CHAPTER 18 - Makan Malam Bencana

153 17 2
                                    

Sesuai dugaan Anna, Rica dan Diva nampak tak percaya kalau laki-laki yang dikenalkan Anna adalah calon suaminya.

Bibir Rica malah langsung terkatup rapat. Demikian juga dengan Diva yang tertegun tak percaya. Dan reaksi mereka itu membuat Anna merasa sangat puas.

Hanya Rasena yang bisa tersadar dengan siapa beliau berhadapan. Sikapnya langsung berubah sedikit serius saat berhadapan dengan Evander.

"Selamat malam, maaf saya agak terlambat," sapa Evander saat ruang tengah berubah suasana pasca kehadirannya.

"Selamat malam, Evander Alakai, kan? Sudah lama kita tidak bertemu," ucap Rasena sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Sudah hampir satu tahun sepertinya. Anda lebih sering bertemu dengan Om Fandi daripada dengan saya," ucap Evander tersenyum sambil menyambut tangan Rasena.

Anna melepaskan tangannya dari lengan Evander dan membiarkan laki-laki itu melakukan hal yang sama dengan semua orang yang ada di situ.

Rica tampak menyambut tangan Evander dengan canggung. Ekpresi wajahnya tak dapat dijelaskan, antara terkejut, marah, atau mungkin juga malu.

Diva yang berdiri di samping Devan juga tak kalah canggungnya. Sikapnya yang semula ceria mendadak berubah diam. Sepertinya ada gembok yang mengunci mulutnya rapat-rapat.

Devan yang tubuhnya tak setinggi dan setegap Evander malah terlihat seperti anak kemarin sore di hadapannya.

"Ehm, kita langsung ke meja makan saja, yuk!" ajak Anna memecah kecanggungan.

Seharusnya Rica yang menjadi Nyonya Rumah malam ini. Tapi dengan kejutan dari Anna malam ini membuatnya tak menjalankan perannya dengan semestinya.

Anna dan Evander duduk bersebelahan. Di hadapan mereka ada Rica serta Diva dengan Devan. Sedangkan Papa Anna duduk di ujung meja.

Rica tampaknya benar-benar terpaku malam ini. Ia dengan diam menyendokkan nasi ke piringnya sendiri alih-alih ke piring papanya. Membuat Rasena, suaminya, yang sudah mengangsurkan piring ke arah istrinya itu, bertanya-tanya dalam hati.

Anna mengambil alih peran Rica sebagai Nyonya Rumah. Ia memecahkan suasana dengan menawarkan sajian yang ada di atas meja kepada Evander dan Devan.

Ia juga menyendokkan nasi ke piring Evander dan Devan karena dua perempuan lain yang ada di situ tampak seperti kehilangan rohnya.

"Ada apa dengan mamamu?" bisik Evan di telinga Anna yang duduk di sampingnya.

Anna merasa napas Evander menggelitik telinganya. Membuatnya terkikik tanpa sadar. Dengan malu ia menatap papanya yang tak bisa menyembunyikan senyumnya. Anna hanya menggeleng sambil tersenyum ke arah Evander.

Sayangnya tindakan Anna dan Evander, membuat hati Rica semakin panas. Ia menatap Anna dengan pandangan yang sulit diartikan.

Anna sangat menikmati acara makan malam hari ini. Tapi bagi Rica dan Diva acara itu bak neraka yang membakar hati mereka dengan bara kedengkian.

*

*

Anna mengantarkan Evander keluar setelah makan malam dan sedikit berbincang dengan papanya. Laki-laki itu mengajaknya keluar menghindari tatapan mata Rica yang sepertinya mau menelan Anna bulat-bulat.

"Wanna ride?" tawar Evander.

"Sure," jawab Anna seraya berjalan ke bagian kursi penumpang.

Evander menjalankan mesin mobilnya dan meninggalkan kediaman keluarga Rasena Nayaka. Evander hanya mengajak Anna berkeliling karena ia pun juga tak bisa memutuskan mau ke mana. Kalau ada tempat yang bagus mereka bisa mampir.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang