CHAPTER 15 - Rencana Pernikahan

165 15 0
                                    

Anna mengalunkan suara merdunya di kafe malam itu. Setelah lulus ia tak punya banyak kegiatan. Jadi, ia mengisi waktu dengan menyanyi di kafe.

Menyanyi adalah hobinya. Ia bisa menuangkan apa saja rasa dalam hatinya lewat lagu-lagu. Amran, kakak tingkatnya di kampus yang menawarinya. Saat Anna mempertunjukkan suara merdunya dalam suatu acara di kampus.

Anna dengan senang hati menerima tawaran itu. Namun, tidak bisa sering-sering, hanya sekali waktu saja. Apalagi bayarannya juga lumayan, bisa untuk mentraktir dua sahabatnya yang hobi makan.

Malam ini, bukan hanya Anna biduanita yang menghibur pengunjung kafe. Ada Mbak Mira yang merupakan vokalis tetap Niagara Band besutan Kak Amran. Penyanyi idola para pengunjung kafe karena suaranya yang merdu dan gayanya yang atraktif.

Anna bernyanyi bergantian dengan Mbak Mira. Ia baru setengah mengalunkan lagu ke dua, saat satu pengunjung kafe yang baru datang menyapa netranya dan kembali membuat jantungnya berdegup kencang.

Tanpa dinyana Evander memasuki kafe. Saat mata mereka bertatapan Evander tersenyum padanya dan membuat konsentrasi Anna buyar seketika. Beruntung masih bagian interlude, tapi memaksa Anna berpikir keras lirik lagu selanjutnya.

Anna sudah sangat hapal lagu-lagu yang dibawakannya di luar kepala, tapi malam ini kehadiran Evander membuat lirik-lirik lagu itu terbang dari otaknya satu per satu.

Mengapa sulit untuk 'ku bisa miliki hatimu?

Bahkan s'lama ini hadirku tak berharga untukmu

Anna kembali menyanyikan bagian lagunya. Tapi entah mengapa lagu yang ia bawakan kali begitu bermakna. Seperti berkaca pada dirinya sendiri. Yang kehadirannya tak pernah dirasakan laki-laki itu secara utuh.

Lagu itu seperti ungkapan hatinya pada lelaki yang saat ini duduk di ujung ruangan kafe dengan mata yang tak lepas memandangnya.

Lagu itu pun berakhir dengan tempo yang lebih lambat dari biasanya menurut Anna. Ia masih harus menyanyikan dua lagu lagi sebelum bergantian dengan Mbak Mira. Sebelum menyanyikan lagu selanjutnya, biasanya Anna akan menyapa tamu kafe terlebih dahulu untuk mengakrabkan suasana.

Tapi, ia merasa kata-katanya kali ini terlalu kaku dan formal. Ia pun kembali menyanyikan lagu ketiga yang iramanya masih sama sendunya dengan lagu sebelumnya. Membuat Anna merutuki dirinya yang salah memilih lagu.

Aku tersesat menuju hatimu, beri aku jalan yang indah

Izinkan kulepas penatku, tuk sejenak lelap di bahumu

Biasanya lagu-lagu tenang seperti ini yang biasa Anna bawakan. Tapi, tak pernah ia merasakan liriknya begitu menyentuh. Tapi kali ini suasananya beda. Membuat Anna begitu menghayati lirik lagu yang dibawakannya.

Anna sengaja menghindari menatap Evander. Menatap laki-laki itu hanya membuyarkan konsentrasinya. Ia memilih menatap pengunjung lain satu per satu daripada menatap Evander.

Seusai menyanyikan semua lagu bagiannya, Anna duduk bersama Evander. Biasanya ia duduk di bangku dekat panggung. Tapi, malam ini tak sopan rasanya kalau ia mengabaikan Evander dan tidak ikut duduk di mejanya.

Tapi, alasannya bukan hanya itu. Sepanjang Anna menyanyikan empat lagu, sudah ada beberapa perempuan yang mendekati Evander. Anna maklum karena seorang dengan penampilan seperti Evander tentu akan menarik perhatian kaum hawa.

"You have a great voice," puji Evander saat Anna duduk di hadapannya sengaja membelakangi panggung kecil yang searah dengan tempat mereka duduk.

"Thanks," jawab Anna sambil menyeruput gelas air mineral kecil yang ada di atas meja.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang