tiga puluh satu.

7.2K 724 31
                                    

Dalam satu mobil, Abian beserta seluruh keluarganya termasuk Juna, baru saja sampai pada kediaman milik Juna sendiri, mereka baru saja mengurus permasalahan akhir, yaitu tentang pernikahan Juna dan Abian yang dianggap salah oleh para warga.

Kemarin setelah diberitahukan oleh dua anak mereka, Arya dan Tiara langsung bergegas datang di pagi harinya, tepatnya hari ini, setelah sampai dua orang tua itu langsung bergegas ke kantor desa, meminta agar warga yang kemarin terlibat dikumpulkan.

Setelahnya menjelaskan segalanya, bagaimana kondisi Abian yang sebenarnya hingga mereka sebagai orang tua berani mengambil tindakan untuk menikahkan anak mereka dengan Juna. Mereka juga dengan tegas menentang segala opini buruk warga desa kepada pernikahan anak mereka, bahkan ikut menjelaskan keturunan yang mengenai Abian, dan terakhir memperlihatkan segala berkas izin pernikahan lengkap dengan segala dokumentasi nya.

Sebagai orang tua, Arya dan Tiara tentu tidak ingin mendengar anaknya mendapatkan masalah, apalagi sampai sebesar ini. Akibat melakukan sedikit pengumuman singkat itu, Juna maupun Abian dapat melihat respon mereka yang beragam, namun kebanyakan terkejut tidak menyangka apalagi setelah melihat perut Abian yang benar-benar sedang menyembul, ada beberapa juga yang meminta maaf karena tersadar bahwa ternyata memang ada alasan besar yang mengharuskan pernikahan mereka terjadi.

Juna dan Abian juga ada di sana, Anin juga tidak terkecuali. Mereka menyaksikan segala macam reaksi para warga, sedikit lega melihat ekspresi yang melunak bahkan ada yang bersimpati pada Abian.

Walaupun belum mengetahui dengan jelas apakah mereka telah diterima atau tidak, tapi Juna dan Abian sudah sedikit lebih lega, karena setidaknya mereka para warga telah bersedia mendengarkan setelah kemarin menutup telinga rapat-rapat.

"Nginap ya aja ma, besok baru pulang." Itu suara Abian setelah melihat dua orang tuanya berhasil menduduki sofa ruang tamu.

Sedangkan Anin langsung merebahkan tubuh, terbaring selonjoran pada sofa tiga, memang setelah hubungannya dengan Abian membaik, ia lebih mengekspresikan diri, juga mulai sadar bahwa kedekatan keluarga nya saat ini lebih baik daripada ia harus terus berseteru dengan kembarannya sendiri, ia juga ternyata lebih suka memiliki hubungan abang ipar dengan Juna, berkat itu ia juga bisa akrab melalui hubungan keluarga, karena nyatanya memang ia menyukai sosok abang dari Juna yang tidak ia dapatkan dari Abian dulunya.

"Kalau mau istirahat langsung ke kamar aja Nin, tiduran di sofa bisa bikin pegal" ujar Juna yang baru muncul menyusul, pasalnya ia harus memastikan pintu untuk tertutup lebih dulu.

Anin melirik Juna menggunakan ekor matanya, baru kembali melanjutkan menggeser layar ponsel, "Iya kak, di sini aja ngga papa."

Melihat itu Abian berdecak, "Lo langsung ambil minum untuk mama sama papa dulu kek Nin di dalam," ujar Abian kesal melihat tingkah malas malasan kembarannya.

"Idih? Kan tuan rumahnya itu lo, kenapa jadi gue, lo aja sana," balas nya dengan nada tidak peduli.

Karena keburu kesal Abian menghampiri wanita yang sedang terbaring santai itu, segera ia geser kepala lalu mendudukkan diri di sana, akibatnya kepala Anin meninggalkan sofa hingga membuat posisi kepalanya seperti sedang melakukan gerakan kayang.

"Bian anjir!"

Arya dan juga sang istri hanya tertawa, perasaan menghangat melihat interaksi kedua anak mereka, Juna yang masih berdiri di sana juga ikut tersenyum hangat, baru setelahnya ia yang bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan minuman segar di hari yang telah siang dengan setoples biskuit yang memang sengaja ia beli dari warung beberapa hari lalu.

"Aduh kenapa kamu repot-repot sayang," Tiara langsung berdiri menghampiri Juna dengan nampan berisikan satu teko es teh beserta setoples biskuit, juga beberapa gelas.

𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 [𝙝𝙮𝙪𝙘𝙠𝙧𝙚𝙣] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang