CHAPTER 17 - Undangan Makan Malam

136 16 3
                                    


Malam ini sangat di luar kebiasaan semua anggota keluarga Anna berkumpul di meja makan untuk makan malam. Kalau ayahnya memang akhir-akhir ini sering pulang sebelum makan malam. Apalagi setelah tahu tanggal pernikahan Anna sudah ditetapkan.

Ia ingin dekat dengan putrinya itu sebelum ia menikah dan mengikuti suaminya. Rasena pernah menawarkan supaya Anna tetap tinggal di rumah setelah menikah. Tapi Anna menolak karena calon suaminya ingin Anna yang tinggal di rumahnya setelah mereka menikah.

"Kapan calon suamimu ke mari?" tanya Rica yang telah menyelesaikan suapan terakhirnya.

Anna yang juga sudah menyelesaikan makannya dan tengah meneguk air bening tak menjawab.

"Iya, masak aku tak beramah-tamah sama calon kakak iparku," sambung Diva.

"Tiba-tiba saja menentukan tanggal, tak sopan sama sekali. Paling tidak ada lamaran atau apa. Ini tiba-tiba saja bikin tanggal tanpa diskusi dengan keluarga kita. Apa Fandi pernah menghubungimu atau bicara langsung padamu, Pa?"

Rasena menggeleng. Beliau sebenarnya juga heran mengapa Fandi tidak mengatakan apa-apa padanya tentang tanggal pernikahan. Rasena masih orang tua Anna, tetapi tidak merasa dihargai. Ia malah belum bertemu dengan Fandi setelah janji pertemuan pertamanya dengan Anna.

"Apa bedanya ada lamaran atau tidak, yang penting aku kawin, kan?" jawab Anna sarkas.

Ia yakin ibu tirinya berkata begitu bukan karena ingin menyambut calon menantunya, tapi karena ingin mengolok Anna. Ia sangat suka membuat Anna menderita dan terhina.

"Jelas ada bedanya. Apa dia sudah tidak menganggap budaya ketimuran untuk melamar sebelum menikah? Apa dia sudah tidak menganggap Papamu ada kalau seperti itu?" tukas Rica.

Anna melirik papanya yang juga tengah menatapnya. Ada gurat rasa kecewa di sana. Anna tahu papanya juga ingin anaknya menikah secara layak.

"Minggu depan Devan makan malam di sini, Ma. Kenapa tidak sekalian saja mengundang Om Fandi?" ucap Diva sambil melirik ke arah Anna.

Devan yang dimaksud adalah Devan Saksena, lawan main Diva di sinetron yang dibintanginya. Mereka terlibat cinta lokasi dan baru mulai pacaran. Berita keduanya sering wara-wiri di berbagai media entertainmen.

Diva juga sering memamerkan kemesraan di instagram pribadinya. Saat anniversary pacaran mereka yang ke-100 hari Diva dihadiahi kalung dengan liontin 2D yang berasal dari inisial nama keduanya.

Rica juga bangga bukan main anaknya berpacaran dengan artis naik daun yang jadi incaran banyak produser untuk membintangi film dan sinetron lepas juga tawaran membintangi sejumlah iklan. Ayah Devan yang juga seorang produser, mambuat Rica semakin membusungkan dada. Rica yakin dekat dengan Devan akan membawa Diva ke puncak karier.

"Ah, ya, kenapa tidak minggu depan saja kita makan malam bersama. Kan sekalian mengakrabkan diri sebagai anggota keluarga? Bagaimana pun juga suami Anna nanti akan menjadi bagian dari keluarga kita," usul Rica sambil tersenyum lebar.

Mengakrabkan diri apanya batin Anna. Ia yakin 100 persen acara itu akan didominasi dengan memuji dan membanggakan pacar Diva, bukan calon suami Anna.

"Papa rasa itu ide yang bagus. Anna coba kau hubungi Fandi untuk minta kesediannya makan malam bersama. Akhir-akhir ini Papa kesulitan menghubunginya," ujar Papa Anna.

Anna merengut sewot. Bukan karena acara pamer pacar Diva. Karena dengan makan malam itu, artinya ia harus membawa Evander ke rumah mereka. Anna inginnya membuat kejutan saat menikah nanti.

"Nah, begitu dong," ujar Rica dengan tertawa renyah tanda kemenangan.

"Kita makan malam di mana, Ma?" tanya Diva.

