dua puluh delapan.

6.5K 698 42
                                    

Kata orang, sudah hukum alam, setiap kata bahagia pasti ada kata duka nya. Sama seperti pernikahan yang belum ada menginjak usia satu tahun, entah kenapa bisa mereka terlalu awal mengahadapi badai, karena melihat usia pernikahan, masih terlalu muda rasanya untuk menghadapi permasalahan yang memang sudah lumrah terjadi itu.

Sebagai kepala rumah tangga, Juna sebenarnya tidak ingin ini terjadi, tapi jika terus dibiarkan entah kapan Abian mengerti, jika dirinya juga ingin dianggap sebagai suami. Juna tidak suka Abian memutuskan apa-apa sendiri, seolah hadirnya tidak dianggap, peran nya tidak dibutuhkan, Juna tidak suka.

Hal yang menurut Juna penting, seperti izin bermalam sehari, tidak Abian anggap penting. Padahal sederhana nya, Juna hanya ingin diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, seperti kepala keluarga pada umumnya, tapi sepertinya pemahamannya dan Abian tentang hal itu berbeda.

Seperti biasa, Juna melakukan aktivitas nya, pergi bekerja. Hari ini rutinitasnya berkurang, tidak ada lagi membangunkan Abian dan memasakkan sarapan, ia memilih untuk melewati sarapan juga jika suaminya itu tidak ada.

Suasana rumah berubah, apalagi mengingat perdebatan singkat nya dengan Abian kemarin siang. Juna hela napas nya sedikit kasar, ia tidak bersemangat hari ini, tapi mau tidak mau ia harus berangkat sekarang jika tidak ingin terlambat.

Sesampainya di kantor, Juna diherankan oleh teman-teman se pekerjaannya yang memberikan tatapan aneh, belum lagi bisik-bisik yang Juna tidak tau apa, pasalnya tidak dapat terdengar jelas oleh telinganya.

Kedatangan Ayu yang sedikit berlari menuju meja makin membuat tanda tanya besar dikepala, wajah wanita itu terlihat shock, "Jun. Kamu beneran nikah nya sama Abian? " Tanya wanita bernama Ayu itu berbisik.

Mendengar itu, dengan spontan detakan jantung Juna menggila, dirinya ikut panik, bagaimana bisa hal itu bisa tersebar, bukannya hanya dirinya dan Abian yang tau?

Bukan. Juna bukannya khawatir akan cacian warga desa untuk dirinya, melainkan Abian, Juna khawatir suaminya itu mendapatkan caci maki yang membuat sakit, ia tidak mau, tidak mau suaminya itu kenapa-napa.

Kembali Juna pandangi semua tatapan menghakimi dari seluruh rekan kerjanya, hanya Ayu yang terlihat tidak termakan akan berita yang baru saja tersebar, wanita itu malah masih setia menunggu jawaban, masih dengan ekpresi shock.

"Berita ini datang dari mana Yu? "

Ayu mengangkat dua bahunya, "Aku waktu sampai kantor udah rame Jun, mereka semua pada heboh ceritain kamu. Memang nya beneran Jun? Aku masih gemetar ini." Jawab nya penuh raut khawatir akan teman seperjuangannya itu.

Juna pandang wanita di depan mejanya, lalu dengan yakin mengangguk, sebenarnya ia memang tidak masalah jika orang-orang tau, terlebih wanita sejenis Ayu, Juna percaya dari awal pun tidak masalah memberitahu ibu dari satu anak itu.

Melihat anggukan Juna, Ayu tutupi mulut menggunakan telapak tangannya, ini lebih mengejutkan dibanding mendengar kabar burung pagi tadi. Lumayan lama Ayu berdiam diri, seperti mencerna segala informasi yang masuk dalam kepala.

"Abian Jun? Beneran Abian yang tinggal sama kamu itu? Kembarannya si Anin? " Pertanyaan beruntun Ayu lontarkan, terlalu penasaran sekaligus bingung.

Juna merasa wajar, sekali lagi ia mengangguk, "Pernikahan saya juga sudah lumayan lama, lagi jalan setahun."

Ayu tidak tau lagi mau berkata apa. Kebenaran ini terlalu mengguncang kepala, ia terlalu shock sepertinya.

"Jadi ini bagaimana Jun?! Warga desa sudah pada tau. Sekarang kamu mau gimana, aku udah yakin kalau kamu pasti udah tau respon warga bagaimana. Oh iya, Abian! Habis sih Jun istri-maksudku suami mu itu." Kembali Ayu membuka suara.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang