Zairo world🌍<3
***
'Zairo Ravel Gustiwana' hanyalah seorang anak sebelas tahun. Harusnya, dunia yang dijalani Zai adalah sekolah, bermain, dan belajar.
Dulu, dulu sekali saat ia berusia tiga tahun, Zai memiliki adik perempuan yang cantik parasnya.
Kedua orang tua, ketiga kakak, nenek kakek, dan Oma opanya sangat menyayangi Ziya--adiknya. Semua dunia mereka seakan berporos hanya pada Ziya.
Untuk seukuran Zai dulu, Zai merasa cemburu. Karena Ziya, semua kasih sayang yang dulu Zai dapatkan harus berpindah pada Ziya. Tidak lagi terbagi, karena nyatanya memang mereka hanya memperdulikan Ziya. Karena Ziya adalah cucu pertama dikeluarga besarnya, Ziya ibarat permata yang sudah lama dinanti-nanti.
Zai tiga tahun, dan Ziya umur satu setengah tahun waktu itu bermain disamping kolam renang. Keluarganya berencana untuk mengadakan piknik diakhir pekan.
Rencananya. Ya, manusia bisa berencana tapi Tuhan yang mengatur bukan?
Karena keteledoran mereka, Ziya yang tengah aktif-aktifnya ditinggalkan bersama Zai, yang nyatanya masih berumur tiga tahun.
Sudah dibilang, Zai itu merasa cemburu dengan Ziya. Jadi, waktu itu Zai hanya memainkan puzzle miliknya tanpa memperdulikan apa yang Ziya lakukan.
Hingga pada akhirnya, Ziya tercebur kolam. Zai tidak mengerti, anak itu terus menatap adiknya yang tenggelam. Tidak ada niatan berteriak meminta bantuan.
Malah dengan cueknya Zai kembali menyusun puzzle miliknya.
Waktu terus bejalan, hingga suara teriakan histeris dari Karla-- Mommy mengagetkan dirinya.
Karla langsung menangis histeris melihat putrinya tidak bergerak didalam kolam. Karla terus berteriak meminta bantuan, siapapun.
Suara langkah kaki dan paniknya semua anggota keluarga membuat Zai takut. Kenapa berisik sekali?
Teriakan panik dan tangisan yang begitu pilu masih terus membekas untuk keluarga Gustiwana. Anak perempuan yang dinantikan nyatanya lebih memilih untuk pergi diusia satu setengah tahun.
Acara pemakaman diiringi tangis Karla yang terus terdengar. Wanita itu, benar-benar merasa dunianya berhenti sejak saat itu juga.
Zai tak terurus. Hanya Prayuni--pembantu rumah yang mengurus Zai. Awalnya, Prayuni merasa maklum. Mungkin saja majikannya masih berduka karena kehilangan anak perempuan satu-satunya.
Dari makan, mandi, tidur, sekolah, semua yang mengurus Prayuni.
Mereka memang tidak menyalahkan Zai, mau disalahkan pun Zai hanyalah anak berusia tiga tahun. Sikap mereka acuh tak acuh, apapun yang dilakukan Zai, terserah pada anak itu.
Beberapa bulan meninggalnya Ziya, Karla kembali mengandung. Jelas saja itu pelipur lara untuk keluarga. Mereka berharap jika anak yang dikandung Karla adalah laki-laki.
Zai seperti penjahat. Anak tiga tahun itu seperti ditendang keluar dari rumah secara halus. Rumah sederhana dibelakang megahnya rumah Gustiwana menjadi saksi bisu perjalanan hidup Zai.
Dari Zai berusia tiga tahun, hingga Zai menjadi anak kuat dan hebat.
Jangan tanyakan. Suara tangis Zai akan selalu saja memenuhi ruangan sederhana itu.
Hei, jangan bilang Zai laki-laki tidak boleh menangis. Zai membentuk dirinya sendiri tanpa dampingan orang tua, Zai selalu berusaha sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zai and the final destiny [Completed]
RandomZai, laki-laki kecil pemilik jiwa kuat untuk tetap bertahan. Jika anak balita memukul saudarinya, apa yang akan dilakukan? Menyalahkan balita yang memukul, atau membela yang dipukul? Haha, sama saja. Zai itu anak kuat, anak hebat dan mandiri. Apa it...