Terbayang di matanya tatapan mata iri Anna melihat pacarnya yang tampan dan terkenal, sedangkan ia sendiri bersama seorang lelaki tua yang lebih pantas menjadi ayahnya.

"Sebaiknya di rumah saja. Devan juga belum pernah ke sini, kan, Sayang. Nanti Mama pesan makanan di restoran langganan kita, bagaimana?" tawar Rica sambil membelai dagu Diva.

"Boleh juga, aku akan hubungi Devan. Weekend minggu depan jadwalnya kosong," sambut Diva ceria.

*

*

Ruang tengah sudah ramai dengan obrolan kecil keluarga mereka. Sudah jam tujuh kurang sedikit. Devan sudah datang sejak satu jam yang lalu dan sekarang sedang mengobrol dengan Rasena, Rica, dan Diva.

Rica memuji-muji Devan setinggi langit saat pacar Diva itu membawakan Diva hadiah bross berhiaskan permata putih berkilau. Devan juga membawakan Rica buket bunga anggrek yang indah. Membuat mata Rica tak jarang melirik ke arah Anna. Mungkin, ia mengira Anna akan sangat iri dengan pacar Diva yang tampak sempurna di matanya.

Ia tak tahu bagaimana Evander saja, batin Anna sewot. Ia gemas dengan Rica yang paling pandai bersandiwara. Padahal kalau di rumah ia selalu bersikap sinis. Bukan hanya pada Anna. Pada Papa, Bi Min, dan Unti juga jarang bersikap manis.

Evander belum juga datang. Minggu lalu Anna mengiriminya pesan undangan makan malam, dan Evander menyanggupinya. Anna hanya berharap laki-laki itu tak membatalkan kedatangannya di saat-saat terakhir. Anna tak tahu harus memberi alasan apa pada keluarganya kalau hal itu terjadi.

Anna menunggu dengan tegang di ruang tamu. Tadi ia sempat ikut bergabung di ruang tengah. Tapi ia memutuskan menunggu di ruang tamu begitu melihat wajah Diva yang merengut karena Devan tampaknya juga merasa nyaman ngobrol banyak hal dengan Anna.

"Non, ada tamu buat Non Anna. Orangnya begini," panggil Bi Min dari pintu depan.

Asisten rumah tangga setengah baya itu tersenyum lebar sambil mengacungkan ibu jarinya ke arah Anna.

Anna cepat-cepat keluar. Di halaman depan ada Pak Nun yang sedang mengarahkan Evander memarkir Bentley-nya. Jendela di samping kemudinya terbuka. Jadi, wajar saja kalau Bi Min tadi sempat melihat orangnya.

Laki-laki itu keluar dari Bentley-nya dan tersenyum melihat Anna. Hanya senyum tipis, tapi berhasil membuat membuat jantung Anna berdegup dua kali lebih kencang.

Laki-laki itu tak pernah gagal membuat Anna terpesona. Kali ini meski berpenampilan kasual, tapi tak mengurangi nilai plus yang dimilikinya.

Tubuh jangkung, perawakan yang tegap, dan pakaian yang terlihat sempurna melekat di tubuhnya. Kemeja navy blue yang digulung dan dikeluarkan dari celana warna krem-nya membuat Anna yang memandang pun terbius dengan pesonanya.

Bi Min dan Unti yang dari tadi berdiri di samping Anna pun juga tanpa sadar memandang tanpa kedip. Ia heran dari mana nona rumahnya menemukan perjaka seperti dewa yang turun dari khayangan seperti ini. Sangat beda dari artis yang katanya pacar Nona Diva tadi.

"Aku harap, aku tidak terlambat," uajr Evander dengan suara beratnya yang khas.

Di tangannya terdapat sebuah paper bag yang entah apa isinya.

"Itu apa?" tanya Anna.

"Hanya sekedar oleh-oleh. Aku tak mungkin datang dengan tangan kosong, kan?" ujar Evander.

Anna mengajaknya masuk. Evander mengulurkan lengannya pada Anna dan dengan malu-malu Anna menyambutnya dengan mengalungkan lengan kanannya.

Suara tawa dan obrolan seru yang terdengar di ruang tengah terhenti seketika saat Anna masuk sambil menggamit lengan Evander. Rasena yang semula duduk di kursi santainya sampai berdiri dengan tamu yang dibawa Anna itu.

"Pa, Ma, kenalkan, ini Evander, calon suami Anna," ujar Anna memperkenalkan Evander pada kedua orang tuanya.

Bersambung

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang