Malam Mingguan

13.8K 468 11
                                    


     Kehadiran putri kecil di tengah-tengah Elang dan Arinda tak membuat keromantisan mereka sebagai sepasang suami istri meluntur. Buktinya malam Minggu ini mereka melakukan kencan seperti saat masih berpacaran dulu. Untuk sementara Sansa dititipkan pada orang tua Arinda.

     Elang dan Arinda sepakat mengunjungi kafe milik Andre. Tempat tersebut sudah menjadi langganan mereka sejak dulu. Selain itu, di sana nyaman dan asyik. Seperti biasa, mereka memilih meja di sisi ruangan dekat jendela. Posisi favorit mereka.

     "Jadi ingat kejadian itu," kata Arinda sambil menerawang ke luar lewat jendela.

     "Kejadian apa?" Elang bertanya.

     Arinda menoleh kemudian tersenyum. "Kejadian Kakak nolak cinta aku."

     "Nggak usah dibahas sih, By," ujar Elang dengan menunjukkan wajah jengah. "Kakak menyesal udah nolak kamu waktu itu. Beneran. Untung Arya baik banget mau nyerahin kamu ke Kakak lagi."

     Arinda mendengus. "Udah kayak bola aja aku. Dioper ke sana ke mari."

     "Lagian kamu ngapain nerima Arya?"

     "Aku sih, simple aja. Ada laki-laki baik dan cinta aku, ngapain disia-siakan?"

     Elang diam, tak membalas sementara Arinda tersenyum puas.

     "Yang lalu, biarlah berlalu. Yang penting sekarang kita udah bersatu," kata Elang kemudian, tangannya menyentuh tangan Arinda di atas meja. Istrinya itu mengangguk sambil tersemyum lembut.

     Beberapa menit kemudian makanan dan minuman pesanan mereka datang. Mereka menikmatinya diiringi suara merdu seorang penyanyi kafe yang sedang menyenandungkan tembang All of Me milik John Legend. Sungguh sebuah lagu yang tepat pada momen yang tepat.

     "Hai, Lang!"

     Andre datang menghampiri. Ia menyalami Elang dan Arinda lalu berbasa-basi sejenak.

     "Dre, gua mau nyanyi, ya," pinta Elang.

     "Oh, silakan. Dengan senang hati." Andre menjulurkan tangan ke arah stage.

     Elang berpamitan pada Arinda lantas berdiri kemudian melangkah dengan percaya diri ke stage di depan.

     "Lagu ini aku persembahkan untuk perempuan berkerudung merah muda di sana," kata Elang sebelum mulai menyanyi. Pandangannya mengarah pada Arinda. Sontak para tamu yang hadir mengikutinya lalu mereka bertepuk tangan. Sementara Arinda yang menjadi pusat perhatian hanya bisa tersenyum malu-malu.

     Musik pembuka mulai tersengar lalu disusul suara merdu Elang. Sambil menyanyi pandangannya tak lepas dari Arinda. Membuat yang lain baper.

Menjaga cinta itu
Bukanlah satu hal yang mudah
Namun sedetik pun tak pernah kau
Berpaling dariku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu

Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

     Tepuk tangan riuh terdengar dari para tamu usai Elang menyanyi. Saat ia baru saja turun dari stage, tiba-tiba seorang wanita cantik dengan penampilan menarik menghampirinya.

     "Halo, Mas. Saya Leni. Mas?" Wanita itu mengulurkan tangan yang disambut baik oleh Elang.

     "Aku Elang."

     "Oh, Mas Elang," kata Leni seraya tersenyum. "Mas saya suka banget sama suara Mas. Lembut, seksi ... Pokoknya saya suka."

     "Terima kasih, Mbak."

     "Saya mau Mas nyanyi di hari ulang tahun pernikahan saya dan suami Februari nanti. Bagaimana, apa Mas bersedia?"

     Baru saja Elang akan menjawab namun Arinda tiba-tiba datang. Istrinya itu tersenyum. Namun ia tahu itu adalah senyum palsu. Tanpa ragu Arinda melingkarkan tangan pada lengannya.

     "Sayang, pulang, yuk! Kasihan Sansa, ditinggal lama-lama."

     Arinda sengaja berkata begitu agar wanita bernama Leni itu tahu ia adalah istri Elang. Ia tak suka wanita itu dekat-dekat pada Elang.

     "Ini istri Mas Elang, ya?"

     "Iya," jawab Arinda segera.

     "Kalian pasangan yang serasi," puji Leni. "Jadi gimana, Mas, dengan tawaran saya?"

     "Sebenarnya aku bukan penyanyi. Tadi aku nyanyi cuma buat nyenengin istri."

     "Oh." Leni manggut-manggut. Maklum, ia tak menikmati lagu yang dinyanyikan Elang dari awal.

     "Tapi aku bisa pertimbangkan tawaran Mbak Leni," kata Elang sambil tersenyum. "Khusus buat Mbak Leni dan suami aja lho," tambahnya.

     "Wah, makasih banget. Ya udah, ini kartu nama saya."

     Leni menyerahkan sebuah kartu pada Elang sebelum akhirnya pamit kembali ke meja.

     "Oh, jadi perempuan itu udah punya suami? Aku kira tadi dia lagi godain Kakak," kata Arinda seraya memandangi perempuan itu yang sudah berada di mejanya.

     "Kamu cemburu, ya?" Elang menggoda.

     "Enggak, cuma cembokur," celetuk Arinda sambil menarik tangan Elang. Waktunya mereka pulang.

     Elang tertawa. Ah, istrinya itu selalu lucu membuatnya selalu, selalu dan selalu mencintainya.

***

    

    

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang