CHAPTER 37 - Syarat Evander

170 11 3
                                    


Anna mondar-mandir di dalam kamarnya. Tanpa sadar ia menggigit kuku jari tangannya. Pikirannya tengah berputar keras. Sel-sel dalam otaknya bekerja keras memikirkan apa yang baru diminta Evander padanya.

Anna tahu ia tak berhak menolak permintaan Evander tadi. Itu juga salah satu tugasnya sebagai Nyonya Alakai yang baik. Tapi memberikan apa yang Evander minta sekarang membuat Anna ingin bumi di bawahnya terbelah dan menelannya.

Anna sudah tak punya apa-apa lagi untuk bisa dibanggakan. Hanya itu harta satu-satunya yang bisa dipakainya sebagai tameng. Supaya Evander tak bisa memperlakukannya sesuka hatinya.

Ish, mengapa makhluk hidup berjenis laki-laki harus selalu dominan. Mengapa mereka bisa hidup sesukanya dan dimaklumi apa pun perbuatannya.

Anna bukannya tak mau. Oh, kalau ia seperti perempuan lain yang rela menyerahkan tubuhnya pada Evander, ia sudah melakukannya sejak di Bali. Tapi, Anna tak mau disamakan dengan mereka. Maka dari itu, sebesar apa pun hasratnya untuk takluk, pikirannya selalu bisa mengontrolnya. Mengingatkan bahwa ia harus bisa membentengi dirinya dengan baik.

"Harus sampai seperti itu, ya, kamu memikirkan permintaanku tadi?" suara Evander yang membuka pintu kamar tiba-tiba membuat Anna berjengit kaget.

Ia mengehentikan langkahnya mendadak dan menatap Evander waspada.

"Harus itukah yang kau minta. Tak bisa yang lain?" tanya Anna mencoba berkompromi.

"Bukankah seharusnya aku tak perlu memintanya? Kau tahu cepat atau lambat kita akan melakukannya. Anggap saja aku meminta hakku setelah aku melakukan semua kewajiban yang sudah aku janjikan padamu. Aku sudah melakukan semua syarat yang kauminta. Aku tak pernah memaksamu, aku minta kau memberikannya dengan sukarela," ujar Evander sambil berjalan mendekati Anna.

"Mundur!" teriak Anna panik. Masak iya mereka akan melakukannya saat ini juga.

"Kau belum pernah melakukannya sebelumnya, kan?" tanya Evander sambil memicingkan matanya.

"Bukan urusanmu," jawab Anna ketus. Pertanyaan Evander tadi di telinga Anna seperti ejekan baginya bukan pujian.

Anna tahu sebejad-bejadnya laki-laki ia pasti menginginkan gadis perawan sebagai istrinya. Membuat Anna ingin mencakar wajah Evander yang Anna yakin juga menginginkan demikian. Evander bisa tidur dengan perempuan mana saja yang ia mau, tapi masih menginginkan gadis sebagai seseorang yang bisa ia beri status sebagai istri.

"Aku memintanya bukan untuk menukarmu dengan kesepakatan pada ayahmu. Aku memintanya karena aku menginginkannya," ucap Evander sambil memeluk Anna dari belakang. Napasnya yang hangat membuat tengkuk Anna bergidik geli.

"Aku belum siap," ujar Anna lirih.

"Sampai kapan? Aku lihat kau pun sudah mulai belajar. Buku dari Tante Kenia sudah kaupelajari sampai mana?" ucap Evander sambil tersenyum geli.

Anna melepas pelukan Evander dan melotot padanya. Jangan bilang Evander tahu. Anna sudah menyembunyikan buku terkutuk itu di tempat yang sangat aman.

"Buku apa?" tantangnya.

"Buku yang kausembunyikan di dalam koper di lemari. Yang di halaman depannya tertulis 'Farandi to Kenia, with love', akh!" ringis Evander sambil menahan tawanya karena Anna mencubit pinggangnya.

Meskipun tangannya kecil dan kurus, tapi kalau urusan mencubit jari telunjuk Anna dan jempolnya bisa membuat korbannya meringis dan kulit menjadi kebiruan.

Wajah Anna semakin merah padam. Ia lupa kalau minggu lalu Evander ke Surabaya selama tiga hari. Dan tentu saja koper hitam yang selama ini menjadi tempat Anna menyembunyikan buku dari Tante Kenia, dipakai Evander untuk mengepak pakaiannya.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang