Gugur

8.1K 319 3
                                    


     Sepasang anak kembar itu memang ajaib. Apa yang terjadi pada salah satunya pasti yang lain menyusul. Seperti Elang dan Arya. Elang menikah, tiga bulan kemudian Arya mengikuti. Lalu Arinda hamil, Sammy pun sama. Arinda melahirkan anak perempuan, begitu pula dengan Sammy.

     Kini hal serupa kembali terjadi. Dua bulan lalu Elang mendapat kabar bahagia yaitu Arinda dinyatakan positif hamil. Sekarang di grup WA yang bertajuk Twins Family, Arya mengabarkan bahwa Sammy sedang mengandung anak kedua mereka. Lagi, sama seperti Arinda, Sammy mengandung janin kembar. Hanya saja satu janin Arinda sudah menghilang, jadi tinggal satu.

     Para anggota Twins Family memberi selamat pada Arya dan Sammy, tak terkecuali Arinda. Dari ucapan selamat lalu merambah obrolan ke mana-mana. Saking asyik chating, Arinda melupakan Sansa yang semula sedang bermain dengannya.

     "Eh, Sansa mana?" Arinda baru menyadari bahwa Sansa tidak ada usai puas chating via WhatsApp.

     Hari ini Mbak Reva, pengasuh Sansa tidak masuk sedangkan Bi Marni sedang memasak. Arinda memanggil-manggil anaknya itu sambil berjalan ke sana-ke mari. Lalu dari jendela ia melihat Sansa di luar, mendekati kolam renang dengan kaki-kaki mungilnya yang baru bisa berjalan. Sansa memang suka sekali berenang bermain air. Elang yang membiasakan hal tersebut.

     "Sansa. Ya Allah."

     Spontan Arinda berlari menuju anaknya yang sebentar lagi sampai ke kolam. Semoga ia tepat waktu sebelum Sansa menyentuh kumpulan air yang jernih itu lalu masuk ke sana. Pikiran tersebut membuatnya semakin cepat berlari hingga kakinya tersandung ujung long dress yang ia kenakan. Lantas ia jatuh tak jauh dari Sansa berdiri.

     "Miiiiii."

     Bayi berusia satu tahun itu menangis histeris melihat sang ibu tergeletak di lantai. Dengan langkah yang masih tertatih, Sansa menghampiri Arinda.

     "Ya Allah, Bu Arinda."

     Bi Marni yang mendengar tangisan Sansa membuatnya berlari ke arah kolam. Ia terkejut menyaksikan sang majikan yang sedang berusaha untuk bangun. Lalu ia memekik saat menyadari darah mengaliri kaki Arinda dan merembes di bagian bawah pakaian perempuan itu.

***

     Elang memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Saat sudah tiba di rumah sakit, ia setengah berlari menuju ruangan observasi. Ia berharap semoga Arinda baik-baik saja. Semoga calon anaknya masih bisa diselamatkan.

     "Dok, gimana keadaan Arinda?"

     "Saya menyesal harus mengatakan ini, tapi ... kamu kehilangan anakmu, Lang." Dokter Debby mengatakannya dengan wajah bersimpati. "Arinda keguguran. Benturan waktu dia jatuh sepertinya cukup keras."

     Tiba-tiba tubuh Elang semakin lemas seperti tak bertulang. Ia bersandar di dinding sambil melamun. Kejadian ini pernah terjadi sekitar dua minggu lalu. Persis seperti ini. Kini ia kehilangan kedua anaknya dalam waktu singkat. Itu sangat menyakitkan.

     "By."

     Setelah menenangkan diri, Elang memasuki ruangan. Ia mendapati Arinda tengah berurai air mata. Segera ia menggenggam erat tangan istrinya itu. Ia berusaha menguatkan Arinda meski ia sendiri sedang dalam keadaan lemah.

     "Ini salahku, Kak. Anak kita gugur gara-gara aku." Air mata Arinda semakin deras.

     "Enggak, Sayang. Kamu nggak salah. Ini udah takdir. Kita harus menerimanya."

     Kemudian Elang sibuk menyeka air mata Arinda sambil terus memberi penghiburan pada istrinya itu yang kini tengah merasakan sakit. Tak hanya sakit fisik namun juga psikis.

***

    

    

    

 

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang