Seperti Idul Fitri beberapa waktu lalu, saat Idul Adha pun Arya dan Elang beserta anak dan istri masing-masing berkumpul di rumah Rahma. Selepas salat Ied, mereka makan bersama sambil berbincang. Kali ini kehamilan Sammy yang menjadi bahan obrolan.
"Udah ketauan jenis kelaminnya?" tanya Rahma.
"Udah, Ma." Arya dan Sammy menjawab kompak. "Aku dan Sammy bakal punya dua jagoan," tambah Arya kemudian tersenyum bahagia.
"Wah, berarti lengkap dong. Cewek-cowok." Arinda turut berkomentar. "Selamat ya, A, Mbak Sammy."
Arya dan Sammy berterima kasih. Lalu Elang nyeletuk yang membuat Arinda kehilangan selera makan dan suasana hatinya berubah muram.
"Kayaknya waktu itu si kembar gue juga cowok. Biasanya kita selalu sama, 'kan, Ya?"
"Bisa jadi," sahut Arya.
"Coba aja kalo mereka tetap bertahan. Padahal gue pengen punya anak lagi."
"Ya tinggal bikin lagi, Lang. Gitu aja, kok, repot."
Rahma, Sammy, dan Elang tertawa menanggapi selorohan Arya. Namun tidak dengan Arinda. Perempuan berhijab hijau mint itu diam saja. Rasa bersalah menghampirinya lagi. Ia masih menyalahkan diri atas hilang dan gugur dua anak kembarnya. Dulu saat tahu sedang mengandung lagi, ia sempat menolak. Oleh sebab itulah ia berpikir bahwa kehilangan janin kembarnya adalah karma atas penolakan tersebut. Bahkan sampai saat ini ia belum hamil kembali meski tak menggunakan alat kontrasepsi atau alat KB. Entahlah mengapa bisa begitu, padahal ia baik-baik saja pasca keguguran. Tak ada masalah. Mungkinkah Tuhan sedang menghukumnya? Begitu pikirnya.
"By, kenapa?" Elang sadar istrinya tak bersemangat, bahkan seperti sedang melamun.
Arinda tersenyum datar. "Nggak papa, Kak."
Usai makan Arya dan Elang mengajak anak mereka ke tempat pemotongan hewan qurban di dekat masjid. Mereka menyumbangkan dua ekor domba untuk Syamsa dan Sansa, juga seekor sapi untuk orang-orang yang membantunya di rumah masing-masing.
"Lang, emang lo sama Arinda KB?"
"Enggak."
"Oh."
"Gue juga heran kenapa Arinda belum bisa hamil lagi. Tau, nggak sih, Ya, waktu tau Arinda hamil lagi dan janinnya kembar, gue bahagia banget. Tapi, ya ..."
"Sabar, Lang. Itu ujian. Jangan berhenti berusaha. Lo harus coba terus."
Arinda mendengar itu semua saat suaminya dan Arya di teras menunggu Sansa memakai sepatu di dalam. Matanya berkaca-kaca. Sungguh ia sedih dan diselimuti rasa bersalah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Goals
General FictionTak perlu menanti lama, Elang dan Arinda dikaruniai seorang putri cantik tepat di usia pernikahan mereka yang kesembilan bulan. Simak kisah seru mereka dalam mengurus anak dan melewati setiap masalah serta ujian rumah tangga di sini.