Anniversary di Kala Pandemi

1K 74 12
                                    

Sudah hampir jam delapan namun Elang masih asyik menemani Sansa bermain. Biasanya jam segini Elang sudah berangkat ke kantor.

"Kakak enggak ngantor?" tanya Arinda.

"Kakak ngantor di rumah aja. Hari ini Kakak mau nemenin kamu dan Sansa seharian."

Seulas senyuman langsung terbit di wajah Arinda. "Beneran?"

Elang mengangguk.

"Dalam rangka apa, nih?" Arinda pura-pura penasaran, padahal ia tahu hari ini adalah hari jadi pernikahan mereka.

"Halah, kamu nih, pura-pura enggak tau." Elang mencubit pipi Arinda.

Arinda tertawa senang lalu memeluk pundak suaminya. "Makasih ya, Kak."

"Sama-sama, Sayang," balas Elang sebelum mengecup pipi Arinda.

Senyuman Arinda semakin mengembang dan pelukannya semakin erat.

***

Tidak ada perayaan yang meriah seperti tahun lalu. Tahun ini Elang dan Arinda merayakan hari jadi pernikahan mereka di rumah. Sebenarnya itu Elang yang merencanakan. Sebisa mungkin ia mematuhi aturan untuk tetap di rumah.

Menjelang magrib makanan yang dipesan untuk acara makan malam datang. Di saat yang sama pesanan buket mawar juga tiba. Elang yang menerima sebab Arinda sedang berada di kamar menemani Sansa yang sudah mengantuk. Anak itu hari ini tidak tidur siang dan kelelahan akibat aktif bermain dengan papinya. Jika tidur jam segini, biasanya Sansa akan bangun pada tengah malam. Jadi Elang dan Arinda bisa dipastikan makan malam hanya berdua.

Acara makan malam memang diadakan di rumah, tapi ini adalah momen spesial. Jadi Arinda tetap bersolek dan memakai gaun indah. Apalagi Sansa sedang tidur, jadi ia lebih bebas memoles wajah. Elang pun ia sarankan untuk berpakaian rapi. Alhasil suaminya itu memakai setelan jas.

"By, udah si - wow."

Elang yang baru masuk kamar terpukau melihat Arinda. Istrinya itu tadi bangkit dari kursi di depan meja rias lalu menghadap ke arahnya.

"Terpukau, Tuan?" goda Arinda genit sambil menghampiri Elang.

"Wajar aku terpukau. Kau cantik sekali, Nona." Elang meladeni godaan Arinda. Tatapannya menelusuri dari ujung kepala hingga ujung kaki sang istri. Menurutnya penampilan Arinda sungguh luar biasa dengan midi dress model off shoulder dan stiletto sandal berwarna metalik. Rambut panjang bergelombang perempuan itu dibiarkan tergerai dan Elang sangat menyukainya.

"Terima kasih, Tuan." Senyuman Arinda menyempurnakan kecantikannya. "Kita pergi sekarang?"

"Tentu. Ayo."

Arinda menerima uluran tangan Elang kemudian lelaki itu membawanya keluar dari kamar. Mereka melangkah sambil bergandengan tangan menuju ruang makan. Saat tiba di sana, sebuket besar mawar merah di sisi meja makan menyita perhatian Arinda.

"Happy anniversary," ucap Elang sambil menyerahkan buket mawar tersebut pada Arinda.

Dengan senyuman lebar Arinda menerima buket mawar itu. "Makasih, Suamiku sayang."

"Sama-sama, Istriku cinta."

Selanjutnya Elang menarik kursi lalu mempersilakan Arinda untuk duduk. Sekali lagi Arinda berterima kasih sebelum menempati kursi.

Antara ruang makan dan ruang TV tak ada sekat. Jadi mereka menikmati hidangan sambil menyaksikan tayangan di layar televisi. Arinda tak menyangka Elang memutar video pernikahan mereka tiga tahun lalu. Itu membuatnya terharu. Ia sangat mengapresiasi apa yang telah Elang lakukan untuk acara malam ini. Bahkan sebelumnya ia tak tahu suaminya akan mengadakan acara perayaan seperti ini di rumah. Sungguh sebuah kejutan yang manis.

Usai makan mereka berbincang-bincang santai, mengenang kenangan indah yang mereka saksikan di layar televisi. Sesaat setelah video itu habis, terdengar alunan musik pembuka lagu Endless Love. Elang berdiri lalu mengulurkan tangan pada Arinda.

"Wanna dance with me?"

"Sure," jawab Arinda antusias lantas membalas uluran tangan Elang.

Mereka berdansa di tengah ruangan. Mereka saling pandang sementara tubuh mereka bergerak mengikuti musik. Sesekali mereka tersenyum dan bahkan tertawa kala tak sengaja Arinda menginjak kaki Elang.

My love, my love
My endless love

Lagu berakhir. Elang dan Arinda pun berhenti berdansa. Namun mereka masih berdiri di sana sambil beradu pandang.

"I love you," kata Elang.

"I love you more than I can say," Arinda membalas lalu tersenyum.

Kemudian Elang menyentuh bibir Arinda dengan bibirnya. Setelah hampir satu menit, lelaki itu melepaskan tautan bibir mereka, lalu berujar lirih tepat di telinga sang istri, "Lanjut, yuk!"

"Lanjut apa?" Arinda menggoda sambil tersenyum genit.

"Lanjut ngamar," jawab Elang sebelum sedetik kemudian mengangkat tubuh Arinda.

"Aw, Kakak!"

Arinda cekikikan senang. Dengan cekatan kedua tangannya memeluk bahu Elang. Lalu tanpa ragu bibirnya menyasar bibir sang suami. Tentu saja kelakuannya itu membuat Elang tak sabar untuk sampai ke kamar.

***

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang