Ikhlas

8.8K 340 8
                                    


     "Istighfar, Arinda!"

     Elang menangkap kedua tangan Arinda yang sedang memukuli dadanya, kemudian mendekap erat istrinya itu hingga sulit untuk berontak. Lalu dengan lembut ia mengusap-usap punggung perempuan yang sedang terisak itu.

     "Astaghfirullahaladziiim." Arinda menuruti perkataan Elang.

     "Jangan ngomong kayak tadi lagi, ya. Kan, waktu itu Kakak udah bilang, kalau Allah udah berkehendak, nggak ada yang bisa mencegah. Lagian anak itu rejeki dari Allah. Kamu harusnya senang dikasih rejeki."

     "Aku tau, tapi aku belum siap buat hamil lagi."

     "Kamu boleh jadi belum siap, tapi pasti kamu mampu menjalaninya. Allah lebih tahu."

     Arinda terdiam dan masih sesunggukan di dada Elang. Ia masih syok mengetahui kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Perasaannya sekarang bercampur aduk.

     "Ini pemberian dari Allah langsung, lho. Kamu harus ikhlas menerimanya dan bersyukur karena orang lain ada yang bersusah payah untuk bisa mendapatkan anak."

     Arinda mengangguk. Perlahan-lahan hatinya mulai tenang dan terbuka.

     "Nanti siang kita ke dokter kandungan, ya," kata Elang sambil membersihkan air mata di pipi Arinda.

     Lagi, Arinda mengangguk.

***

     "Selamat, Bu Arinda positif hamil dan bayinya kembar."

     Pernyataan dokter Debby membuat Elang tersenyum lebar lalu menggenggam erat tangan Arinda yang masih berbaring di ranjang. "Alhamdulillah. Kita bakal punya anak kembar, By, seperti keinginan kamu. Iya, 'kan?"

     Kaget, bahagia, waswas. Begitu yang Arinda rasakan kini. Dengan mengulas senyum samar ia mengucap syukur. Ya, ia ingin memiliki anak kembar dan Allah mengabulkannya. Betapa baiknya Dia. Ia jadi malu sempat marah tadi saat tahu sedang hamil. Dalam hati ia beristighfar, meminta ampun pada-Nya. Lalu ia mengusap lembut perutnya.

     "Hai, Twin. Ini Mami."

***

    

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang