ZFD | CH-06

12.2K 1.3K 89
                                    

Ferdi melihat anaknya dari kejauhan. Bermain bersama Zai layaknya kakak dan adik kandung.

Meletakkan cangkir. "Dilihat-lihat Evin udah cocok jadi Abang. Gimana kalo Zai aku adopsi aja?"

"Kenapa nggak buat sendiri?"

"Soalnya aku sayangnya sama Zai. Kalo udah ada yang besar, kenapa harus buat lagi?"

"Nggak," Tolak Julian cepat. "Entah kapan waktunya aku bakal bawa Zai kerumah ini lagi."

"Kapan?"

"Nunggu Karla bener-bener bisa nerima kepergian Ziya," Memandangi sang putra yang tengah menendang bola. "Kamu tau kan, kalo Ziya itu anak perempuan yang Karla nanti-nanti?"

"Hubungannya sama Zai? Kamu nggak bodoh kan, yan?"

Menggeleng pelan. "Masih butuh waktu, Fer."

"Omong kosong! Matamu nggak buta kan, coba liat anak kandungmu itu. Kurus kering, dekil, nggak keurus. Miris. Mending kalo nggak boleh aku urus, buang aja ke panti asuhan. Disana lebih baik daripada disini."

Oke. Jujur saja itu sedikit menyentil hati Julian.

Terjadi keheningan diantara dua pria dewasa itu, hingga suara Evin memecahnya.

"Mau minum, pi," Nafas Evin tak beraturan. Begitupun Zai yang berada disampingnya.

Ferdi mengangkat Zai kepangkuannya. "Zai haus, ya?" Ferdi langsung meraih botol minum milik Evin dan memberikannya pada Zai.

Zai langsung memberikan botol itu kepada Evin setelah selesai menuntaskan rasa hausnya. Dan diterima dengan baik oleh sang empu, bahkan Evin sudah duduk lesehan diatas lantai sembari mengibaskan tangannya karena panas.

Zai mendongak ketika merasakan usapan didahinya. Ditatapnya Ferdi yang tengah mengusap keringatnya menggunakan telapak tangannya langsung tanpa rasa jijik.

"Capek, ya? Abang Evin nakal ngajakin main panas-panasan nih," Kata Ferdi.

Evin menatap ayahnya sinis. "Orang tua mana tau."

"Tua," Ulang Zai menirukan Evin lalu terkikik kecil.

Karena yang mengatakan itu Zai, Ferdi tidak jadi marah. Pria itu malah memeluk erat Zai dan menciumi wajah Zai, membuat anak itu tertawa geli karena Ferdi menggigit main-main perutnya juga.

Kedua telapak tangan kecilnya mencoba menjauhkan wajah Ferdi yang masih tenggelam diperutnya. "Om papi ... Udah," Setelah itu tertawa. Karena Ferdi malah menggesekkan wajahnya diperut Zai.

Evin beranjak, memukul punggung Ferdi sedikit keras.

"Aduh. Kenapa mukul papi?"

"Papi nggak liat? Zai sampe nggak bisa nafas gitu?"

Menghentikan gerakannya, Ferdi menatap Zai yang masih berusaha menormalkan nafasnya.

Tersenyum. Ibu jarinya terulur mengusap alis Zai, lalu turun kemata Zai membuat anak itu langsung memejamkan kedua matanya.

"Ih ... Aku juga mau ikut," Evin langsung mendorong tubuh Zai agar terduduk. Lalu memaksakan tubuh bongsornya untuk duduk dipangkuan Ferdi juga. Jadi, Zai terhimpit diantara Ferdi dan Evin.

Ferdi tertawa, memeluk dua anak laki-laki dipangkuannya. Menggerakkan badannya kecil. Membuat Evin dan Zai tertawa bersama.

Julian hanya menatap ketiga laki-laki berbeda umur yang tengah tertawa tepat didepan matanya. Julian berdehem sedikit keras, membuat suara tawa ketiganya langsung terhenti.

Turun dari pangkuan sang ayah. "Wah, apa nih? Aku mau donat, Pi."

"Ambil aja, disediain emang buat kamu," Jawab Julian.

Zai and the final destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang