alakai, tapi ia juga merasakan perbedaan antara dirinya dan Nobuaga. Perbedaan sangat mencolok adalah Burhandi tak bisa menyandang nama belakang Alakai.

'Jika ingin menghancurkan sebuah keluarga, rusakkanlah anak-anaknya'.

Entah dari mana kata-kata itu Burhandi dapatkan. Setelah kakek Evander wafat, Nobuaga Alakai mendapatkan seluruh warisan keluarganya. Burhandi hanya mendapatkan hotel kecil yang sekarang dikelolanya ini.

Nobuaga Alakai bisa hidup enak dengan istri cantik dan anak-anaknya. Sedangkan ia harus jatuh bangun membuat hotel ini berdiri tegak sampai mendapatkan simbol bintang lima seperti sekarang ini.

Hidup Burhandi memang bergelimang kemewahan, tapi itu tidak cukup. Ia tak kalah cerdas dan pekerja keras seperti Nobuaga. Namun, mengapa dirinya tak punya kesempatan yang sama dengan Nobuaga.

Meskipun membenci orang tuanya, tapi Burhandi bisa mengambil hati anak-anaknya supaya lebih dekat dengannya. Gavin dikenalkannya dengan obat-obatan terlarang saat masih SMA. Tapi, anak itu kelewatan. Ia malah menggunakan heroin di kamar hotelnya dan meninggal karena overdosis.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang