dua puluh sembilan.

6.4K 695 200
                                    

Seumur hidup, baru kali ini Juna merasa buntu untuk mengambil tindakan, buktinya sehabis pulang kantor, ia tanpa sadar tertidur di sofa ruang tamu, sepertinya terlalu lelah memutar otak, akibat itu tubuhnya terasa pegal.

Namun baru saja ia memulihkan kesadaran, kehadiran seseorang juga di ruang tamu itu mengejutkan dirinya, mata Juna pandangi wanita itu dengan ekspresi masih kaget yang terlihat dengan jelas.

"Yu! Kamu ngapain di rumah saya?!"

Bisa Juna lihat teman se pekerjaan nya itu terusik akibat suaranya yang sengaja ia besarkan.

Ayu menguap, seakan tidurnya masih belum cukup, ia pandangi Juna yang telah terbangun, baru setelahnya mengeluarkan sebuah map, masih dengan perasaan kantuk yang melekat," Akhirnya kamu bangun juga Jun, tadi aku ngetuk pintu sambil teriak teriak tapi kamu ngga muncul-muncul, aku telpon juga ponsel mu ngga aktif, yaudah aku permisi masuk, takut kamu aneh-aneh Jun di dalam," Jelas nya masih sesekali mengucek matanya, berusaha sadar sempurna dari rasa kantuk.

"Tapi saya sudah menikah Yu, apalagi suami saya lagi ngga di rumah, nanti ada warga yang mikir macem-macem." Juna berdiri dari duduknya, mengambil jarak sejauh mungkin.

Wanita itu terdiam cukup lama, sebelum akhirnya memberikan pada Juna map yang baru tadi ia keluarkan, "Iya ya? Aku ngga kepikiran lagi Jun, aku ke sini sebenarnya mau ngasih ini loh, untuk kamu input ulang, katanya ada data yang ngga sesuai sama anggaran Desa."

Bukannya mendekat, Juna masih tetap dalam posisi berdirinya, "Taruh di atas meja itu aja Yu. Dan sebelumnya saya minta maaf, kalau kamu sudah selesai, kamu bisa keluar sekarang," ujarnya sedikit memohon.

Mendengar itu Ayu mengangguk, "Iya udah selesai kok Jun, yaudah kalau gitu maaf ya Juna aku beneran ngga mikir sampai ke sana." Setelah menyelesaikan klimat, Ayu berdiri dari duduknya, lalu benar-benar pergi bergegas untuk pulang.

Juna menghela napas panjang, ia pegangi kepalanya saat merasakan denyutan kecil di sana, dengan langkah gontai ia berjalan menuju meja kecil di tengah sofa, tepat di mana Ayu menyimpan sebuah map berisi kerjaannya.

Namun baru membaca lima sampai enam kata, suara riuh orang-orang dari depan rumah mengambil atensi Juna, perasaan Juna tidak enak, segera ia langkahkan kaki kembali menuju sumber suara, bahkan ia tidak sempat lagi menyimpan map ditangannya.

Saat pintu Juna buka, matanya langsung dapat melihat ada banyak warga di halaman dipimpin oleh ketua RT nya, sebut saja dia Hasan, Pak Hasan.  Di sana Juna juga melihat Ayu yang sedang dihadang oleh warga.

Juna keluar, mendapati sorakan warga semakin heboh saja, semakin ribut halaman rumah sehingga banyak yang makin berdatangan, penasaran akan apa yang terjadi.

Kehadiran Pak Seto makin menambah pikiran buruk, tidak bisa lagi ia menenangkan diri, "Mohon maaf sebelumnya Bapak, Ibu. Ini ada apa ya? Kalau saya boleh tau ada alasan apa ramai-ramai gini," tanya Juna, bertanya hal yang sepertinya sudah ia ketahui, tapi semoga tebakan nya salah.

Seketika perkumpulan warga menutup mulut, tidak ada lagi suara, hingga salah satu warga sedikit maju, ekspresi wajahnya tidak bersahabat, "Kami tidak tau jika ternyata Pak Juna sebenarnya seperti ini. Padahal selama ini, kami para warga sangat menghormati Pak Juna." Ujar pria usia empat puluh tahunan itu menggebu-gebu.

"Maksudnya bagaimana ya Pak?" Juna sebenarnya tau. Tapi sungguh ia tidak ingin, Juna ingin mendapatkan jawaban berbeda dari lawan bicaranya, tidak sanggup rasanya, tidak sanggup jika segala skenario dalam kepala dimulai sekarang.

Salah satu warga lagi bersuara, setelahnya diikuti oleh sorakan yang kembali ribut, "Jangan bersikap tidak tau lagi Pak Juna. Bapak tidak normal,  dan sekarang malah selingkuh dengan perempuan yang sudah bersuami, bahkan sudah punya anak."

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang