lima belas.

7.6K 769 81
                                    

Kedatangan Anin berhasil menimbulkan rumor yang sangat besar, rumor yang mengatakan bahwa, Anin adalah istri dari Juna yang berasal dari kota itu.

Sebenarnya Juna memang tidak pernah menutupi statusnya, tapi untuk menyebutkan siapa pasangan nya secara terang-terangan, Juna tidak berani. Masih teringat perkataan Abian pada malam pernikahan mereka, dan setelah Juna pikirkan lebih dalam lagi, ia setuju, dirinya tidak mau Abian nantinya mendapatkan cibiran serta penolakan dari warga desa.

Tapi karena hal itu, semua warga desa malah beranggapan bahwa Anin lah peran utamanya, Juna tidak tau mau melakukan apa sekarang, mau mengelak pun tidak ada yang percaya, tidak mungkin katanya seorang gadis tinggal serumah dengan pria, apalagi tidak ada hubungan keluarga sama sekali.

Sedangkan Abian sudah bisa menebak akan terjadi hal yang seperti itu, sebagai saudara kembar yang bahkan pernah tinggal bersamaan di satu janin, Abian tau, tau jika memang itu tujuan kembarannya.

Anin itu sangat pintar, ia tidak akan turun tangan menggoda secara terang-terangan yang membuatnya terlihat memalukan, yang ia butuhkan hanyalah validasi, jadi tanpa berkoar-koar pun semua orang sudah pasti tau, karena dia telah memegang pengakuan yang membuatnya tersorot, terlihat bersinar di tempat yang bukan miliknya sama sekali.

Tapi Abian hanya diam, rasa kesal sudah pasti ada, tapi melawan Anin dengan emosi hanyalah sebuah kesia-siaan, lihat saja dulu, seberapa jauh kembaran nya itu bermain.

Setelah beberapa hari mengurus berbagai hal, hari ini Anin resmi akan melaksanakan magang nya. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun dan sudah rapih dengan pakaian formal siap untuk bekerja, walau dirinya ke sini untuk bertemu dengan Juna, tapi Anin serius untuk melakukan tugasnya di sini, bagaimanapun Anin adalah wanita pintar yang paling tidak bisa menyepelekan urusan penting, jiwa pemimpin perusahaan sudah papa nya tanamkan, membentuk mental pekerja dalam dirinya.

Anin keluar dari kamar tamu yang telah Juna siapkan untuk nya beberapa hari lalu, langkah kaki membawa nya pada dapur, duduk pada meja bar kecil, di sana ia bisa dapat langsung melihat Juna yang lengkap dengan seragam dinas coklat, sedang menata nasi goreng di atas piring.

"Pagi kak Juna, Abian belum bangun?"

Sapaan dari adik iparnya berhasil membuat Juna terkejut, setelah menoleh melihat Anin duduk tidak jauh di belakangnya Juna kembali fokus menyiapkan makanan.

"Abian masih tidur Nin," jawab Juna seadanya, pasalnya pria itu memang sedang fokus menata sarapan.

Gadis itu mengangguk, "Hari-hari Abian memang sering gini ya? Maksudnya, kak Juna yang nyiapin semuanya sendiri, ngga di bantu sama Bian gitu, harusnya dia yang nyiapin kan?" ujarnya, sambil menuangkan air putih pada gelas yang memang tersedia di sana.

Juna melewati Anin, dua tangan nya sudah ada piring nasi goreng, yang akan ia letakkan di meja makan, "Saya ngga masalah jika harus nyiapin semuanya sendiri, karena saya juga lumayan suka masak kok. Lagian ngga ada yang namanya 'harus Bian' yang siapkan ini itu, saya nikah juga bukan cari orang untuk masakin saya Nin, tapi pendamping hidup." Juna menjawab, sambil kembali menghantarkan satu piring nasi goreng lagi ke atas meja, lengkap dengan sepiring ayam goreng.

Anin terdiam sebelum menganggukkan kepalanya, seolah paham, padahal jauh dalam lubuk hatinya, gadis itu menyimpan luka pertama yang ia dapatkan di rumah ini.

"Kamu makan duluan aja Nin. Saya mau bangunin Bian dulu, biasanya suka lama, takut kamu telat kerja kalau tunggu saya sama Bian," Juna lanjut berujar, tapi baru beberapa langkah ia berbalik pergi, matanya sudah menangkap pemandangan baru, yaitu Abian, suaminya itu kini sedang melangkah mendekat, telah bangun lebih dulu tanpa menunggu untuk dibangunkan.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang