Jadi orang tua itu tidak mudah, apalagi langsung menjadi orang tua dari sepasang anak kembar, perjuangannya jauh lebih ekstra, dan harus sigap mengurusi dua buah hati sekaligus yang memiliki ikatan batin kuat, jika satu menangis, maka yang satunya juga ikut menangis.
Juna dan Abian merasakan hal itu, terlebih Abian. Ketika Juna pergi bekerja, maka disitulah ia harus bisa mengimbangi anak-anaknya. Mulai dari memandikan, membuatkan susu, hingga mengajaknya bermain. Lelah tentu saja Abian rasakan, apalagi ia tidak terbiasa mengurusi bayi, membuatnya harus belajar dari awal.
Sebenarnya Juna telah menyarankan Abian untuk mencari baby sitter, dengan tujuan agar suaminya tidak akan terlalu lelah mengurusi dua anak mereka, tapi Abian menolak, karena pikirnya anak mereka masih terlalu kecil untuk diasuh oleh orang asing, terlebih lagi Abian ingin memperkuat ikatan orang tua dan anak. Mungkin akan ia pikirkan ulang jika si kembar sudah sedikit lebih besar.
Pada akhirnya, mereka putuskan untuk merawat buah hati dengan tangan mereka sendiri, malam-malam yang telah berlalu menjadi saksi akan kompaknya kerja sama dua orang tua yang masih sama-sama belajar.
***
Abian yang tertidur pulas bersama dua bayi gembul menjadi pemandangan sehari-hari Juna ketika pulang dari kerja, belum lagi bau kamar yang tiba-tiba berubah, dipenuhi akan wewangian bayi, rasanya buat energi Juna kembali terisi penuh.
Juna tidak langsung menghampiri tiga cintanya, berada di atas kasur yang lengkap dengan pengaman, menghindari si kembar terjatuh ke bawah, melainkan langsung pergi membersihkan diri terlebih dahulu, baru setelahnya duduk di sisian kasur sambil pandangi tiga kasih hatinya dalam damai, senyum lembut perlahan terbit pada pria yang baru menjadi sosok ayah itu.
Semenjak kelahiran sang buah hati, Juna dan Abian memutuskan untuk kembali menetap di desa, beruntungnya para warga menyambut hangat, terlebih pada si bayi kembar, terlihat para warga telah menerima, bahkan tidak jarang mereka bertamu untuk sekedar melihat anaknya, tidak jarang juga para ibu-ibu memberikan beberapa saran untuk Abian tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengurus bayi.
Puas pandangi tiga dunianya, Juna beralih untuk berikan kecupan pada pipi suami kecilnya, terakhir ia berikan juga masing-masing satu kecupan sayang pada dua anaknya. Mungkin karena akhir akhir ini Abian lebih sensitif karena sering terlatih untuk bangun ketika anaknya melakukan pergerakan, sekarang ia malah terbangun ketika merasakan sentuhan pada pipi.
Sipitnya perlahan terbuka, ia lihat suaminya yang duduk dibelakang, Abian ubah posisi baringnya menghadap ke arah Juna, masih dengan mata yang belum sempurna terbuka, setelahnya ia lingkarkan dua lengan pada pinggang yang lebih tua, "Mas jangan bangunin ade dulu, mereka baru aja tidur," ucapnya dengan suara khas bangun tidur.
Sebelum menjawab kalimat si manis, Juna berikan satu kecupan lagi pada pipi satunya, yang dibalas Abian dengan ikut memberikan kecupan juga pada bibir milik Juna, "Duh maaf ya sayang. Gimana hari ini? Ade rewel ngga." Tanya Juna seraya menyingkirkan anak rambut si manis dari dahi.
Dengan mata yang kembali tertutup Abian mengangguk samar, "Kila lagi rewel banget, giginya baru tumbuh," balasnya kemudian.
"Pasti cape banget ya urusin mereka sendiri, maaf ya sayang, mas cuman bisa bantu kalau udah pulang kerja." Bukan tanpa alasan Juna mengucapkan maaf, pasalnya anak mereka itu sudah memasuki bulan di mana bayi sedang aktif-aktifnya bergerak, apalagi dua anaknya terbilang gembul, sudah pasti Abian akan lelah untuk menggendong anak-anak mereka bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓
Fanfictionberisikan lika-liku sebuah pernikahan dari dua pribadi yang berbeda. -fanfic homo -jangan salpak -jaga² mpreg