Suara air terdengar dari dalam kamar mandi hingga keluar. Ravel yang tengah menata buku kedalam tas Zai pun tersenyum.
Begitu senangnya Zai mandi menggunakan air hangat. Sampai tak bisa diam didalam bath tub.
Selesai menata tas Zai, Ravel mengayunkan kakinya memasuki kamar mandi. Dilihat sang adik tengah memukul air menggunakan telapak tangannya.
"Udah yuk, kita sarapan," Berjongkok disamping bath tub.
Memandangi Ravel. "Kapan-kapan Zai mau mandi disini lagi boleh nggak?"
"Boleh dong ... Kapan aja adek mau. Kalo kamu mau, Abang bisa ajak berenang juga."
"Tapi Zai udah janji berenang dirumah Evin nanti."
"Besok kan bisa," Tersenyum. Ravel langsung mengangkat tubuh kecil Zai dan menggulungnya dengan handuk besar.
Begitu sampai dikamar, Ravel langsung menurunkan Zai diatas kasur. Mengusap kepala Zai menggunakan handuk, lalu membantu anak itu memakai seragam.
Mengangkat tubuh kecil Zai kegendongannya. Ravel menyemprotkan parfum kearah tubuh Zai, lalu menyisir rambut Zairo kesamping.
Rambut yang biasanya berantakan, kini tertata rapi. Wajah yang biasanya terlihat kotor, kini bersih memperlihatkan wajah jiplakan dari Julian. Harum, rapi, dan bersih.
***
Ravel menuruni tangga satu persatu dengan Zai digendongannya. Zai terus menanyakan tetang beberapa hiasan rumah yang menurut Zai keren, dan Ravel akan menjawab dengan sabar.
Sesampainya diruang makan, Ravel langsung mendudukkan dirinya dikursi.
Semua anggota keluarga Gustiwana langsung menatap Zai dipangkuan Ravel. Sedikit terkejut kenapa anak itu bisa dirumah ini, bahkan ikut sarapan disini.
"Kenapa?" Tanya Ravel saat melihat pandangan keluarganya mengarah pada Zairo.
Berbeda dengan orang dewasa yang meributkan tentang dirinya, Zai malah menatap penuh binar pada makanan yang tertata rapi diatas meja.
Banyak, dan terlihat lezat.
"Kok bisa disini?" Itu Raven yang bertanya.
"Gue yang bawa."
Ravel menunduk ketika Zai menarik kerahnya.
"Kakak, mau itu," Bisik Zai sembari menunjuk tempe goreng. Biasanya Zai akan malu untuk meminta seperti ini, tapi, godaan tempe goreng membuat Zai lupa.
Zai suka tempe goreng.
Percuma saja Zai berbisik, semua diruangan itu bisa mendengarnya dengan jelas.
Melihat Ravel tak kunjung mengambilkan, Karla membuka suara. "Ambilin, bang," Katanya tanpa mengangkat kepala. Wanita itu terus memfokuskan diri pada si bungsu. Meski nyatanya hatinya sedikit terusik kala melihat Zai. Kurus kering tidak lebih besar dari Gasta.
Bisa dibilang itu tulangnya Gasta.
Ravel mengambil satu tempe goreng, lalu menyerahkannya pada Zai. Tentu Zai menerimanya dengan senang hati.
Menggigit kecil ujung tempe itu, kemudian menyengir menatap Ravel. Yang mana Ravel langsung mengusap pipi Zairo lembut.
"Enak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zai and the final destiny [Completed]
RandomZai, laki-laki kecil pemilik jiwa kuat untuk tetap bertahan. Jika anak balita memukul saudarinya, apa yang akan dilakukan? Menyalahkan balita yang memukul, atau membela yang dipukul? Haha, sama saja. Zai itu anak kuat, anak hebat dan mandiri. Apa it...