delapan.

6.8K 810 20
                                    

Nyatanya ditinggal sendirian di rumah itu membosankan, tidak ada aktivitas lain selain makan dan tidur. Setidaknya begitulah yang dirasakan oleh Abian sekarang.

Hari ini, Juna telah kembali masuk kerja, walau katanya besok libur lagi, karena Minggu merupakan hari libur kerjanya. Abian sih sangat menyayangkan, coba saja Juna memiliki sedikit otak liciknya, pasti hari ini tidak masuk kerja, biar sekalian katanya.

Kembali dengan Abian, pria itu bosan, ponselnya masih menampilkan room chat, percakapan dengan teman-temannya. Abian ingin pulang ke rumahnya, jika di sana, Abian tidak akan pernah merasa bosan, ia dan teman-temannya pasti sudah bersenang-senang, mau itu sekedar nongkrong di siang hari, dan pergi club di malam harinya.

Tidak seperti sekarang, bahkan terlalu jauh untuk menyuruh temannya menjemput, apalagi tidak ada mobil untuk ia gunakan keluar, hanya ada sepeda motor yang digunakan Juna untuk bekerja, bahkan kalaupun tidak, Abian juga tidak tau bagaimana mengendarai kendaraan beroda dua itu.

Tanpa sadar Abian menunggu kedatangan Juna, bolak-balik melihat jam, entah itu pada ponsel atau jam bulat yang tergantung di dinding, padahal kalau datang pun tidak ada perubahan, bedanya hanya apa pada kehadiran Juna, tapi anehnya itu terasa lebih baik menurut Abian.

Hari sudah mulai siang, akhirnya pria yang ditinggal sendirian itu memilih untuk menikmati waktu dengan ngemil beraneka ragam makanan ringan, kata Juna memang sengaja distok untuknya, yang mana Abian sendiri bahkan tidak menyadari kapan semua itu dibeli.

***

Sedangkan dilain sisi, Juna sedang melaksanakan kegiatannya seperti biasa, bekerja. Saat ini ia telah kembali duduk pada mejanya, beberapa saat lalu ia baru saja pergi menyelesaikan pekerjaan di luar, sesekali Juna memang memiliki pekerjaan di luar kantor, entah itu diperintahkan mengamati, melaporkan, atau mengawasi beberapa hal yang memang berkaitan dengan pekerjaannya.

"Jun kamu punya gunting? Kalau ada aku pinjem ya."

Juna mengarahkan pandangan pada wanita seusianya sedang berdiri di depan meja, "Kayaknya saya punya deh Yu, sebentar saya cariin." Juna kembali menunduk, membuka laci meja, mencari-cari benda yang berguna sebagai alat potong itu.

"Nih ketemu, jangan lupa dibalikin ya, karena kayaknya gunting yang tersisa di kantor cuman gunting punya saya." Juna menyodorkan gunting pada Ayu, teman kerjanya di kantor.

Ayu menerima alat potong dari tangan Juna, lalu tertawa kecil setelahnya, "Iya ya, semua gunting di kantor habis, pada dimakan semua kayaknya." ujarnya bercanda.

Juna ikut tertawa.

"Loh kamu pake cincin Jun? Aku baru perhatikan, mana kayak cincin nikah lagi bentuknya."

Juna melirik cicin yang Ayu maksud, tersenyum, "Memang cincin nikah," jawabnya, bisa ia lihat wanita di depan menatapnya dengan horor.

"Loh kok kamu ngga kasih tau kami-kami sih Jun, wah parah sih." Ayu refleks meninggikan suara.

Melihat reaksi itu Juna terkekeh, "Suara kamu dikontrol Yu,"

"Habisnya aku tuh kaget banget loh Juna, kamu ngga pernah kelihatan atau kedengaran lagi dekat sama seseorang, eh tiba-tiba udah nikah aja."

"Kenapa harus kaget, sudah takdir."

"Kamu kapan nikahnya? Sumpah aku masih kaget ini."

Juna tertawa, wanita satu anak di depannya terlihat sangat terkejut, "Waktu saya ambil libur kemarin, disitu saya nikah," jawab Juna menambah keterkejutan Ayu.

"Astaga Juna, aku kayaknya ngga bisa berkata-kata lagi. Bisa-bisanya kamu ngga undang kami-kami."

"Sebenarnya pernikahan saya juga mendadak Yu, jadi ngga sempat buat undang teman-teman kantor, lagian saya masih harus urus ini itu dulu baru pergi ke pusat kota sana."

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang