CHAPTER 49 - Rencana Rahasia

141 9 1
                                    


Tama tak tenang selama berhari-hari. Apalagi saat berada di tempat kerja. Ia tak berani lagi bertatapan dengan Anna. Semua ini karena pesan yang diterimanya beberapa hari yang lalu.

Sampai hari ini Tama belum menerima pesan lagi. Tama belum mendapatkan perintah apa pun sampai hari ini.

Pengirim tanpa nama itu hanya mengirimkan potongan-potongan video tentangnya saat ia mengawasi tempat Anna tinggal. Video yang dikirimkan memang tidak panjang durasinya. Hanya lima sampai sepuluh menit. Tapi bagi Tama video itu seperti neraka baginya. Sekali tersebar, rusak semua reputasinya di perusahaan ini yang telah susah payah ia bangun.

"Pak Tama kenapa, ya, akhir-akhir ini kok kelihatan galau?" tanya Wina pada Anna, Danu, dan Rasta saat Tama sedang mengikuti meeting dengan bagian desain.

"Patah hati kali. Kan, sudah ditolak Anna," celoteh Rasta.

Anna berdecak sebal. Apa saja yang terjadi pada Tama selalu dikaitkan dengan dirinya. Kalau Tama tiba-tiba pingsan pasti yang lain akan menuding itu karena ulahnya.

Wina, Danu, dan Rasta langsung menoleh dan menatap Anna lama. Membuat yang ditatap jengah karenanya.

"Kenapa jadi aku yang kena getahnya?" ujar Anna kesal, "memangnya aku punya kewajiban untuk membuat hidupnya bahagia?"

"Pak Tama nggak pernah seperti ini, lho. Kelihatan banget kalau ia cinta mati sama kamu," ucap Wina sambil melirik Anna yang duduk di sampingnya.

"Tahu dari mana? Pak Tama nggak pernah, tuh, bilang cinta," elak Anna.

"Kalau melihat mukamu yang kadang ketus itu, ya Pak Tama mikir-mikir lah, mau maju apa mundur. Coba kalau kamu selalu senyum di depan Pak Tama atau manja-manja dikit seperti Meita, pasti hari ini juga Pak Tama bilang cinta," kali ini gantian Danu memberikan ide yang terdengar sangat konyol di telinga Anna.

Manja-manja pada Tama, tentu itu akan Anna lakukan kalau ia sudah benar-benar gila. Tama yang tak lagi mendekatinya di tiap kesempatan, terang saja membuat Anna lega. Tapi, komentar miring orang-orang di dekatnya membuatnya sebal setengah mati.

Obrolan mereka terhenti saat melihat Tama yang memasuki ruangan. Wina berdesis penuh ancaman saat dilihatnya Danu mulai berkata-kata lagi. Mereka pun diam dan mengamati mimik wajah Tama yang memang ada perubahan mencolok dalam beberapa hari terakhir ini.

Rambutnya yang biasanya licin berpomade, sekarang mulai kelihatan mencuat ke sana-sini. Wajahnya yang juga kelihatannya beberapa hari tak dirapikan cambangnya, membuat wajahnya terlihat lusuh. Belum lagi Tama yang biasanya penuh senyum pada siapa saja, mendadak berubah menjadi pendiam.

"Setelah makan siang. Semua tim berkumpul di ruang meeting. Tim desainer akan menunjukkan prototipe pakaian yang akan dibuat," ucap Tama.

Suara husky-nya yang agak serak bertambah semakin serak sekarang. Seperti orang yang sedang sakit tenggorokan.

Anggota tim Tama hanya menjawab singkat. Anna segera membereskan mejanya dan menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Tiga puluh menit lagi sudah waktunya makan siang.

*

*

'Pancing Anna dan rayu dia di tempatmu.'

Tama mengeluh keras saat membaca pesan yang diterimanya malam itu. Akhirnya, ia menerima tugas seperti yang pernah ia terima dalam video. Bukannya lega karena sudah tahu apa yang harus ia lakukan, tugas itu malah membuat Tama semakin frustrasi.

Mendekati Anna secara personal di kantor saja, sudah sulit baginya. Apalagi di luar kantor.

'Kenapa aku harus merayunya?' balas Tama pada pesan anonim itu.

'Kau hanya perlu melakukan perintahku. Tak usah banyak tanya, lakukan saja!'

Tama mengeluh dan mengacak-acak rambutnya yang tidak gatal. Buat apa juga ia harus merayu Anna. Apakah orang ini benar-benar ingin menghancurkan hidupnya? Atau sebenarnya ingin menghancurkan Anna?

Pesan-pesan terus saja masuk ke ponselnya. Menjelaskan secara mendetail apa saja yang harus dilakukannya. Ia hanya perlu meyakinkan Anna untuk mau datang ke tempatnya. Waktunya, pengirim anonim itu yang akan menentukannya.

*

*

Dia tersenyum dan meletakkan burner phone yang dipakainya ke tong sampah di dekat jendela. Akhirnya, setelah sekian lama ia bisa melancarkan aksinya kembali.

Ia sudah hampir putus asa saat semua usahanya untuk menguasai dan mengendalikan Evander Alakai selalu berakhir dengan kegagalan.

Sebelumnya ia berhasil menyingkirkan perempuan-perempuan tak berguna yang mengisi hidup laki-laki itu. Ada yang sudah dikirimnya ke neraka dan nampaknya mereka baik-baik saja ada di sana.

Tak ada yang kembali ke dunia untuk menghantuinya. Perempuan-perempuan itu memang layak ada di sana. Pendosa-pendosa menjijikkan yang hidup seperti lintah.

Ada juga yang pergi dengan sukarela setelah ia mengirimkan foto-foto estetik hasil jepretan paparazi yang sangat cekatan.

Ia tak menyalahkan Evander. Laki-laki itu seperti nyala lampu neon yang mengundang serangga-serangga untuk mendekatinya. Dan serangga tak berguna itu pantas mati karena berani mendambakan seorang Evander Alakai.

Apalagi perempuan bernama Anna itu. Yang lebih dari sekadar lintah. Ia tak mau lepas mengisap darah majikannya. Ia heran kenapa Evander betah dengan pengisap darah sepertinya.

Anna tak jauh lebih cantik dari perempuan-perempuan lain yang ada di sekekliling Evander. Ia yakin perempuan itu mau tinggal bersamanya karena silau akan harta yang dimiliki Evander.

Umumnya setelah dikirimi foto-foto mesra suami dengan perempuan lain, seorang istri akan berpikir untuk pergi. Tapi Anna, perempuan laknat ini, malah tetap saja bertahan. Setelah ia mengirimkan banyak foto Evander dengan perempuan random yang mau dibayarnya untuk bertingkah mesra, Anna masih saja bergeming.

Ia mengambil sebotol brandy dalam lemari dan menuangkannya dalam sniffter glass yang sudah berisi batu es. Ia meneguknya hingga tandas dan tertawa terbahak mengingat drama apa yang akan terjadi kemudian.

Tampaknya drama tragedi antara Anna dan Evander akan mencapai klimaksnya sebentar lagi. Laki-laki bodoh yang tak sengaja ditemui orang kepercayaannya telah memberikan ide brillian.

Laki-laki yang dilihat orang kepercayaannya itu, selama beberapa hari, selama berjam-jam, mengikuti Anna dan mengawasi rumahnya. Laki-laki yang dibutakan matanya oleh cinta memang mudah diperbudak. Dan akhirnya, laki-laki itu terpaksa akan melakukan apa saja yang disuruhnya. Seperti kebau dicocok hidungnya.

Sekali ancam, ia langsung menurut. Laki-laki itu tentu akan berusaha menyelamatkan hidup dan reputasinya terlebih dulu. Mana mau ia mengorbankan hidupnya demi perempuan lain.

Ia kembali menuangkan brandy ke dalam gelasnya dan meneguknya lagi. Biar saja ia mabuk hari ini. Ia sedang menikmati hatinya yang sangat bahagia malam ini.

Bersambung

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang