Clubbing

3.5K 228 58
                                    

Saat itu Arinda dan Elang pernah bermain peran sebagai sepasang kekasih. Kali ini mereka akan bermain peran lagi. Tentu saja itu atas ide Arinda dan lagi, Elang setuju. Jika tidak, istrinya itu pasti bakal mengomel dan ngambek. Lagipula menurutnya, ide Arinda yang sekarang lebih menarik. Mereka akan berperan sebagai laki-laki dan perempuan yang bertemu di kelab malam. Entah terinspirasi dari apa istrinya mendapat ide seperti itu. Mungkin karena terlalu lama terisolasi di dalam rumah, jadi Arinda bisa begitu, pikirnya sambil tertawa. Ada-ada saja memang, istrinya itu.

Permainan itu akan dilakukan malam ini. Kebetulan Elang pulang sangat telat dari kantor karena pekerjaan yang menumpuk. Ia tiba di rumah pukul sepuluh. Ia membawa duplikat kunci, jadi bisa membuka pintu sendiri. Saat memasuki foyer, ia mendengar suara musik nge-beat. Semakin ke dalam, suara itu semakin jelas terdengar. Lalu ia menemukan sumbernya : di ruang tengah. Ia cukup takjub melihat ruangan yang biasa digunakan untuk kumpul keluarga itu berubah menjadi seperti di kelab malam. Pencahayaan redup atau remang-remang, musik yang enak untuk menggerakkan badan, botol minuman dan sloki di atas meja ... Elang menahan tawa. Terniat, ucapnya dalam hati. Ia tahu minuman-minuman di dalam botol itu adalah sirup rasa anggur dan bir pletok yang diproduksi oleh perusahaan milik keluarganya.

"Wow!"

Elang berseru pelan kala matanya menangkap Arinda dengan memakai midi dress strapless yang mengekspos bahu dan kaki mulusnya. Sang istri sedang duduk menyilangkan kaki yang beralaskan stiletto hitam sewarna pakaiannya. Baiklah, ayo kita mulai bermain, ucapnya dalam hati sambil berjalan menghampiri Arinda.

Elang berdeham. Arinda mendongak.

"Sendirian aja, Nona?"

"Sama teman, tapi tadi dia pergi sama cowoknya. Aku malah ditinggal."

"Oh, begitu. Mau saya temani?"

Sejenak Arinda memandangi Elang dari ujung kepala hingga kaki lalu akhirnya mengangguk. "Boleh."

Kemudian Elang duduk di sebelah Arinda.

"Elang."

Arinda menyambut uluran tangan suaminya sambil menyebut nama, "Arinda. Minum?" tawarnya pada lelaki itu.

Elang mengangguk sebelum menuangkan sirup rasa anggur ke dalam sloki. Anggap saja itu wine. Sebenarnya ia ingin tertawa tapi ditahan. Ia tak ingin merusak permainan ini. Apalagi Arinda sudah berakting dengan sangat baik.

Perlahan-lahan Elang menggeser posisi duduknya menjadi lebih dekat bahkan berdempetan pada Arinda. Malam ini Arinda terlihat sangat cantik dengan make up bold. Juga sangat seksi.

"Ngapain deket-deket?" protes Arinda.

"Emang enggak boleh?"

"Boleh, sih," jawab Arinda sambil tersipu.

Lagi, lagi, Elang menahan tawa. Ternyata seru juga permainan ini, pikirnya. Lalu ia pun tak tahan untuk membelai rambut bergelombang sang istri yang dibiarkan tergerai.

"Kamu cantik banget malam ini, Sayang," pujinya tepat di telinga Arinda.

"Ih, apaan, sih, baru kenal udah manggil 'Sayang'!"

Arinda duduk menjauh dari Elang.

"Kamu marah malah makin cantik."

"Ih, apaan, sih? Gombal!"

"Beneran."

"Ah, enggak percaya."

"Terserah kamu. Eh, kita dansa, yuk!"

Arinda berpikir sejenak lalu menerima tawaran itu. Sebelum beranjak dari sofa, Elang mengganti lagu yang ternyata diputar dari ponsel Arinda. Ia memutar lagu dengan musik slow yang cocok untuk berdansa.

"Ayo."

Elang mengulurkan tangan kanannya, kemudian sambil malu-malu Arinda meraihnya. Elang menggenggam erat tangan Arinda lalu membawa sang istri ke lantai dansa. Mereka saling berhadapan. Elang langsung memeluk pinggang Arinda sedangkan Arinda meletakkan kedua tangan di bahu Elang. Mereka bergerak mengikuti irama musik sambil saling bertatapan. Elang agak menunduk lalu bibir mereka bertemu. Setelah itu mereka bertatapan lagi sebelum akhirnya Elang membawa pergi Arinda dari sana.

***

Kedua mata Arinda terbuka. Setelah kesadarannya terkumpul, ia kaget mendapati tubuhnya dalam keadaan polos di bawah selimut tebal. Itu membuatnya berteriak. Tentu saja teriakannya berhasil membangunkan Elang yang tidur di sebelahnya.

"By, kenapa sih, teriak-teriak?"

"Aku ada di mana? Semalam kamu ngapain aku? Kamu perkosa aku, ya?"

Elang memutar mata. Jadi permainan masih berlanjut? pikirnya. Baiklah, ia akan meladeni drama sang istri.

"Kamu ada di kamar saya. Semalam kamu mabuk dan menggoda saya. Terus kamu maksa saya buat melakukannya."

"Bohong! Itu enggak mungkin. Kamu bohong."

Arinda berteriak-teriak lagi sambil memukuli tangan Elang. Tiba-tiba Elang jadi pusing, lalu ia memilih tidur kembali. Belum subuh ini, katanya dalam hati.

***

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang