CHAPTER 43 - Mencari Alasan

144 13 1
                                    


"Sabtu malam nanti aku acara sampai malam. Ada pesta ulang tahun perusahaan," ucap Anna malam itu pada Evander saat mereka ada di ruang kerja Evander.

"Aku tahu," ucap Evander singkat seperti biasa.

Anna berdecak. Kalau Anna mengatakan sesuatu, kata 'aku tahu' sering diucapkan suaminya itu. Sepertinya ia serba tahu atau si paling tahu dalam segala hal.

"Tahu dari mana?" tanya Anna jengkel.

Evander membuka tumpukan berkas yang ada di meja kerjanya, lalu mengulurkan sebuah undangan pada istrinya itu. Undangan yang sama persis dengan yang dimiliki Anna. Di sampul depannya tertulis Tn. Evander Alakai, CEO Imperium Holding Company. Anna memandangnya dan tersenyum kecut.

"Kau diundang juga?" tanya Anna. Ia tak pernah tahu kalau Evander juga mengenal pemilik Ed Sabino Clothing Company.

"Sudah kenal lama. Rumahnya juga aku yang desain," jawab Evander.

Anna menyandarkan punggungnya di sofa. Evander juga seorang arsitek. Dan kelihatannya ia paling bangga kalau disebut sebagai arsitek daripada pengusaha. Makanya tak heran kalau media sosialnya dipenuhi dengan gambar-gambar hasil rancangannya daripada foto dirinya sendiri.

"Kau datang tidak?" tanya Anna yang teringat sesuatu.

Kalau Evander mau datang bisa gawat. Ia tak mungkin pura-pura tidak mengenalnya saat di pesta itu.

"Kita bisa datang berdua," jawaban Evander persis dengan yang ada di bayangan Anna.

"Kalau kau sibuk, kau boleh tidak datang. Tidak perlu memaksakan diri," ucap Anna dengan memilih kata yang sebisa mungkin tidak kentara kalau ia mengharapkan Evander tak menghadiri pesta itu.

"Sabtu malam aku tak begitu sibuk," ujar Evander yang membuat Anna harus memutar otak lebih keras lagi, tapi Anna tak menemukan alasan apalagi yang mampu membuat Evander menghindari pesta itu.

Anna tahu Evander sangat cerdas. Jadi, mustahil kalau Anna hanya mengarang alasan sepele. Bukannya membuat Evander yakin, malah membuatnya semakin curiga.

"Sebenarnya begini. Teman-temanku tak ada yang datang dengan pasangannya. Jadi, aneh kalau aku datang bersamamu," kata Anna memberi alasan yang sekiranya masuk akal.

"Itu karena pasangan mereka tak diundang. Aku punya undangan sendiri. Ada apa sebenarnya sampai kau begitu mengharapkan aku tak datang ke pesta Sabino?" tanya Evander yang memang akhirnya merasa curiga.

Anna menggigit bibir bawahnya gundah. Kalau sudah begini ia tak akan bisa berbohong lagi. Anna berdiri dari sofanya dan duduk di kursi di depan Evander.

"Sebenarnya di kantor tak ada yang tahu kalau aku sudah menikah," ucapnya lirih.

Evander membelalakkan matanya dan rahangnya mengeras. Anna tahu kalau laki-laki di depannya itu mulai marah padanya.

"Bukan aku sengaja membuat statusku menjadi lajang. Tapi, kau tahu sendiri kan kau tak pernah mengurus surat-surat kependudukan kalau kita sudah menikah. Jadi, waktu melamar pekerjaan pun aku masih pakai KTP lamaku," ucap Anna membela dirinya.

Evander membuang napasnya kasar. Ia memang benar-benar lupa akan hal itu. Jadi, bukan salah Anna sepenuhnya kalau ia masih menggunakan status lamanya.

Evander melirik jemari kanan Anna yang ada di atas mejanya. Ia menatap Anna kesal saat dilihatnya Anna ternyata tak mengenakan cincin kawinnya.

"Di mana cincin kawinmu? Kau lepas juga supaya tidak ketahuan kalau kau sudah menikah?" tanya Evander kesal.

Anna melihat kedua tangannya yang tertangkup di atas meja. Telapak tangan kanannya menutupi telapak tangan kirinya.

"Ini," jawab Anna sambil menunjukkan tangan kirinya. Cincin kawin itu ada di jari manis tangan kirinya,"Tak harus dipakai di tangan kanan, kan?"

"Mana yang satunya?" tanya Evander saat Anna hanya menunjukkan cincin dengan batu permata kecil.

"Yang besar berat. Makanya aku simpan. Sehari-hari aku hanya pakai yang ini," sahut Anna.

Cincin pernikahannya yang terdiri atas dua bagian cincin memang bisa dilepas. Cincin dengan batu safir bulat besar membuatnya tak bisa leluasa menggerakkan jari-jarinya karena berat.

"Jadi, demi menutupi statusmu yang sebenarnya, aku tak bisa datang ke pesta Ed Sabino?" tanya Evander.

Anna mengangguk kuat-kuat. Evander tidak datang, maka ia tak perlu repot-repot mencari alasan. Apalagi Anna yakin tamu Ed Sabino yang lain pasti ada beberapa atau bahkan banyak yang mengenal Evander.

"Anna, kau tahu kan setiap kali kau membuat kesepakatan denganku, artinya aku akan mendapatkan sesuatu sebagai gantinya?" tanya Evander dengan senyum licik di wajahnya yang Anna tahu pasti apa maksudnya.

Anna menelan ludahnya pahit. Ia menggerutu dalam hati. Suaminya itu sangat pandai mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Bersambung

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang