Chapter 3 - Terpaksa Jujur

226 16 2
                                    


"Apa temanmu itu sudah gila?" Rica berteriak kencang saat Rasena mengungkapkan masalah yang beberapa lama mengganggu pikirannya.

Waktu terus berjalan. Rasena tak bisa lagi berdiam diri dan berharap masalah akan selesai begitu saja. Ini semua menyangkut keluarganya. Kepada siapa lagi ia akan membagi dukanya kalau tidak dengan istrinya.

"Aku juga tidak tahu kenapa ia bisa melontarkan ide konyol seperti itu. Tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Hutang perusahaan sudah jatuh tempo sejak dua bulan yang lalu. Aku sudah diberi kelonggaran selama 2 bulan lagi dan tak bisa memperpanjangnya lagi. Kerugian kali ini sangat besar. Aku...aku tidak punya jalan lain lagi," keluh Rasena membuka suara.

Rica mengenyakkan tubuhnya di sofa bench yang ada di kamar utama rumah mereka. Sepulang mengantarkan Diva pemotretan, ia malah disuguhi berita tak mengenakkan seperti ini.

Ia paling benci masalah perusahaan merusak kenyamanan rumah. Tugas suami adalah mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Bukan membuat hidup keluarganya terpuruk seperti saat ini.

Rica benar-benar tidak siap kalau hidupnya dan hidup anak gadisnya porak-poranda karena bisnis suaminya tak bisa dipertahankan lagi.

"Fandi meminta satu anak kita untuk menjadi istrinya," kembali Rasena mengingatkan Rica yang membuat mimik wajah istrinya semakin keruh.

"Suruh Anna saja kalau begitu!" jawab Rica cepat.

Rasena terkesiap. Tak mungkin ia memaksa Anna melakukan sesuatu yang pastinya tidak diinginkan anak itu. Begitu pun dengan Diva.

"Kenapa harus Anna?"

"Maksudmu Diva yang akan kaukorbankan? Anakku satu-satunya?" teriak Rica semakin emosi.

"Aku tak ingin mengorbankan mereka berdua," sahut Rasena.

"Lalu bagaimana? Kausendiri bilang tak ada jalan lain. Apa kau mau dipenjara? Apa kau mau kami semua tinggal di kolong jembatan, hah? Diva masih di bawah umur. Usianya masih 19 tahun. Anna kan sudah dewasa," ucap Rica membela diri.

"Aku juga tak mau memaksa Anna menikah dengan laki-laki seumuran ayahnya," teriak Rasena semakin tersulut amarahnya.

"Aku juga tak mau Diva yang harus menanggung utangmu. Dia anakku. Langkahi dulu mayatku kalau kau mau menikahkan anakku dengan temanmu yang maniak itu," balas Rica berang.

"Kau tak pernah menganggap Anna seperti anakmu sendiri. Kau selalu mengabaikannya dan tak pernah menganggapnya ada," seru Rasena.

"Siapa suruh kau kawin dengan ibunya. Kau dulu mau-mau saja dipaksa menikah oleh ayahmu. Padahal kau sudah menjanjikan banyak hal padaku. Tapi, janjimu hanya omong kosong belaka. Kau malah menjadikanku simpanan sampai bertahun-tahun," balas Rica tak mau kalah.

Rica teringat akan masa lalunya yang kelam. Rasena adalah cinta pertamanya. Kakak kelasnya sewaktu SMA. Rasena yang populer kala itu menjadi idaman gadis-gadis di sekolahnya. Ia seperti melayang ke langit ke tujuh saat Rasena mengatakan cinta padanya. Pada seorang gadis sederhana anak seorang pegawai kelurahan yang tak punya jabatan mentereng. Berbanding terbalik dengan latar belakang keluarga Rasena.

"Kauminta saja pada anakmu itu. Katakan padanya seperti apa yang kaukatakan padaku sekarang. Tapi kalau kauminta Diva sebagai gantinya, aku tak akan tinggal diam," ucap Rica bak ultimatum di telinga Rasena.

*

*

Rasena menunggu di dalam mobilnya di parkiran yang luas itu. Sudah lebih dari 15 menit ia menunggu, tapi orang yang ditunggunya belum muncul juga.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang