dua puluh satu.

8.2K 859 57
                                    

Sebagai seseorang yang tidak memiliki pekerjaan, Abian tentu senang memiliki dua teman yang juga sama sepertinya. Danu dan Nanang tidak perlu bekerja karena ujung-ujungnya mereka yang akan meneruskan segala bisnis orang tua, bahkan mulai sekarang mereka sering diikut sertakan untuk mengurusi hal-hal kecil.

Sedangkan dirinya tidak perlu kerja karena ada Juna yang menghidupi, bukannya bagaimana, Juna juga melarang, karena penghasilan Juna sudah cukup bahkan sangat cukup untuk menghidupi Abian seorang sendiri, apalagi Juna itu bukan tipe yang gemar membeli ini itu, jadi sebelum menikah pun tabungan milik Juna sudah banyak.

Kembali dengan Abian yang saat ini sedang dibonceng motor oleh Nanang, sedangkan Danu mengikuti di belakang dengan motor miliknya sendiri. Tujuan mereka hari ini yaitu ingin pergi ke air terjun yang berada lumayan jauh, warga desa biasa menyebutnya dengan air terjun sianak, niatnya mereka ingin menghabiskan banyaknya oleh-oleh yang Abian bawa.

Danu memandang motor yang melaju di depannya, ia merotasikan matanya malas, karena lagi-lagi dua pria itu berhasil membebankan banyaknya perbekalan padanya. Jadi dua pria di depan hanya santai mengendarai motor tanpa memikirkan rempong nya perbekalan sedangkan dirinya harus tersiksa memikirkan bagaimana keamanan perbekalan mereka terus terjaga sampai pada tujuan.

Perjalanan mereka lumayan lama, memakan waktu sekitar sejam baru mereka akhirnya sampai pada riuh nya suara air terjun yang mengalir deras, lelah mereka seolah terbayarkan dengan segarnya udara alam, pohon tinggi menjulang, batu-batu besar, dan jernihnya air menjadi pemandangan manis yang membuat ketiganya melebarkan senyum.

Perjalanan mereka ini semuanya berawal dari  Abian yang tiba-tiba ingin berenang, dan karena memang ketiganya pengangguran, sampailah mereka di sini sekarang.

"Ini gimana ceritanya kamu mau berenang tapi ngga bawa baju ganti sih Bian." Nanang membongkar perbekalan mereka.

Danu ikut melirik Nanang, "Yaudah jangan berenang, biarin aja Bian lihatin kita," godanya pada Abian.

Abian menggeleng, "Enak aja, gue jauh-jauh kesini memang untuk berenang, yakali ngga jadi, bodoamat ngga ada baju gue tetap mau nyebur."

"Ngga ada, pokoknya kamu ngga usah nyebur. Jagan aneh-aneh perjalanan kita jauh, nanti baju kamu basah terus masuk angin, bikin repot aja." Tegas Nanang.

"Yaelah ngga bakal, gue tinggal buka baju aja biar nanti di pake lagi kalau mau pulangnya kembali kering."

"Jangan!" Teriak Nanang dan Danu bersamaan, sedangkan Abian terkejut sendiri.

"Di sini ngga boleh telanjang dalam bentuk apapun itu, pamali," jelas Nanang kembali menjawab kebingungan Abian.

Pria itu mengangguk, kemudian tanpa aba-aba mendorong Nanang untuk terjun ke dalam air mengikuti Danu yang telah lebih dulu, baru setelahnya ia juga ikut menyusul dua temannya.

"Hedeh kamu dibilangin keras kepala banget,"

"Biarin aja Nang, biar pake baju ku aja nanti."

Abian tidak lagi memperdulikan dua temannya itu, dirinya telah sibuk berenang dari ujung ke ujung. Akhirnya mereka berdua pun pasrah, memilih untuk bersenang-senang saja dulu, saat merasa lapar mereka akan makan lalu kembali terjun, hingga akhirnya mereka merasa cukup, jari-jari sudah berkeriput karena terendam begitu lama.

"Nih pake baju aku aja Bian," tawar Danu menyodorkan baju serta celana.

"Ngga usah Nu, gue udah biasa juga kok basah basahan gini, gue dulu ikut ekskul renang soalnya," jawab Abian menolak, padahal ia berbohong soal mengikuti ekskul renang itu.

Setelah lama menolak akhirnya Danu menyerah, akhirnya hanya Abian yang sekarang masih basah kuyup, pikirnya tidak apa-apa soalnya ia tidak akan terlalu kena angin nanti, soalnya ia akan berlindung dari balik tubuh Nanang.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang