Malam telah datang, di kediaman Juna, sepasang kekasih itu sedang berada di meja makan, siap menyantap makan malam mereka. Namun beberapa saat lalu, seorang gadis baru saja bergabung, kebetulan Anin baru pulang dari kerja saat itu.
"Malam kak Juna," sapa Anin menarik satu kursi di depan Juna.
Abian melihat itu, ia hanya memutar bola matanya malas, dirinya tiba-tiba menjadi kenyang melihat kembaran nya sedang memasang tampang gadis polos yang baik hati.
"Malam Nin." Juna membalas seadanya.
Ketiganya mulai mengambil porsi makanan ke atas piring masing-masing. Abian belum makan, masih menunggu Juna memakan lebih dulu, tapi baru saja suapan pertama ingin masuk menyapa indera perasa Juna, Abian langsung mendengar suara Anin yang memekik heboh.
"Masakan apa nih? Telur asin versi darar kah? Terus ini sayur atau cuman air yang dicemplungin sayur-sayuran."
Telinga Abian masih sangat sehat mendengar segala komentar dari Anin, seburuk itu kah?
Karena penasaran, Abian mencicipi masakannya sendiri, dan benar saja apa yang Anin katakan barusan, ia tidak jadi mengumpati saudara kembarnya itu, melainkan mendukung opini Anin pada masakannya sendiri.
Abian beralih ke arah Juna, yang sudah mengunyah suapan pertama nya tanpa ada ekspresi, "Jangan dimakan, cepat muntahin," ujarnya, dengan cepat memberikan piring kosong tepat di bawah dagu Juna, memaksa pria tersebut untuk memuntahkan dengan segera makanan yang rasanya sangat tidak ramah pada lidah itu.
Anin meletakkan kembali gelas yang telah kosong di atas meja karena airnya telah ia minum rakus untuk menghilangkan rasa tidak mengenakkan pada lidah nya, "Pantas rasanya gini, ternyata yang masak itu lo. Jangan masak deh lo lain kali, kak Juna bisa mati keracunan," ujarnya.
Tidak peduli, Abian tidak memperdulikan kalimat Anin di tengah usahanya menyuruh Juna untuk mengeluarkan makanan pada mulut, yang mana beberapa saat kemudian suapan pertama telah Juna telan dengan sempurna.
"Lo mah, ngapain di telan sih mas. Rasanya kayak kobokan gitu juga," kesal Abian, ia letakkan kembali piring kosong itu, lalu menyodorkan segelas air untuk suaminya.
Juna tersenyum menerima air yang disodorkan untuk nya, "Ngga seburuk itu sayang. Masih bisa di makan kok, apalagi ini masakan pertama kamu untuk mas kan? Mana bisa mas buang, mas tau gimana usaha kamu untuk masak semua ini," jelas nya memberikan pengertian terhadap pria di sebelahnya.
Abian mengangkat sebelah alisnya, padahal tidak apa-apa jujur kalau masakannya buruk, Abian juga tidak akan kenapa-kenapa karena hal itu, kalau seperti ini sangat terlihat Juna sedang melakukan kebohongan besar.
"Ngga usah makan itu kak Juna, biar aku masakin aja sekarang." Anin kembali bersuara setelah beberapa saat tadi menjadi penonton.
Mata Juna beralih menatap adik iparnya itu, baru setelahnya menggeleng, "Kalau mau masak, masak untuk sendiri kamu aja Nin, saya akan makan ini aja," tolaknya.
Baru saja Anin ingin bersuara, dering ponsel miliknya berbunyi, "Halo, pak Tatang? Udah sampai ya mobil nya pak?" ujarnya lalu hening beberapa saat untuk mendengar jawaban dari balik telepon, "Yaudah aku tunggu nya di depan rumah kak Juna ya pak." Setelah mengatakan itu, Anin pergi meninggalkan meja makan, lebih memilih untuk menunggu kedatangan mobilnya daripada harus menyiksa perutnya dengan makanan tidak jelas dari masakan saudara nya.
Abian ikut beranjak dari kursinya, ia berdiri dan ingin mengangkat segala macam masakannya, berniat ingin membuang semua itu.
Melihat itu, Juna segera menahan pergelangan tangan suaminya, "Loh kok udah diangkat Bi? Mas belum selesai makan sayang," ujarnya sambil mencoba untuk menghentikan Abian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Fanfictionberisikan lika-liku sebuah pernikahan dari dua pribadi yang berbeda. -fanfic homo -jangan salpak -jaga² mpreg