Tahun baru kemarin Elang dan Arinda menikmati liburan dengan berkunjung ke beberapa negara di Eropa. Namun tahun baru kali ini tidak. Tentu saja itu karena pandemi belum berakhir dan malah semakin banyak memakan korban. Tak ingin egois, apalagi mereka memiliki anak kecil, tahun baru kali ini mereka tak melakukan liburan. Mereka merayakan pergantian tahun dengan berkumpul bersama keluarga.
Rumah orang tua Elang menjadi tempat mereka berkumpul. Orang tua Arinda yang tinggal berseberangan juga turut bergabung. Sejak sore Elang dan Arinda juga putri mereka, Sansa, sudah datang. Sedangkan Arya, Sammy, dan ketiga anak mereka tiba di malam hari.
"Janjian, ya, sama si Aa Elang? Bajunya bisa samaan gitu," Yulia berbasa-basi saat Arya menghampiri untuk menyalaminya.
"Aku sama Elang emang selalu sehati, Tan," jawab Arya diiringi tawa ringan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, ia dan Elang memakai pakaian yang sama yaitu jersey klub favorit mereka, Manchester United. Itu pemberian dari Ryan ketika sepupunya tersebut berbulan madu ke Inggris.
"Anak kembar emang begitu," celetuk Rahma.
Yulia tersenyum. "Lucu, ya."
Kehadiran Arya sekeluarga membuat suasana semakin ramai. Sansa dan Syamsa langsung asyik bermain. Belum lagi suara-suara yang menghibur anak kembar Arya, Star dan Sky yang memang sedang gemas-gemasnya. Usia mereka baru tiga bulan.
Semua orang dewasa di sana berebut ingin menggendong Star atau Sky. Yang paing bersemangat adalah Elang. Sejak dua bayi itu baru saja tiba, ia bergegas mengambil salah satunya dari stroller. Maklum, ia memang ingin sekali memiliki anak laki-laki. Pernah satu kali ia sambil bercanda - padahal niatnya serius - meminta salah satu bayi itu pada Arya untuk diurusnya. Namun, dengan berkelakar pula Arya menolak. "Bikin sendiri dong, Lang," katanya kala itu.
"Arinda mana?" tanya Sammy yang tidak menemukan sosok saudara iparnya.
"Lagi ke kamar mandi," jawab Elang.
Mulut Sammy membulat sebelum menyahut sang suami yang memberi tahu akan ke dalam untuk menyimpan barang bawaan mereka. Tadi mereka langsung menuju halaman belakang rumah, di mana acara bakar-bakaran diadakan dan anggota keluarga yang lain sudah berkumpul.
Kedua tangan Arya menenteng tas-tas yang berisi pakaian, perlengkapan bayi, dan susu serta dot. Sebelum ke kamar, terlebih dulu ia ke dapur untuk menaruh susu dan dot.
Pada saat yang sama, Arinda keluar dari kamar mandi. Selanjutnya ia menuju dapur. Tadi Rahma minta sekalian diambilkan margarin. Tiba di dapur, ia melihat seorang laki-laki yang ia kira adalah Elang dengan posisi memunggunginya. Lalu muncul ide di kepalanya. Ia mengendap-endap agar tak ketahuan, lalu memeluk laki-laki itu yang adalah Arya dari belakang.
"Dor! Lagi ngapain, Papi Sansa?"
Hening. Kemudian setelah beberapa detik berlalu Arya bersuara sambil cepat-cepat melepas dekapan Arinda, "Ehem. Ini Papi Syamsa."
Arya berbalik. Tak lupa ia tersenyum. Sejenak Arinda mengamatinya lalu kedua matanya terbuka lebar. Ia merasa kaget, malu, dan bersalah.
"Maaf, aku enggak tau kalo ini Aa. Soalnya aku lihat dari belakang dan baju yang dipake Aa sama kayak yang dipake Kak Elang."
Arinda meringis. Ia kikuk, panik, khawatir ada yang melihat yang bisa berakibat salah paham.
"Enggak papa. Ini udah biasa terjadi."
"Aa jangan bilang ke Kakak, ya."
Arya mengangguk. "Tenang aja."
Arinda segera mengambil margarin lantas berlari meninggalkan dapur.
Tak lama setelah Arinda pergi, Arya melangkah ke kamar. Ia menyimpan pakaian ke lemari lalu berganti baju.
"Lho, kok, kamu ganti baju, Mas?" Sammy bertanya ketika Arya sudah kembali ke halaman belakang.
"Aku khawatir kamu enggak bisa bedain yang mana aku, yang mana Elang," jawab Arya disertai tawa ringan.
Sammy hanya menggumam.
Arinda yang juga mendengar jawaban Arya langsung tegang dan memerah wajahnya.***
Usai acara bakar-bakaran dan makan-makan, mereka mengobrol santai hingga hampir tengah malam. Rasa kantuk yang akhirnya menyudahi kebersamaan mereka. Elang dan Arinda menginap di rumah orang tua Arinda, sedangkan Sansa menginap di rumah orang tua Elang sebab ada Syamsa.
Di atas tempat tidur Arinda gelisah, berubah-ubah posisi berbaring. Meski kejadian tadi di dapur murni ketidaksengajaan, namun ia merasa sangat bersalah pada Elang.
"By, kamu kenapa?"
Elang sudah memejamkan mata tapi masih bisa mendengar gemerisik pergerakan istrinya di sebelah.
"Kak ...."
Arinda menggeser tubuh sehingga menjadi berdempetan pada sang suami. Tangan Elang langsung mengusap-usap kepalanya.
"Mmm."
"Kak, maafin aku, ya."
Pernyataan Arinda membuat Elang membuka mata lantas menatap Arinda. "Maaf buat kesalahan apa? Perasaan kamu enggak bikin salah sama Kakak."
Arinda menggigit bibir. Tidak mungkin ia mengatakan kejadian di dapur tadi. "Aku minta maaf buat kesalahan-kesalahan yang aku lakuin di tahun 2020," ujarnya setelah berpikir sejenak. "Selamat tahun baru 2021 dan selamat tidur, Suamiku," lanjutnya lalu mengecup pelipis Elang.
Elang tersenyum. Ah, ada-ada saja istrinya itu. "Oh, begitu. Oke, Kakak maafin kamu, Istriku. Ya udah, yuk, kita tidur."
Arinda mengangguk lalu memejamkan mata. Kemudian ia merasakan Elang mengecup keningnya.
Tak sampai satu menit suara dengkuran halus terdengar dari sebelah Arinda. Sementara ia sendiri belum bisa tidur. Kejadian tadi di dapur masih menghantuinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Goals
General FictionTak perlu menanti lama, Elang dan Arinda dikaruniai seorang putri cantik tepat di usia pernikahan mereka yang kesembilan bulan. Simak kisah seru mereka dalam mengurus anak dan melewati setiap masalah serta ujian rumah tangga di sini.