hc as juna
rj as abianSuara bising dari kendaraan roda dua dan empat memenuhi pendengaran, ramainya jalan raya menjadi rutinitas yang telah dinormalisasi oleh masyarakat.
Di tengah aktifitas jalan raya super padat, seorang pria berusia dua puluh tujuh tahun turut serta memenuhi jalanan, dengan motor Vespa matic biru serta sebuah helm berwarna hitam.
Kedua netranya menyusuri jalanan kota di tengah terik matahari, dengan ekspresi santai, seolah itu bukanlah hal besar. Baju dinas coklat yang ia kenakan bahkan tidak mempan dalam menghalangi teriknya sinar matahari membakar kulit, ingin berhenti untuk menepi sebentar, tapi diurungkan ketika mengetahui tujuannya telah dekat.
Juna pada akhirnya memarkirkan motor setelah berbelok memasuki kawasan bangunan bertingkat di depan. Sebenarnya letak kantor camat bisa dibilang lumayan jauh dari desanya yang sangat pelosok, namun walaupun seperti itu, sebenarnya kantor camat masih tidak bisa dibilang berada di pusat kota, karena butuh beberapa jam perjalanan lagi untuk bisa sampai pada pusat kota.
Kantor camat hari itu tidak begitu ramai, hanya beberapa kendaraan milik pegawai yang terparkir rapih.
"Eh Juna, ada urusan apa Jun?"
Pemuda dengan sebuah map pada salah satu tangan menoleh, tersenyum hangat mendapati pria lebih tua, yang sudah cukup sering bertemu untuk Juna ingat namanya.
"Mau nganter laporan penyelenggaraan pemerintahan desa pak, pak Seto lagi ada urusan di desa, jadi saya diminta untuk gantiin beliau," balas Juna memberikan penjelasan.
Pak Sabri mengangguk, "Oh iya, kalau ngga salah sebentar lagi masa jabatan beliau habis ya?"
Juna memberikan sebuah anggukan kecil, "Iya pak, sekitar tujuh bulanan lagi."
"Yaudah sok atuh masuk, kantor lagi banyak kosong nya, dijamin cepat kelar urusan."
"Wah rejeki sih ini. Kalau gitu saya duluan ya pak Sabri."
Pria lebih tua mengangkat jempol, mempersilahkan Juna untuk masuk, menyelesaikan urusannya
Benar yang pak Sabri bilang tadi, kantor sedang tidak terlalu sibuk, sepengetahuan Juna hal ini terbilang sangat jarang terjadi, tapi mungkin hari ini rejekinya, jadi urusan Juna dapat benar-benar selesai tanpa memakan waktu lama.
Setelah selesai dengan tugas yang diberikan kepala desa, masih ada satu hal lagi yang harus Juna selesaikan. Yakni membeli perlengkapan untuk kebutuhan desa jauh di pusat kota, sekalian katanya, lagipula memang ia yang bertanggung jawab akan urusan ini.
Pria bernama Juna Prasetyo itu kembali menjalankan motor Vespa matic menuju pusat kota, lumayan memakan waktu dan tenaga, mengingat jalan untuk keluar menuju pusat kota melewati banyak tanjakan serta berliku.
Sekitar dua jam Juna menaklukkan jalanan, hingga akhirnya ia telah sampai pada pusat kota. Tidak mau membuang waktu terlalu lama, Juna langsung bergabung pada keramaian, lalu mencari hal yang diperlukan.
Keperluan telah terbeli, beraneka ragam bibit sayuran unggul telah dikotak-kotakkan dan juga telah Juna ikatkan pada motor.
Tapi sudah sepuluh menit Juna mencoba menyalakan motor, mesin tidak juga kunjung memberikan respon baik, ia melirik jam pada pergelangan tangan, panas juga makin terik saja.
Jalan satu-satunya saat ini adalah menuntun motor mencari bengkel terdekat, masih menggunakan helm dan beberapa kotak pada kursi belakang motor yang ia tuntun, Juna berjalan, matanya menyusuri setiap sisi, mencari bengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Fanfictionberisikan lika-liku sebuah pernikahan dari dua pribadi yang berbeda. -fanfic homo -jangan salpak -jaga² mpreg