Sansa sudah bukan bayi lagi. Pandemi pun sudah berlalu. Mmmm, ralat. Pandemi belum sepenuhnya berlalu, tapi sekarang keadaan telah mendekati normal seperti sebelum virus Corona menyerang Bumi. Orang-orang bebas berkeliaran di luar rumah dengan syarat tidak abai terhadap protokol kesehatan. Maka dari itu, Sabtu ini Arinda bertekad untuk melakukan me time dengan berjalan-jalan sendiri tanpa anak dan suami. Selain itu, ia ingin menikmati masa-masa saat ia masih gadis alias belum menikah. Jadi, setelah berjalan-jalan nanti, ia berencana akan pulang ke rumah orang tuanya dan menginap di sana.
Sebagai seorang istri, tentu Arinda terlebih dulu meminta izin pada sang suami. Beruntung, Elang merupakan suami yang pengertian sehingga Arinda bisa melaksanakan keinginannya meski terbentur kendala kecil. Arinda ingin berjalan-jalan dengan menggunakan transportasi umum. Namun Elang melarang. Lelaki itu sangat mengetahui sang istri. Arinda takut menumpang transportasi umum jika sendirian.
"Itu dulu. Sekarang aku udah berani."
"Kakak enggak yakin."
"Aku bukan Arinda yang manja dan penakut lagi, Kak. Percaya, deh."
Elang memilih diam. Ia masih tak rela jika istrinya pergi menggunakan transportasi umum seorang diri.
"Kak, pliiiis, berikanlah izinmu," ucap Arinda sambil menangkupkan kedua telapak tangan. "Aku pengen naik MRT, busway ...."
"Waktu itu udah pernah, 'kan?" Elang menyela.
"Bedalah. Waktu itu aku sama Kakak."
"Ya udah, sekarang juga sama Kakak lagi. Kakak temenin kamu jalan-jalan."
"Dih. Kalo sama Kakak, ya, bukan me time namanya, tapi you and me time."
Elang mendengkus. "Lagian me time enggak harus keluar rumah. Di dalem rumah juga bisa. Baca buku, dengerin musik, nonton ...."
"Kakaaaaaak." Arinda mulai merengek. Kakinya dientak-entakkan dan wajahnya cemberut.
Jika sudah begitu, Arinda tak ubahnya Sansa. Itu membuat Elang geregetan, kemudian memberikan izinnya. Tentu saja Arinda bergembira ria. Ia peluk erat tubuh suaminya, lantas mengecup pipi kanan dan kiri lelaki itu.
"Jangan lupa bawa pepper spray."
"Siap, Suamiku."
Satu kecupan bonus Arinda berikan di bibir Elang.
***
Menjelang magrib Arinda tiba di rumah orang tuanya. Sebelumnya Dedi dan Yulia sudah diberi tahu bahwa putri tunggalnya akan datang dan menginap tanpa suami serta anak. Elang yang menjelaskan pada mereka bahwa istrinya sedang rindu masa-masa saat masih gadis. Tentu saja mereka tidak keberatan, bahkan senang, meski ada sedikit rasa tidak enak pada sang menantu. Bagaimana pun, Arinda merupakan seorang istri dan ibu yang tidak boleh seenaknya meninggalkan suami dan anak.
Usai mandi dan salat magrib, Arinda memilih bermalas-malasan di atas tempat tidur sambil berselancar di dunia maya. Kegiatan jalan-jalannya tadi cukup melelahkan. Meski begitu, sudah pasti mengasyikkan. Saat sedang melihat-lihat feed di Instagram, ponselnya berdering. Ia langsung menerima panggilan tersebut. Dari suaminya.
"Halo, Kak."
"By."
"Ya."
"Lagi ngapain?"
"Lagi ngobrol sama suami."
Di sana Elang tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Goals
General FictionTak perlu menanti lama, Elang dan Arinda dikaruniai seorang putri cantik tepat di usia pernikahan mereka yang kesembilan bulan. Simak kisah seru mereka dalam mengurus anak dan melewati setiap masalah serta ujian rumah tangga di sini.