5

1.1K 114 3
                                    

PLAKK

Suara tamparan keras pun terdengar disebuah ruangan

"Kurang ajar kamu,bisa bisanya kamu bertanya kenapa saya benci kamu  dan sekarang kamu merengek bilang kangen sama istri saya,kamu tau kamu adalah pembunuh terkejam yang saya tau"ucap lelaki tersebut yang tak lain adalah papa ara

"Paaa ara ga tau apa apa,lagian juga mama pergi karena udah takdir"ucap ara menangis

"Jangan berani-beraninya kamu sebut istri saya dengan sebutan"mama""ucap lelaki tersebut

Arapun terdiam menunduk terpaku menatap lantai

"ANDAI DULU KAMU TIDAK LAHIR ISTRI SAYA PASTI MASIH HIDUP,KAMU TAU SEHARUSNYA YANG MATI ITU KAMU BUKAN ISTRI SAYA"ucap papa ara emosi

"PAAA! CUKUP YA ARA UDAH MUAK DENGAN SEMUA INI,ARA CAPE MULAI SEKARANG ARA BAKALAN PERGI DARI RUMAH INI"Ucap ara teriak

Arapun berlari ke kamarnya,dengan cepat ara mengemasi barang-barangnya,ntah kemana ara selanjut ini yang pasti ara harus keluar dari rumah ini

Lima menit berlalu

Arapun menuruni tangga dengan cepat

Jinan dan sisca pun hanya diam
Bukannya mereka tak sedih,munafik jika mereka mengatakan mereka tidak sedih,hanya saja mereka takut untuk menentang

"Bi ara pergi yaa,ara titip ka jinan dan kak sisca, jagain mereka ya bik jangan lupa ngingetin makannya"ucap ara berpamitan kepada bi ina

"Pasti non"ucap bi ina sedih

Bi ina pun teringat akan sesuatu
Dengan cepat bi ina kembali membawa sebuah kotak berwarna putih lalu menyerahkannya kepada ara

"Ini apa bik?"tanya ara

"Bibik ga tau non yang pasti ini buat non,tolong jangan bilang siapa-siapa ya non"ucap bi ina

"Oke bik,kalo gitu ara pamit,makasih ya bik"ucap ara kepada bi ina

Ara berjalan keluar pintu dapur,namu tiba-tiba langkahnya terhenti

"Bik"panggil ara
Bi ina pun berjalan mendekati ara

"Kenapa non?"

"Ara pinjem uang seratus dong bik,boleh ga?"tanya ara

Bi ina pun tersenyum hambar, bagaimana mungkin anak majikannya tidak punya uang

Dengan cepat bi ina memberikan uang dua lembar berwarna merah

"Ambil aja non gausah kembaliin"ucap bi ina

Arapun mengucapkan terima kasih lalu pergi meninggalkan rumah itu

Lalu bagaimana jinan dan sisca??

Yap mereka berdua pun masuk kedalam kamar masing-masing menangis karena kepergian adiknya

Skip di mobil

Arapun terdiam menghela nafas dalam-dalam sesekali masih terdengar isak tangis nya

Seketika ara teringat sebuah kotak pemberian bi ina,arapun membukanya

Hai sayang
Ini mama,mama tau suatu saat nanti kamu bakalan menghadapi kesulitan akibat amarah papa. Kamu
Ini adalah kunci sebuah rumah kecil
Ga sebagus rumah papa kamu,tapi cukup lah buat kamu tinggal sendiri
Kamu tenang aja,rumah itu pemberian nenek kamu jadi kamu gausah takut ya kalo tiba tiba papa dateng marah marah
Mama sayang kamu,maafin mama harus ninggalin kamu

Ara pun terdiam membaca sebuah surat dan melihat sebuah kunci rumah,tanpa basa basi arapun memberi tahu alamat tersebut kepada sang sopir

thank you:)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang