Kabar Buruk

11.1K 429 4
                                    


     Dari sore hingga malam hujan belum reda. Suara gemericiknya masih terdengar di luar. Suasana begini paling nyaman untuk tidur, tapi kali ini tidak bagi Arinda. Sudah tiga malam ia tak bisa tidur nyenyak sebab Elang tiada di sisinya. Ia begitu rindu pada suaminya itu yang kini sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan.

     Beruntung Arinda hidup di zaman modern seperti sekarang yang menyediakan alat-alat canggih. Ponsel, misalnya. Benda berbentuk persegi dan pipih itu mampu menghadirkan sang suami meski dalam bentuk suara atau gambar. Dalam satu hari entah sudah berapa kali ia menghubungi lelaki itu. Malam ini pun, ia akan melakukannya lagi.

     "Halo."

     Suara itu membelai lembut telinga Arinda membuat kerinduannya semakin membuncah. Ia tak mampu lagi untuk menahan.

     "Kak, aku kangen ... banget, banget, banget. Apalagi hujan-hujan begini. I need you."

     "Buat apa?" Elang menggoda.

     "Buat menghangatkanku."

     Di sana sontak Elang tertawa. Ia heran saja, tak biasanya Arinda seperti ini. Apa karena pengaruh rasa rindu yang menggebu padanya? Wow, ajaib!

     "Ih, Kakak, kok malah ketawa?"

     "Kamu sih, lucu."

     "Baru tau, ya?"

     "Kalo kamu butuh kehangatan, berdiri aja di dekat kompor yang lagi nyala atau setrikaan." Elang tergelak lagi.

     Arinda mendengus, sebal kemudian mengakhiri obrolan. Huh! Ia kesal pada Elang yang malah meledeknya, padahal sedang serius. Tak digubrisnya ponsel yang terus berdering dengan menampilkan nama lelaki itu.

***

     Pagi tiba dan hujan telah reda. Arinda menyambut hari ini dengan gembira meski matahari masih bersembunyi di balik awan kelabu. Mengapa bisa begitu? Sebab sang suami akan pulang.

     "Sansa, kita video call-an sama Papi, yuk!"

     Arinda memangku putri kecilnya yang sudah rapi dan cantik. Aroma minyak telon menguar dari tubuh mungil itu.

     "Assalamu'alaikum, Papi."

     "Wa'alaikumsalam, Sayang, anak Papi."

     Sansa tahu wajah yang muncul di layar ponsel itu adalah papinya, jadi ia berjingkrak-jingkrak membuat Arinda kewalahan.

     "Papi, jadi pulang pagi ini 'kan?"

     "Jadi dong. Ini udah di jalan, mau ke bandara."

     "Babababababa ...."

     Sansa ikut berbicara sambil menyentuh layar ponsel. Di sana Elang melakukan hal sama. Jadi tangan mereka saling bertemu.

     "Sansa sayang, udah makan? Udah mimi?"

     "Udah dong, Papi." Arinda yang menjawab dengan suara dibuat seperti anak kecil.

     "Papi kangen kamu, Sayang. Tunggu Papi pulang, ya!"

     "Sansa juga kangen."

     "Sansa mau oleh-oleh apa?"

     "Sansa mau oleh-oleh Papi selamat sampai ke sini."

     "Anak pintar."

     Elang tersenyum lalu melanjutkan obrolan lain dengan Arinda.

     "By, Kakak udah sampai bandara nih. Kita lanjut nanti di rumah, ya. Tunggu Kakak di sana sekitar dua jam lagi."

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang