November adalah bulan istimewa bagi dua perempuan dalam hidup Elang. Istri dan putri kecilnya berulang tahun. Bahkan di tanggal yang bersisian. Arinda pada dua puluh enam dan Sansa dua puluh lima. Jadi pada saat itu, Sansa merupakan kado istimewa yang diterima Arinda di hari pertambahan usianya.
Sebagai seorang suami dan ayah, sudah tentu Elang selalu memberi hadiah untuk istri dan anaknya di hari ulang tahun mereka. Berbeda dengan hadiah-hadiah sebelumnya yang berbentuk benda, kali ini ia mempersembahkan hadiah berupa pelesir ke luar negeri. Sebenarnya ini akal-akalannya saja yang ingin menyaksikan langsung acara pembukaan Piala Dunia di Qatar. Momennya tepat. Jadi sekalian ia jadikan kado untuk Arinda dan Sansa. Keluarga kecil itu menikmati liburan selama sepekan di sana. Mereka juga menyaksikan beberapa pertandingan.
Selain hadiah, Elang pun kerap membuat pesta kecil di hari istimewa istri dan anaknya. Dua hari setelah tiba kembali di Jakarta, tepat di tanggal dua puluh enam, ia mengadakan sebuah acara untuk Arinda di kediaman mereka. Kali ini bukan hanya pesta kecil perayaan pertambahan usia, tapi juga sekaligus tasyakuran atas kehamilan sang istri. Tamu yang diundang pun lebih banyak dari sebelumnya. Itu sebagai wujud rasa syukur dan bahagia Elang.
Bagaimana Elang tidak bahagia dan bersyukur, untuk bisa mengandung kembali seperti sekarang, istrinya harus bisa mengatasi rasa trauma. Sejak mengalami vanishing twin syndrome dan keguguran sekitar tiga tahun lalu pada saat Arinda tidak siap hamil, perempuan itu takut untuk hamil lagi. Sebagai seorang suami, Elang tidak bisa memaksa meski ia ingin menambah keturunan dengan jarak pendek dari anak pertama. Ia hanya bisa memberi dukungan dan bersabar hingga akhirnya pada momen ulang tahunnya Juli kemarin, Arinda memberikannya sebuah hadiah berupa kesediaan dan kesiapan untuk mengandung kembali.
Arinda bersedia melakukan program hamil, tapi harus dilakukan di bulan Oktober. Saat itu Elang kebingungan, lalu terbahak kala mendengar alasan sang istri.
"Biar nanti pas programnya berhasil, bayi kita lahir di bulan Juli. Sama kayak bulan lahir papinya."
"Oke, ide bagus." Elang tersenyum. "Tapi malam ini Kakak dapet hadiahnya, 'kan?" lanjut Elang sambil memangkas jarak di antara mereka.
Arinda menatap mata suaminya dengan tatapan menggoda, lalu mengalungkan kedua lengannya ke leher Elang. "Tentu. Asal jangan hamili aku dulu."
"Enggak janji."
"Kak -"
Arinda gagal melayangkan protes sebab ciuman Elang berhasil membungkam mulutnya.
***
Beberapa karangan bunga ucapan selamat berjejer di halaman kediaman keluarga Elang. Acara diadakan di halaman belakang rumah. Para tamu undangan sudah berdatangan. Mereka tak hanya mengucapkan selamat pada Arinda atas bertambahnya usia dan kehamilan, tapi juga pada Elang.
"Biasanya nular," celetuk Arya yang datang bersama Sammy dan ketiga anak mereka.
Sammy yang mengerti arah pembicaraan sang suami langsung membalas, "Tiga anak cukup, malah berlebih."
"Satu lagi cewek biar pas. Dua cewek, dua cowok." Arya tak mau kalah. Lelaki itu tersenyum lebar. Ia suka menggoda Sammy perihal menambah momongan.
"Hmm, aku laper, Mas." Sammy sengaja mengalihkan pembicaraan. "Arinda, Elang, aku ke sana, ya," pamitnya pada pemilik acara sambil menunjuk meja prasmanan. Kemudian ia berlalu dengan berlari kecil mengejar Star yang mulai sulit diatur. Sedangkan Sky masih anteng di genggaman Arya. Sementara Syamsa sedang asyik bermain bersama Sansa.
Acara berjalan lancar dan menyenangkan. Satu per satu tamu meninggalkan kediaman keluarga Elang. Suasana yang semula ramai berangsur menjadi sepi. Kini waktunya Elang dan Arinda beristirahat. Usai menidurkan Sansa, Elang memasuki kamarnya dan Arinda. Di sana ia menemukan sang istri tengah bersiap untuk tidur.
"Jangan tidur dulu, By. Kakak punya sesuatu buat kamu."
"Apalagi, Kak?"
Arinda yang akan berbaring mengurungkan niatnya. Ia memilih duduk di atas tempat tidur seraya memperhatikan Elang yang sedang mengambil sesuatu dari dalam lemari. Matanya mendadak berbinar-binar.
"Ini."
Elang berjalan menuju Arinda. Tangannya menggenggam sebuah kotak merah kecoklatan. Saat sampai di hadapan Arinda, ia duduk, lantas membuka kotak tersebut.
"Wow," seru Arinda bersemangat ketika melihat isi kotak. Satu set perhiasan dari Frank & Co.
"Kado kehamilan kamu."
Tanpa aba-aba Arinda berhambur memeluk Elang. "Makasih, Kak."
Tak hanya ucapan terima kasih, Arinda juga memberikan kecupan di pipi suaminya. Ia sangat bahagia. Sudah menjadi kebiasaan jika ia mengandung, Elang pasti memberikan hadiah.
"Sama-sama, Sayang," balas Elang. Kemudian ia menunduk, dilanjutkan dengan mengusap lembut perut Arinda yang masih rata. Usia kehamilannya baru memasuki minggu kedelapan. "Baik-baik dan sehat terus ya, Nak."
"Iya, Papi." Arinda yang menjawab dengan suara seperti anak kecil.
Elang tersenyum, lalu mendekap erat Arinda. "Kamu juga sehat terus, ya."
Arinda mengangguk-angguk. Satu kecupan ia rasakan di puncak kepalanya. Ia berjanji akan menjaga ekstra kandungannya agar tak kehilangan lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Goals
General FictionTak perlu menanti lama, Elang dan Arinda dikaruniai seorang putri cantik tepat di usia pernikahan mereka yang kesembilan bulan. Simak kisah seru mereka dalam mengurus anak dan melewati setiap masalah serta ujian rumah tangga di sini.