Pacaran

5K 292 25
                                    

Masa pacaran Arinda dan Elang memang singkat. Maka dari itu Arinda ingin berpacaran lagi dengan Elang meski mereka sudah menikah. Menurut Elang, keinginan istrinya itu aneh, tapi ia tak kuasa menolak. Ia mengikuti apa yang dikehendaki Arinda. Jadi mereka bertingkah seolah-olah dua insan yang sedang menjalani hubungan pacaran. Seperti malam ini, mereka sedang berbicara di telepon meski berada dalam satu rumah. Arinda yang terlebih dahulu menelepon dari kamar sedangkan Elang sedang bersantai di ruang tengah. Sungguh, sebenarnya Elang ingin tertawa tapi ia tahan.

     "Hai, Sayang. Lagi ngapain?"
     "Lagi duduk."
     "Kok, jawabnya kayak gitu?" Arinda protes.
     "Emang Kakak harus jawab apa?" Elang kebingungan.
     "Lagi ngobrol sama cewek cantik. Gitu."
     Kali ini Elang tak tahan lagi. Tawanya keluar begitu saja membuat Arinda uring-uringan. Ia tahu istrinya ingin digombali. Huh, dasar perempuan!
     "Emang ada yang lucu?"
     "Ada. Kamu."
     "Aku kayak pelawak, dong? Sebel, ih."
    
     Elang mendesah pelan. Niat ngegombal, malah tambah bikin Arinda ngambek. Ia memang tidak berbakat. Lebih baik ia mengalihkan pembicaraan agar aman.

     "Kalo kamu lagi apa?"
     "Lagi guling-gulingan aja di kasur."
     "Wah, mau ditemenin, nggak?"
     "Ih, apaan sih? Dasar mesum!"

     Salah lagi. Elang mengembuskan napas terakhir, eh, maksudnya mengembuskan napas berat.

     "Lagian kamu ngapain guling-guling di kasur?"
     "Abis aku bete. Malam Minggu pacar nggak ngajak jalan. Pacar apaan kayak gitu?"
     "Oh, jadi kamu pengen jalan? Kenapa nggak bilang?"
     "Harusnya Kakak yang peka, dong. Jangan nunggu aku yang ngomong."
     "Maaf. Ya udah, yuk, kita jalan."
     "Udah males."
     "Ya udah, jangan ngambek terus. Besok deh, Kakak jemput kamu. Kita jalan. Kamu mau ke mana?"
     "Ke hatimu."

     Arinda mesem-mesem sementara Elang menahan tawa. Suasana sudah mulai kondusif. Namun tiba-tiba ada gangguan kecil. Sansa merengek minta susu.

     "Mimi," kata batita itu sambil mencoba meraih ponsel Arinda.
     "Sayang, kok, itu ada suara anak kecil minta mimi?"
     "Nggak ada, ah."
     "Mami, mimiiiiiiii."
     Arinda menjauhkan ponsel dari telinganya lalu meladeni sang anak. "Nanti ya, Sayang, Mami lagi telponan sama pacar dulu."
     "Mimiiiiiii." Sansa tak peduli dan mulai akan menangis.
     "Iya, nanti Mami bikinin. Sekarang Sansa main boneka aja dulu."
     Arinda menyerahkan boneka beruang pada anaknya itu kemudian melanjutkan obrolan di ponsel.
     "Maaf ya, ada gangguan. Sampai mana kita tadi?"
     Elang agak kesal. Ia mendengar anaknya mulai menangis sambil terus merengek. "By, itu Sansa pengen minum susu."
     "Iya, iya, bentar lagi."
     "Oke, kita putus."

     Arinda histeris berbarengan dengan Sansa yang menangis kencang minta susu. Elang menepuk kening. Pusing.

***

Family GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang