CHAPTER 27 - Evander yang Tak Tersentuh

199 11 0
                                    


Anna tergugu tak mampu menjawab. Dari mana Evander tahu apa yang dilakukannya pada komputernya. Apakah ada yang memberitahu, ataukah ada yang mengadu padanya. Seingatnya Pak Karyo selalu ada di paviliun depan dan jarang sekali masuk ke rumah utama.

"Dari mana kau tahu?" tanya Anna dengan suara bergetar.

"Aku tahu semua yang terjadi di rumahku, Anna. Apa yang dilakukan semua orang di dalam rumah ini selagi aku tidak ada bisa aku tahu saat itu juga. Kau tahu di setiap sudut rumah ini ada CCTV-nya kan?" ucap Evander. Ia berjongkok di depan Anna dan membuat matanya sejajar dengan mata Anna.

Hal itu juga yang membuat Evander segera pulang ke rumah. Janji bertemunya dengan Alviando Noir dibatalkannya lain hari. Toh, bukan urusan penting yang menyangkut perusahaan.

Dari layar ponselnya Evander melihat Anna yang mengendap-endap memasuki ruang kerjanya, lalu membuka komputernya. Ia yakin Anna tak menemukan apa yang ia cari karena komputernya hanya dapat diakses jika memiliki password.

Anna tak tahu harus menjawab apa. Menjawab karena ingin tahu perempuan mana saja yang pernah kencan dengan suaminya atau ingin tahu adegan panas apa lagi yang dilakukan suaminya dengan perempuan lain jelas tidak mungkin.

Ia tak punya hak komplain atau protes kepada laki-laki itu perihal apa pun yang dilakukannya dengan perempuan lain sebelum menikah dengannya.

"Tidak ada. Aku tidak tahu harus melakukan apa," ucap Anna tercekat.

Kembali kata tidak tahu yang diberikannya sebagai alasan. Lama-lama Anna sangat membenci kata itu.

Evander melepaskan tanggannya yang masih mencengkeram dagu Anna. Bekas jemarinya meninggalkan bekas memerah di dagu putih yang terlihat pias itu. Mungkin ia mencengkeramnya terlalu kuat.

"Aku tak tahu apa yang kaucari sebenarnya, tapi aku akan mengingatkanmu satu hal. Aku selalu tahu apa yang kaulakukan di rumah ini," ucap Evander memperingatkan Anna.

"Kau memata-mataiku?" tanya Anna mulai emosi.

"Aku harus tahu apa yang dilakukan orang-orang di belakangku, termasuk dirimu. Tapi jangan khawatir aku tak akan mencari tahu hal-hal pribadi yang aku tak perlu tahu. Jadi, kuharap kaupun juga tak perlu mencari tahu hal-hal pribadi yang seharusnya tak perlu kau tahu. Kau cukup menjadi nyonya rumah yang baik," ucap Evander tandas.

Evander berdiri, lalu meninggalkan Anna yang masih duduk termangu di ranjang. Segalanya sudah mulai jelas. Anna tak diizinkan tahu hal paling pribadi dari seorang Evander Alakai.

*

*

Anna mengeluh dalam hati, Uh, telepon dari nomor tanpa nama lagi. Akhir-akhir ini Anna menjadi paranoid kala mendapatkan telepon tanpa nama. Jangan-jangan ada lagi yang harus hatinya siapkan. Kejutan apa lagi yang harus ia terima. Dan rasa sakit apa lagi yang membuatnya menangis.

Anna menimbang-nimbang dalam hati. Akankah diangkatnya telepon itu, atau diabaikannya. Namun, akhirnya ia angkat juga dan menjawab malas-malasan.

"Oh, Tante Kenia," ucap Anna saat mendengar lawan bicaranya. Hatinya merasa senang dan juga sungkan karena menjawab teleponnya malas-malasan.

"Baik, Tante. Kabar Om Fandi dan Tante juga sehat, kan?" tanya balik Anna.

Sudah beberapa bulan, tepatnya sejak pernikahannya di Bali, Anna belum pernah sekalipun mengunjungi Fandi dan Kenia. Jangankan mengunjungi, bertukar kabar melalui telepon pun ia tak pernah.

"Ya, Anna nggak sibuk."

"Bisa, Tante, bisa."

"Baik, Tante, sampai jumpa."

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang