Elang merasa belum lama tertidur, tapi ia mendengar Arinda berbisik membangunkannya. Perlahan-lahan kedua matanya terbuka lalu samar-samar melihat istrinya tersenyum sambil membawa cake ulang tahun lengkap dengan lilin berbentuk angka tiga dan dua. Oh, jadi sekarang tanggal tujuh Juli? Kesibukan membuatnya lupa.
"Happy birthday, Love."
Kecupan lembut Elang rasakan di pipinya. "Thank you, Babe," balasnya seraya tersenyum kemudian membawa Arinda ke dalam pelukan. Tak lupa ia pun mengecup kening sang istri.
"Kak, kita ngomongnya bisik-bisik aja, ya. Khawatir Sansa bangun."
"Oke."
"Ya udah, sekarang Kakak tiup lilin, yuk."
Elang bangkit dari tempat tidur lalu mengikuti Arinda ke sofa di dekat jendela. Di sana mereka duduk di depan sebuah cake dengan lilin yang sudah menyala. Arinda menghitung satu sampai tiga kemudian Elang meniup lilin-lilin itu.
"Ternyata Kakak udah tua, ya. Tiga puluh dua tahun. Hihihi."
"Enggak lah, masih muda. Kalo lima puluh tahun tuh, baru tua."
Elang tertawa.
"Dibanding aku yang umur segini, ya Kakak udah tua lah."
"Tapi cinta, 'kan?" goda Elang.
"Banget."
Arinda menggelendot manja di lengan sang suami. Elang mengecup ubun-ubunnya.
"Potong kuenya, Kak."
Elang menurut. Sepotong cake berlumuran coklat ia suapkan pada sang istri. Kemudian Arinda ganti yang menyuapinya. Mereka tersenyum bahagia.
"O iya, ini kado buat Kakak."
Arinda meraih sebuah kotak dari atas meja. Diserahkan kotak abu-abu berukuran sekitar 30x30 sentimeter itu pada Elang.
"Apa nih, isinya?"
"Buka aja."
Elang menurut. Ia membuka penutup kotak lalu menyibak kertas transparan sebelum akhirnya ia kebingungan melihat apa yang ada di sana. Untuk memastikan, ia meraihnya. Setelah jelas terlihat, dahinya mengerut.
"By, kok, kamu ngasih baju tidur perempuan?"
Arinda nyengir. "Itu emang buat aku."
"Lho?"
"Sini, aku pake."
Dengan cepat baju tidur sutra berwarna merah hati itu berpindah ke tangan Arinda. Kemudian ia pergi menuju kamar mandi. Tak sampai lima menit ia keluar dengan baju tidur dilapisi kimono berpita dan aroma lili yang lembut menguar dari tubuhnya.
"Yuk, Kak, kita pindah ke kamar sebelah."
Aha! Elang langsung paham kado yang sebenarnya akan diberikan Arinda.
"Yuk," sahut Elang bersemangat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Goals
Fiksi UmumTak perlu menanti lama, Elang dan Arinda dikaruniai seorang putri cantik tepat di usia pernikahan mereka yang kesembilan bulan. Simak kisah seru mereka dalam mengurus anak dan melewati setiap masalah serta ujian rumah tangga di sini.